21➡ Putus

2.5K 137 3
                                    

"Gue nggak bisa." Jawab Killa yang membuat Panji mengernyit bingung.

Bukankah Killa nggak suka sama Vino?

"Kenapa?" Tanya Panji.

Killa benar-benar bingung. Ia memang sangat ingin menyudahi sandiwara ini. Tapi, ia juga merasa sangat kasihan pada Vino. Karna kesannya Killa memberikan harapan palsu pada  Vino. Meskipun pacar sandiwara adalah ide Vino.

Vino sudah sangat baik pada Killa. Yang membuat Killa nggak tega jika harus menyakiti perasaan Vino lagi, setelah penolakan Killa didepan umum tempo lalu.

Killa mendesah berat.

"Lo suka beneran sama Vino?" Tanya Panji penuh selidik.

Killa menggeleng pelan.

"Bukan gitu. G-gue cuma---." Ucap Killa menggantung. Panji memasang ekspresi menunggu jawaban dari Killa.

"Aish, sulit dijelasin." Ucap Killa bingung.

Panji memasang ekspresi kecewa. Karna sangking ia menunggu jawaban dari Killa dengan memperhatikan Killa secara seksama. Namun Killa malah menjawab seperti itu.

"Emangnya kenapa lo nyuruh gue udahan bersandiwara? Padahal lo gak pengen liat Zaskia deket sama Vino." Tanya Killa yang membuat Panji menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Panji berfikir.

"Gue cemburu. Lo tau gak? Pas lo ngelap keringetnya Vino tadi. Gue sakit banget La. Sakit." Andai Panji bisa berkata seperti itu pada Killa sekarang. Namun sayang. Panji belum punya mental untuk ditolak Killa saat ini.

"Yaaa--. Gue gak mau aja liat lo menderita gara-gara pura-pura pacaran sama Vino. Terus mesra-mesraan didepan umum kek tadi. Gue tau kok kalo sebenarnya lo risih." Kilah Panji yang membuat Killa terdiam.

Benar apa yang dikatakan Panji. Tapi, Killa merasa nggak tega pada Vino.

"NON, ada telefon." Teriak Bi Etik yang berlari dari kamar Killa menuju ke sofa tempat Killa dan Panji duduk sekarang.

"Mana Bi?" Tanya Killa.

Bi Etik memberikan ponsel Killa. Killa mengernyit saat ia mendapati nama Vino dilayar ponsel itu.

"Siapa?" Tanya Panji kepo.

"Bentar, tunggu sini." Ucap Killa dan berjalan menuju dapur agar Panji tidak mendengar percakapannya.

"Ada apa Vin?"  Tanya Killa to the point pada sang penelepon, Vino.

"Besok nggak usah bawa mobil ya. Gue mau jemput lo." Ucap Vino yang membuat Killa mengernyit bingung.

"Nggak usah Vin, gue--."

"Pliis La. Lagian gue pengen ngajak lo kerumah. Karna mama mau ketemu sama lo." Ucap Vino yang membuat Killa bungkam.

Killa sangat sensitif dengan kata 'MAMA' . Sepanjang sejarah hidup Killa, gadis itu tak pernah menolak permintaan mamanya. Karna menurutnya seorang ibu adalah orang yang sangat berhak ia hormati, entah itu ibunya siapapun.

"Yaudah deh gue mau." Ucap Killa pasrah.

Vino terdengar girang. "Kalau gitu, besok lo bawa baju ganti dari rumah ya." Ucap Vino.

Killa berdeham.

"Bye La. Tunggu gue besok."

"Bye."

* tut tut tut*

Killa memasukan ponselnya kesaku celananya dan berjalan menemui Panji lagi.

"Siapa?" Tanya Panji yang sedari tadi sangat penasaran.

Killa memincingkan matanya mengejek. "Kepo." Sinis Killa.

Panji mendegus kesal, kemudian ia merebahkan punggungnya kepunggung sofa yang sedang ia duduki.

