Epilog

2.2K 87 33
                                    

Jika melupakan semudah membalik telapak tangan, mungkin rasanya tak akan sesakit ini.
⚫⚫⚫

Di sebuah restoran yang memiliki tampilan elegant dan mewah tengah terdapat keluarga baru yang sedang menikmati makan makan malam mereka.

Mereka adalah keluarga Panji. Dan hari ini adalah hari pertama mereka berkumpul setelah perayaan pernikahan kedua orang tuanya kemarin di gelar.

Panji duduk di sebelah Killa, dan kedua orang tuanya duduk di hadapat mereka berdua.

Sebenarnya Panji sedikit canggung, namun ia mencoba menahan rasa canggungnya karna ia tak mau jika orang tuanya merasa curiga akan hubungan ia dengan Killa dulu.

Namun tiba-tiba Killa membuka suara di tengah aktivitas makan mereka.

"Pa, Ma." Ujar Killa dengan nada sedikit ragu-ragu.

Seluruh penghuni meja itu pun menatap ke arah Killa.

"Iya sayang, kenapa?" Tanya Ika lembut.

Killa meneguk ludahnya dengan susah payah, karna ia sangat susah untuk mengutarakan niatnya ke keluarga barunya ini.

"Boleh Killa ngomong?" Tanya Killa pelan.

Panji sedikit membelalakkan matanya. Ia tak tau apa yang ingin Killa katakan, namun ia takut kalau Killa akan mengakui hubungan Panji dan Killa dulu.

Sementara itu, Killa yang tersadar kalau Panji tengah sedikit kagetpun, Killa menoleh dan tersenyum samar ke arah Panji.

"Lah, kamu kan dari tadi udah ngomong La." Ujar Panji dengan tenang, meskipun sebenarnya hatinya resah.

"Panji! Jangan gitu." Tegur Heri sambil sedikit memelototi Panji.  "Kamu mau ngomong apa Sayang?" Lanjut Heri.

Killa tersenyum tipis, sebenarnya ia sedikit ragu, namun ia harus mampu mengutarakannya.

"Ki-Killa mau pindah ke Bandung, ikut Nenek sama Kakek." Ucap Killa yang membuat seluruh anggota keluarga barunya beserta Mamanya tersentak kaget.

Terutama Panji, ia sampai tersedak air ludahnya sendiri.

"Kamu apa-apaan sih La? Kamu kan sekarang udah punya Papa dan Kakak. Masa kamu mau ninggalin kita?" Ucap Ika sedikit kesal karna permintaan anaknya ini.

Sementara itu Panji hanya terdiam dengan menatap nanar ke arah Killa. Panji tau, mungkin ini adalah cara Killa agar ia bisa melupakan semua kenangan Indahnya bersama Panji dan juga persaannya terhadap Panji. Dan cara yang di pilih Killa adalah menjauh dari Panji.

Killa mengepalkan tangannya di atas pahanya yang berada di bawah meja makan itu. Mencoba menguatkan keyakinan akan keputusan yang ia buat.  Dan tiba-tiba ada sebuah tangan tengah menggenggam kepalan tangan Killa itu.

Killa menarik nafas dalam, ia sangat hafal dengan kehangatan dan kenyamanan genggaman tangan itu. Dan pemiliknya adalah orang yang selama ini ia perjuangkan, namun akhirnya harus saling melupakan.

Saat Killa menatap mata Panji, Panji juga menatap ke arah Killa dengan menampilkan sedikit senyuman manisnya. Panji tau, jika keputusan yang akan Killa ambil adalah keputusan yang menurut Killa tepat.

Dibalik senyuman dan genggaman tangan itu. Killa tau, Panji juga menyemangati dan menguatkan keyakinan Killa untuk mengutarakan keinginannya itu.

"Mama sama Papa kan pasti akan terus sibuk ngurusin bisnis kalian kan? Dan, ka-kak Panji juga akan sibuk sama urusannya sendiri." Killa berhenti sejenak untuk menarik nafas dalam. "Killa nggak mau sendiri Ma. Killa mau ada yang nemenin Killa. Please Ma, izinin Killa."

PakillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang