17➡Pakilla

2.6K 160 24
                                    

"Gue bakal namain pohon ini PAKILLA." Ucap Panji yang membuat Killa mengernyit.

"Pakilla?" Tanya Killa heran dengan nama yang terdengar aneh ditelinga Killa.

Panji mengangguk pasti. "Panji dan Killa." Ucap Panji yang membuat Killa terpaku.

Panji tersenyum lalu mengambil sebuah silet yang tergeletak disamping kakinya berpijak. Kemudian Panji mengukir sebuah nama dipohon itu.

"Ngapain?" Tanya Killa.

Panji berhenti sejenak dan menatap Killa sebentar.

"Nulis nama pohon ini." Ucap Panji lalu melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda tadi.

Killa hanya diam dan memperhatikan wajah serius Panji saat mengukir, dan tanpa Killa sadari. Ia telah mengukir seulas senyuman dibibirnya yang manis.

*drrt drrt drrrt*

Panji menghentikan aktivitasnya lagi. Kemudian ia merogoh ponselnya yang berada disaku celana jeansnya.

"Apa?" Tanya Panji pada sipenelepon.

"Lo dimana sih? Kita udah ngumpul nih mau latihan main basket." Ucap Rangga. Ya, yang menelefon Panji adalah Rangga.

Panji memukul keningnya pelan. Ia lupa kalau hari ini ia memang ada acara latihan main basket bareng teman-temannya untuk lomba nanti.

"Sorry gue lupa." Ucap Panji.

Rangga mendegus kesal. Memang Panji adalah orang yang pelupa, padahal ia kapten basketnya dan ia sendiri yang memberitahu anak-anak untuk latihan basket.

"Cepetan kesini. Anak-anak udah ngumpul bego." Ucap Rangga kesal.

"Otw."

*tut tut*

Panji langsung menaruh kembali ponselnya kedalam saku celananya. Kemudian ia menghampiri Killa.

Killa seakan sudah tau dengan tatapan Panji, karna ia juga tadi sempat mendengar sedikit peecakapan Panji lewat telefon.

"Mau pergi?" Tanya Killa to the point.

Panji mengangguk dan memasang wajah bersalahnya. "Maaf, yuk gue anterin pulang."

"Gue bisa pulang sendiri kok. Lagian juga gue malah seneng pulang daripada jalan sama lo." Ucap Killa sambil tersenyum meledek.

Panji berdesis lalu mengacak rambut Killa pelan.

"Udah, ayo gue anterin aja." Ucap Panji sambil menarik tangan Killa.

🌚🌚🌚

Kling

Suara dari sebuah oven yang menandakan kalau kue didalamnya sudah matang. Vino tengah menyiapkan wadah untuk dijadikan tempat kue itu. Sedangkan Risti, mamanya sedang mengambil kue itu dari oven.

"Kamu belepotan banget sayang." Ucap Risti yang melihat wajah Vino dipenuhi krim dan tepung.

Vino mengusap kasar wajahnya sekilas. Kemudian ia terfokus kembali dengan kegiatan menghias kue lagi.

"Biarpun belepotan Vino tetep ganteng kan Ma?" Ucap Vino yang membuat keduanya terkekeh.

Risti merasa bahagia bisa membuat kue bareng dengan Vino, putra kesayangannya. Karna sebenarnya Vino membuat kue karna ia ingin memberikan kejutan pada Killa, gadis yang sangat Vino sayangi.

Risti sebenarnya belum mengenal atau bahkan melihat wajah Killa secara langsung. Ia hanya melihat Killa dari foto yang terjejer rapi didinding kamar Vino. Dan ia mengenal Killa hanya dari cerita-cerita Vino. Dari saat Vino menemvak Killa namun, Killa menolaknya. Dan sampai sekarang, saat mereka sedang bermain menjadi pacar sandiwara.

PakillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang