40➡ Cobaan menjelang Pacaran

2.1K 113 13
                                    

Panji berjalan santai sambil bersiul ria. Ia melangkahkan kakinya menuju tempat Motornya diparkirkan.

"PANJI." Teriak seseorang dari belakang Panji yang membuat Panji berhenti dan membalikkan badannya menuju kearah suara itu.

"Ngapain teriak?" Tanya Panji pada Gio.

"Mau kemana lo?" Tanya Gio.

Panji memincingkan matanya. Kenapa Gio bertanya kek orang yang possesif pada pacarnya. Hehe

"Pulang lah." Ucap Panji santai.

"Eh,lo lupa? Kita ada latihan bego. Besok kita bakal tanding basket, lombanya mulai besok."

Panji terdiam. Ia lupa, bagaimana lupa sih? Padahal Panji adalah kapten basketnya.

"Anjir, gue lupa. Tapi, gue ada kepentingan."

"Tapi Pak Hendra udah nungguin lo tuh buat latian." Ucap Gio. "Kepentingan lo apa sih? Mau nembak Killa? Kapan-kapan aja itu mah. Kalau Killa cinta sama lo pasti bakal nunggu kok."

Panji menghela nafas berat dan memutuskan untuk menunda menembak Killa.

Ditengah perjalanan Panji menuju lapangan basket. Panji dikagetkan oleh Kesha yang tiba-tiba berhenti dihadapannya.

Kesha tersenyum dan menyodorkan tangannya pada Panji. Panji mengernyit bingung.

Tanpa ba-bi-bu Kesha langsung menarik tangan Panji agar berjabatan dengannya.

"Selamat. Semoga diterima dan langgeng." Ucap Kesha.

Panji tersenyum kikuk dan melepaskan jabatan tangannya.

"Thanks."

"Oh iya, jagain Killa ya. Soalnya bakal banyak yang benci hubungan kalian. Termasuk gue." Ucap Kesha dan langsung berjalan melewati Panji.

Panji terdiam. Karna pada dasarnya otak Panji itu dodol. Ia hanya meggidikkan bahu acuh. Toh, mana ada yang berani macam-macam sama Killa, padahal Killa sebentar lagi jadi pacarnya Panji.

Sementara diujung koridor itu, Kesha menyenderkan badannya didinding dan menutup wajahnya.

Menangis. Ya, Kesha tengah menangis sekarang.

"Ternyata ini kejutan yang lo kasih Pan. Gue udah relain nunggu lo selama ini, tapi lo malah sama orang lain." Gumam Kesha ditengah isakannya.

"Seandainya lo dulu pergi dengan alasan yang jelas, pasti gue nggak akan nungguin lo sampe sekarang kayak gini."

❤❤❤

Setiap kebahagian seseorang pasti ada hati yang tak menginginkan kebahagiaan itu datang. Bahkan ada hati yang terluka karna hati yang selama ini ia tunggu malah bahagia dengan hati lain.

Miris. Itulah hidup. Tak ada hidup yang sempurna dengan kebahagiaan, yang ada hidup itu selalu menderita karna cobaan.

Killa duduk disebuah ayunan yang berada ditaman rumahnya. Ia mengayunkan tubuhnya agar ayunan itu juga bisa bergerak.

Sedari tadi Killa memikirkan tentang Panji dan Vino.

Panji yang menembaknya tadi pagi, tapi tanpa ada kepastian sampai saat ini.

Dan Vino yang mulai berubah karna Killa rasa Vino ingin mundur saja untuk mendapatkan hati Killa. Sebenarnya Killa malah bisa bernafas lega kalau Vino mau melupakan Killa. Karna Killa tidak mau menjadi pembuat luka dihati Vino terus.

"Non, makanannya nanti dingin loh. Udah Bibi siapin dari tadi Non." Ucap Bi Etik lembut.

Killa tersenyum tipis. "Bawain kesini aja Bi. Killa lagi males jalan."

PakillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang