42➡Fakta

2K 112 6
                                    

"PANJI?" Teriak seorang wanita paruh baya namun masih terlihat cantik yang tengah berlari kearah Panji. Wanita itu didampingi oleh seorang pria yang seumuran dengannya disampingnya.

Sementara Panji yang tengah duduk disebuah kursi tunggu rumah sakit itupun sedikit terkejut. Kemudian Panji menoleh kearah suara itu. Sakit dan sesak sedikit ia rasakan, karna setelah bertahun-tahun lamanya ia tak mendapatkan panggilan itu dari wanita tadi.

Dan saat inilah saat-saat yang Panji tunggu. Saat dimana Panji ingin meluapkan seluruh sesak yang selama ini ia pendam sendirian.

Panji berdiri dengan rapuh saat wanita itu sudah berada didepannya. Namun, saat wanita itu hendak memeluknya, tiba-tiba Panji menghindar yang membuat wanita itu terkejut.

"Kamu urusin masalah kamu dengan anak kamu itu. Saya mau lihat keadaan Zaskia dulu." Ucap seorang pria yang menemaninya tadi dengan sedikit menatap sinis kearah Panji.

*Ya, wanita tadi adalah Ana, ibu kandungnya Panji yang telah menghianati kesetiaan ayahnya. Dan pria disebelahnya tadi adalah Dion, suami barunya ibunya Panji.*

"Saya minta maaf karna saya sudah membuat anda masuk kerumah sakit. Tapi, saya rasa hukumannya setimpal. Setelah apa yang anak anda lakukan kepada Killa, pacar saya. Jadi,saya permisi." Ucap Panji datar dan berjalan melewati Ana.

Hati Ana terasa teriris saat anak kandungnya sendiri malah memanggilnya dengan sebutan 'anda' bukan 'mama'.

"Sayang. Maafin mama Pan." Ucap Ana disela isakannya yang membuat Panji berhenti melangkah.

"Mama tau, ini semua emang salah mama. Tapi kamu harus tau, apa sebab mama ngelakuin ini semua Pan. Mama sayang sama kamu." Lanjut Ana sambil membalikkan badannya kearah Panji.

Panji terdiam. Dan hari lah Panji dapat merasakan sakit seperti 11 tahun yang lalu. Panji membalikkan badannya kearah Ana. Ia mencoba terlihat biasa saja, meskipun sebenarnya hatinya tengah teramat tersiksa.

"Syukurlah jika anda sadar. Tapi, maaf saya tidak perlu tau apa sebabnya anda meninggalkan seorang bocah kecil yang masih memerlukan kasih sayang seorang ibu." Ucap Panji sambil menghela nafas berat. "Dan satu lagi, saya sudah tidak menyayangi anda semenjak sebelas tahun yang lalu." Tambah Panji.

Ana semakin terisak. Ia tau kalau suatu hari nanti Panji akan mengungkapkan kata-kata yang menyakiti hatinya, dan hari ini lah harinya.

"Sebelum mama menikah dengan papa kamu, mama hamil duluan dengan pacar mama. Yaitu om Dion, suami mama yang sekarang. Hubungan mama dan Om Dion nggak direstui oleh nenek kamu, sehingga mama harus berpisah dengan Dion meskipun mama dalam keadaan hamil." Ucap Ana dengan terisak.

Sementara Panji membelalakkan matanya tak percaya.

"Hingga sembilan bulan kemudian, mama ngelahirin seorang putri, yaitu Zaskia. Namun mama terpaksa harus memberikan Zaskia kepada Dion, karna ternyata Nenek kamu mau ngejodohin mama dengan papa kamu." Tambah Ana.

Panji terdiam, ia mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Tapi kenapa anda tidak menikah saja dengan Dion, dan pergi dari rumah ibu anda. Supaya saya tidak usah terlahir didunia ini? Hah kenapa?" Sungut Panji kesal.

Ana menangis dengan penuh penyesalan.

