Aku sayang dia. Tapi, aku lebih sayang beliau.
Panji Bramasta
🎵🎵🎵
Sebuah tembok yang kokoh telah mereka bangun bersama. Namun tanpa mereka sadari, ada sebuah badai yang meretakkan tembok itu. Dan bahkan bukan hanya retak, namun tembok tersebut telah hancur berkeping.
Dan seperti itulah hubungan Panji dan Killa. Yang dahulunya manis, namun harus berakhir tragis.
Panji masih dalam keadaan basah kuyup memasuki area lapangan basket sekolahnya. Hal itu membuat Jojo dan teman-trman lainnya merasa heran.
Ada apa dengan Panji? Karena semenjak Panji berpacaran dengan Killa, Panji tak pernah kelihatan murung seperti ini.
"Pan? Lo nggak apa-apa kan?" Tanya Jojo penasaran. Kemudian Jojo dan ketiga sahabat Panji menghampiri Panji yang sekarang terduduk lemas di sebuah kursi pinggiran lapangan basket tersebut.
"Pan? You okay?" Tanya Bryan memastikan. Namun, tiba-tiba langsung mendapat jitakan dari Rangga.
"Sok Inggris lo." Celetuk Rangga.
"Gue emang dari Inggris Bege." Ucap Bryan kesal. Karena Bryan memang keturun Inggris-Batak.
"Eh, jangan bercanda." Ucap Gio melerai perdebatan tak berfaedah antara Rangga dan Bryan.
"Gue nggak apa-apa kok. Lanjutin latihan sono." Ucap Panji dengan nada tak bersemangat sama sekali.
"Pan--." Ucap Gio namun di potong Jojo.
"Biarin, dia pengen sendiri." Ucap Jojo sambil mengisyaratkan agar ketiga sahabatnya itu pergi. "Nih Pan, keringin tubuh lo. Dan kalau ada masalah cerita, jangan pendem sendirian. Apa gunanya sahabat kalau mereka nggak bisa bantu sahabatnya dalam nyelesaiin masalahnya?" Sambung Jojo sambil memberikan sebuah handuk kepada Panji.
Panji tersenyum tipis.
"Thanks."
⚫⚫⚫
Panji memantulkan bola berwarna jingga tersebut ke lantai. Ia melewati lawan-lawan di depannya dengan gesit. Dan tanpa memerlukan waktu lama, Panji telah dapat memberikan poin kepada tim nya.
Sorak sorai terdengar bahagia saat Panji dapat memasukkan bola tersebut ke dalam ring. Panji tersenyum tipis saat ia mendapati sorak sorai itu.
Kemudian waktu istirahatpun telah tiba. Panji duduk di bangku yang disediakan khusis untuk pemain. Panji meneguk air mineral ditangannya. Setelah itu, ia mengelap keringat dipelipsnya.
"Nah gitu dong Pan. Meskipun lo lagi ada masalah, tapi permainan lo harus tetap bagus." Ucap Gio sambil menepuk bahu Panji pelan.
Panji hanya tersenyum tipis.
Kemudian Panji mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru bangku penonton lapangan itu. Ia menunggu hadirnya seseorang yang sejak tadi pagi memenuhi fikirannya.
Killa.
Panji memikirkan Killa. Apalagi sejak Killa mengucapkan kata-kata laknat dalam sebuah hubungan, yaitu kata putus.
Panji mendesah pelan, kemudian ia menunduk. Menatap kedua sepatu adidas putihnya.
"Lo dimana? Lo bilang lo mau dukung gue?" Batin Panji.
"Pan, udah mulai lagi nih." Ucap Bryan menyadarkan Panji dari lamunannya.
Panji berdiri, ia kembali mengedarkan pandangannya ke arah bangku penonton lagi. Berharap Killa berada disana sambil meneriakkan namanya memberikan semangat.
Namun, harapan Panji pupus. Killa masih belum terlihat disana. Kemudian Panji berlari kecil menuju ke tengah lapangan dan melanjutkan pertandingannya lagi.
Pertandinganpun di mulai.
Panji kembali berhasil mengambil alih bola. Ia mendrible bola itu dan berlari melewati lawan yang dengan sigap menghadangnya.
Panji meliuk-liukkan tubuhnya agar bisa melewati tubuh-tubuh lawannya itu. Dan kemudian ia kembali memasukkan bola ke dalam ring.
Panji berlari mundur ke arah pertahanannya. Dan bola pun telah berada ditangan lawan lagi. Panji dengan gesit mengambil alih bola tersebut dari tangan lawan. Kemudian ia kembali mendrible bola berwarna jingga itu.
Gesit.
Satu kata itulah yang dilihat orang-orang disitu dari Panji. Apalagi keempat sahabat Panji, mereka heran mengapa Panji sangat gesit sore ini. Padahal biasanya, ia tidak segesit ini.
Dan bola kembali memasuki ring lawan. Panji dengan wajah datar kembali kearah pertahanannya.
"Lo beda banget, efek pacaran sama Killa emang dahsyat." Celetuk Rangga yang membuat tubuh Panji melemas kembali.
'Pacaran? Killa?' Panji tersenyum nanar. Kehadiran Killa memang membuat efek dahsyat dihidupnya, namun tidak sedahsyat saat Killa mengatakan putus tadi pagi.
Panji kembali ke alam sadarnya. Saat ini ia tidak boleh larut dalam kesedihan. Karena hari ini adalah pertandingan semi final dan sekolahnya harus menang agar bisa masuk grand final dan memenangkan kompetisi. Agar harapan Killa terwujud.
Dengan satu gerakan Panji kembali meraih bola jingga itu. Ia mendrible bola itu dengan tenang. Namun, ketenangannya tiba-tiba buyar. Tubuhnya seakan melemas, dan hatinya kembali merasakan remuk dan lebih remuk daripada tadi pagi.
Panji melihat Killa yang memasuki area lapangan dan duduk disebuah bangku penonton. Kehadiran Killa memang sangat ia tunggu, namun ada seseorang yang membuat kehadiran Killa kali ini yang tidak ditunggu Panji.
Mata Killa dan mata Panji saling beradu tatap dan mengunci. Tubuh Killa juga melemas saat melihat mata sendu Panji.
"Killa, duduk sini sebelah om." Ujar seorang pria paruh baya yang telah duduk disebelah ibunya Killa.
Killa pun dengan terpaksa melepaskan kontak matanya dengan Panji, kemudian ia mengikuti arahan pria tadi dan duduk disebelahnya.
*Bruk*
Panji terjatuh, saat ia ditubruk oleh pemain lawan. Bukan sakit dari kakinya yang Panji rasakan, namun sakit dari hatinya lebih terasa menyesakkan.
"Ini alasannya?"
🔜🔜🔜
Ada apa dengan Panji dan Killa?
So stay tune guys.
Dan jangan lupa buatVote
Comment
FollowFind me on:
Ig: dilaa_april
See you ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Pakilla
Novela JuvenilCover by @cupusquad COMPLETED Killa Aurela Audia adalah gadis cantik dan pintar. Tapi ia sangat benci dengan keramaian, ia juga jarang keluar dari kelasnya. Hal itu membuat Killa jarang dikenal oleh anak-anak SMA Gading. Panji Bramasta adalah cowok...