"Besok gue anter lo kesekolah ya." Ucap Panji yang membuat Killa membelalakkan matanya.

Mana mungkin Killa berkata kalau besok ia akan berangkat bareng Vino. Padahal Vino dan Panji sangat sensitif dengan kata 'berantem'.

"Mau ya?" Tanya Panji yang membuyarkan lamunan Killa.

"Lo mau mati? Lo itu musuhan banget sama anak-anak Sma gue tau gak? Bisa-bisa lo dikeroyok lagi." Ucap Killa mencari alasan.

Panji bergidik ngeri saat ia teringat kejadian tempo itu. Kejadian dimana ia dikeroyok seluruh anak basket Sma Gading, kecuali Vino. Karna Vino waktu itu datang terakhir dan malah melerai. Dan kejadian saat Panji bertemu malaikatnya, yaitu Killa. Sang penyelamat hidup Panji. (Lebay lo Nji)

"Iya juga sih." Ucap Panji sambil cengengesan.

Killa tersenyum lega, karna Panji mengurungakan niatnya untuk menjemput Killa kesekolah.

🌑🌑🌑

"Vin." Ucap Killa yang memecah keheningan dimobil hitam ini.

Ya, seperti janji kemarin. Killa berangkat sekolah dijemput Vino dan nanti akan mampir kerumah Vino setelah pulang sekolah untuk menemui Ana, mamanya Vino.

Vino yang mendengar panggilan Killa pun hanya berdeham. Karna ia masih terfokus dengan jalanan yang begitu padat dijam-jam berangkat kerja ataupun sekolah seperti ini.

"Hmm."

"Kita udahan aja yuk, bersandiwara jadi sepasang kekasih." Ucap Killa yang hampir saja membuat Vino menghentikan mobilnya. Namun, ia segera sadar. Vino tak mau kelihatan lemah dimata Killa, gadis yang sangat ia cintai.

"Kenapa?" Tanya Vino berusaha tenang meskipun hatinya terasa sesak.

"Panji udah nggak nyuruh gue buat misahin Zaskia dari lo." Ucap Killa ragu-ragu.

Vino menghela nafas berat. Sangat sulit melepas Killa, meskipun hanya melepas sebagai pacar sandiwaranya.

"Kapan lo mau beneran buka hati buat gue La?" Suara Vino terdengar parau. Meskipun matanya menatap jalanan, namun Killa tau kalau Vino saat ini merasa sakit.

"Maaf." Killa bingung. Hanya satu kata itu yang berhasil keluar dari mulutnya.

Dan tanpa sadar mereka sudah sampai diparkiran sekolah. Namun dari mereka tidak ada yang mau beranjak dari kursi mobil yang mereka duduki sekarang.

Mereka masih saling diam.

Hening.

Vino mendesah berat.

"Percaya, gue bakal tetap nunggu lo ngebuka hati lo buat gue." Ucap Vino sambil menatap Killa dalam.

Killa terpaku.

"Karna hati gue, udah lo milikin seutuhnya Killa." Ucap Vino yang terdengar lembut, namun mengandung arti yang sangat mendalam bagi Killa.

"Maaf, gue belum bisa bales perasaan lo Vin. Gue masih belum berani ngebuka hati gue buat siapapun itu." Ucap Killa.

Vino tersenyum nanar. Lalu ia mengusap puncak kepala Killa dengan pelan dan lembut.

"Gue bakal tetap nunggu." Ucap Vino dengan senyum palsunya.

"Nanti gue jemput lo dikelas lo ya." Ucap Vino sambil membuka sabuk pengamannya.

Killa masih terdiam. Ia begitu mengangumi bagaimana Vino bisa begitu kuat, meskipun ia mendapat penolakan yang begitu sering dari mulut Killa.

🔜🔜🔜

Vomment kuy.....

Ig: dilaa_april

PakillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang