"Mukanya kok kusut gitu? Bukannya habis ngerayain--."
"Gak jadi." Ucap Vino yang memotong ucapannya Mamanya itu.
Risti bingung. Ia melihat wajah Vino yang begitu masam. Padahal waktu berangkat tadi wajah Vino sangat cerah dengan senyuman yang senantiasa terus merekah. Tapi, kenapa sekarang menjadi kusut kayak baju setahun gak kesetrika?
Vino duduk dengan lemas kesebuah sofa diruang tengah rumahnya. Ruang yang biasanya dijadikan tempat ngumpul Vino dengan keluarga.
"Kenapa sayang?" Tanya Risti sambil mengusap kepala Vino lembut.
Biasanya Vino selalu cerita bila itu bersangkutan dengan Killa. Karna menurutnya, masalah tentang perempuan bisa diselesaikan dengan perempuan juga. Namun kali ini Vino tak ada mood untuk bercerita.
Vino menggeleng pelan. "Gapapa Ma." Dusta Vino.
Risti menarik nafas panjang. Karna ia tau kalau Vino pasti rengah berbohong.
"Vino ke kamar dulu Ma. Capek." Ucap Vino dan langsung berjalan memasuki kamarnya.
Vino membaringkan tubuhnya malas pada kasur kingsize miliknya. Ia mengusap kasar wajahnya dengan telapak tangannya.
"Ayolah Vin. Semakin lo ngejar, Killa malah semakin ngejauh. Lupain aja dia." Gumam Vino frustasi.
Ia tahu kalau ia dan Killa mungkin tak bakal bisa bersatu. Namun, ia merasa cukup munafik jika ia harus menuruti otaknya. Karna hati Vino seutuhnya sudah menjadi milik Killa sejak Vino melihat Killa diwaktu pertama kali Killa menjadi murid baru lebih tepatnya menjadi adik kelasnya disekolahnya.
*kling*
Tiba-tiba ponsel Vino berbunyi. Pertanda ada notifikasi line yang masuk. Vino merogoh ponselnya itu dengan malas.
Namun, ia langsung tanpak bahagia karna nama yang terpampang itu. Ya, ia baru saja mendapat pesan dari Killa.
Killa: Thanks buat kue nya. Enak banget gue suka :)
Wajah Vino yang semula kusut langsung berubah menjadi bahagia lagi. Dengan senyum indah yang terukir dibibirnya.
Vino tau, kalau ia tak bisa marah ataupun melupakan Killa. Karna Vino sudah sangat mencintai Killa meskipun Killa tak pernah menyukai Vino.
Vino: Syukur deh kalo lo suka.
Vino mencoba membalas pesan Killa dengan biasa saja. Karna ia tak mau jika harus terlalu nge fly jika endingnya hanya bakal jatuh lagi.
Killa: Bilangin terima kasih ke Mama lo juga ya. Karna kue tadi adalah kue pertama dan satu-satunya yang gue dapat dihari spesial gue ini.
Vino yang mendapat balasan itu merasa sangat bahagia. Karna ia menjadi orang pertama yang memberi Killa kie dihari ulang tahunnya.
"Andai lo nerima gue. Pasti gue bakal ngasih apapun yang lo mau La." Gumam Vino sambil menatap foto Killa didinding kamarnya.
🎲🎲🎲
"Terima kasih Kang." Ucap Elvira saat mendapat satu mangkuk bakso yang dipesankan Killa dari Kang Asep.
"Iya, sama-sama neng gelis." Balas Kang Asep sambil cengiran kuda andalannya.
Sesuai dengan janji Killa kemarin. Killa hari ini menraktir ketiga sahabatnya dengan bakso Kang Asep.
"La, nanti ikut kita yuk." Ucap Rara yang langsung mendapat tatapan penuh tanya dari Killa.
"Kemana?"
"Nyemangatin tim bola basket sekolah kita yang bakal tanding ngelawan SMA Mulia." Ucap Linda.
Killa mengernyit. Sma Mulia? Sekolahnya Panji dong?
"Emangnya ada lomba?" Tanya Killa heran. Karna kalo dua sekolah itu bertanding, pasti ujung-ujungnya akan berantem. Seperti yang dijelaskan Vino waktu itu pada Killa.
"Lombanya sih nggak sekarang. Tapi, katanya mereka mau ngadain pertandingan persahabatan gitu. Uji coba lah." Jelas Elvira.
Killa masih berfikir. Apakah ini hanya akal-akalan mereka untuk tawuran lagi?
"Nggak mau ah. Pasti ujung-ujungnya mereka bakal tawuran lagi." Ucap Killa.
Rara mendegus kesal. Karna selalu saja sahabatnya yang satu ini menjadi kurang orang yang paling kudet disekolahnya.
"Ini itu pertandingan diawasi oleh guru Killa. Jadi gak mungkin tawuran kayak yang udah-udah." Jelas Rara dengan intonasi kesal. "Kalo yang dulu kan mereka cuma bertanding karna semau mereka sendiri. Gak ada--."
"Iya gue ngerti." Potong Killa. Karna ia kesal dengan cerocosan Rara yang ujung-ujungnya pasti akan menyeramahi Killa agar ia mau berinteraksi dengan orang disekitarnya.
"Jadi lo ikut kan?" Tanya Linda memastikan.
Killa berfikir. Ia sangat malas jika harus berada dikerumunan orang yang menonton basket dan harus berdesakan serta berpanas-panasan. Lebih baik dirumah, nonton drama korea dikamar dan belajar geografi yang menurutnya sulit itu.
Killa menggeleng. "Gak ah. Males." Tiga kata yang sudah diperkirakan oleh ketiga sahabatnya itu. Karna Killa sudah sangat sering menggunakan tiga kata itu jika diajak pergi kemanapun.
"Lo gak mau liat dua pangeran tanding?" Ucap Elvira yang berhasil membuat Killa mengernyit bingung dengan dua pangeran yang dimaksud oleh Elvira.
"Siapa sih?" Tanya Killa.
Ketiga temannya itu mendegus kesal. Sudah pasti kalau Killa akan sulit mencerna ucapan dari Elvira tadi.
"Panji sama Vino lah." Ucap Rara.
Killa baru sadar. Kemudian ia terkekeh dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Gimana?" Tanya Linda sekali lagi.
Killa masih kekeuh dengan keputusannya. Ia menggeleng pasti. Sementara ketiga sahabatnya merasa ingin sekali menyiram Killa dengan kuah bakso yang panas karna sikapnya yang anti keramaian ini.
*kling*
*kling*Dua notif line masuk bebarengan diponsel Killa. Killa langsung membukanya dan melihat terpampang dua nama yang membuatnya mengernyitkan dahinya. Karna pesan yang mereka kirimkan SAMA.
Vino: Nanti semangatin gue ya.
Panji: Nanti semangatin gue ya.
Killa menghela nafas panjang. Kenapa mereka bisa kompakan? Dan hal itu bisa membuat keteguhan hati Killa tergoyah.
🔜🔜🔜
Vomment aku tunggu :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Pakilla
Roman pour AdolescentsCover by @cupusquad COMPLETED Killa Aurela Audia adalah gadis cantik dan pintar. Tapi ia sangat benci dengan keramaian, ia juga jarang keluar dari kelasnya. Hal itu membuat Killa jarang dikenal oleh anak-anak SMA Gading. Panji Bramasta adalah cowok...