"Mama nggak bisa. Karna saat itu, keluarga Dion juga tidak merestui hubungan kita. Dion pun akhirnya merawat Zaskia sendirian dan mama menikah dengan papa kamu. Setahun kemudian kamu lahir didunia mama, kamu cahaya didunia mama. Meskipun hati mama belum sepenuhnya milik papa kamu." Ucap Ana sambil mengelus pipi kanan Panji.

Panji terdiam, namun ia merasakan sakit dalam diamnnya.

"Mama kira, setelah kamu lahir mama akan hidup bahagia dengan keluarga kecil kita. Tapi ternyata mama salah. Sebelas tahun lalu saat setelah mama mengantar kamu kesekolah, Dion datang kerumah. Ia memperlihatkan betapa menderitanya Zaskia karna sakit asma akut yang dideritanya. Dan saat itulah dunia mama hancur." Ucap Ana sambil mengusap setiap inci dari wajah putranya itu.

"Mama diberi dua pilihan sulit. Antara harus berpisah dengan kamu dan merawat Zaskia yang menderita, atau memilih kamu dan membiarkan Zaskia menderita sendirian tanpa kasih sayang seorang ibu. Jujur, mama sangat bingung saat itu. Tapi mama harus memilih,dan mama memilih Zaskia." Tambah Ana.

Panji melepaskan pelan tangan Ana dari wajahnya.

"Asal anda tau, hidup saya dan papa saya sangat menderita saat itu. Apalagi saat saya sudah dewasa, dan saya melihat anda bahagia dengan keluarga baru anda. Sedangkan saya, hidup kekurangan kasih sayang. Papa yang gila kerja, dan seorang ibu yang penghianat." Ucap Panji dengan air mata yang perlahan menetes dipipinya.

"Tapi, apa boleh buat. Saya memang hanya ditakdirkan seperti ini, hidup seorang diri. Hingga saya memilih untuk membalas dendam kekesalan saya kepada anak baru ibu saya. Tapi, saya memutuskan membiarkan dia bahagia diatas penderitaan saya saat saya telah menemukan gadis yang saya cintai. Tapi apa? Anak baru ibu saya malah mengusik kehidupan gadis yang saya cinta. Hingga sekarang gadis itu tengah terbaring lemah dirumah sakit." Ucap Panji dengan penuh emosi.

Ana menutup mulutnya dengan tangannya, ia tak menyangka kalau Zaskia yang polos dirumah bisa menjadi harimau diluar rumah.

"Maafin Zaskia. Tapi Zaskia itu kakak kamu Pan. Maafin dia dan maafin mama juga. Meskipun itu sulit kan? Tapi mama mohon." Ucap Ana sambil hendak berlutut kekaki Panji, namun tiba-tiba ada tangan yang menghentikan aksi Ana.

"Ini sudah takdir. Tak usah menyesalinya, toh hidup bagai roda yang berputar. Tak berhenti disatu keadaan saja. Panji akan memaafkanmu." Ucap seorang pria yang membuat kedua membelalakkan matanya tak percaya.

"Papa?" Ucap Panji.

*Ya, dia dalah Heri, ayah kandung Panji.*

"Mas Heri?" Ucap Ana.

"Maafin saya karna saya sudah merebut kebahagiaan kamu dengan Dion. Dan Panji, maafin papa karna udah gila kerja sampai lupa sama kamu." Ucap Heri. Panji tersenyum miris melihat Heri, ayahnya.

"Seharusnya saya mas yang minta maaf. Karan saya udah ninggalin mas dan ngehianatin mas waktu itu." Ucap Ana masih dengan terisak.

Heri tersenyum tipis. "Saya sudah memaafkan kamu,sekarang giliran kamu yang harus memaafkan saya."

"Saya maafin mas." Ucap Ana dengan isakan terus.

"Panji, maafin mama kamu ya." Ucap Heri.

Panji menghela nafas berat. "Panji maafin mama."

🔜🔜🔜

Nguras emosi bat deh. Hehe
Ngefeel nggak? Iya aja dong biar aku seneng hehe.

Oiya, tetep jangan lupa buat

Vote
Comment
Follow

:)

Follow ig juga ya

@dilaa_april

Next?

PakillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang