51➡ Moment Pakilla

1.9K 90 9
                                    

Jika memang kamu memilih pergi? Lantas apa yang bisa aku perbuat? Aku hanya bisa membiarkanmu saja, mungkin itu yang terbaik buatmu, dan buat kita.

Panji Bramasta

Ritik hujan mulai membasahi ruput-ruput hijau dipinggir danau Pakilla. Namun, Killa tetap setia berdiri dipinggir danau itu sambil menatap nanar kearah danau yang kelihatan dalam itu.

Minggu pagi ini, Killa tidak seperti biasanya. Ia tidak bermalas-malasan. Namun, ia malah langsung bangun pagi-pagi dan ke tempat ini.

Killa menghela nafas panjang saat hujan makin deras, namun orang yang ia tunggu tak kunjung datang.

"KILLA." Teriak seseorang dari belakang Killa. Dan dia adalah Panji.

Panji berlari menghampiri Killa sambil membawa sebuah payung berwarna cokelat tua.

"Ngapain ngajak ketemuan pagi-pagi gini?" Tanya Panji heran. "Neduh aja yuk, hujan deras nih." Tambah Panji sambil hendak menarik tangan Killa.

Namun, Killa langsung menghentikan langkah Panji saat hendak menarik Killa mencari tempat berteduh.

"Di sini aja, aku cuma mau ngomong sebentar kok." Ucap Killa.

Panji mengernyit. Ada apa dengan Killa? Kemudian Panji menurut dengan apa yang Killa inginkan.

Killa memposisikan tubuhnya menatap Panji. Ia sedikit mendongak karna tubuh Panji yang sedikit lebih tinggi daripada dirinya.

"Pan." Lirik Killa sambil menatap Panji nanar. Kemudian ia mengulum senyum tipis.

Panji hendak bersuara dan bertanya mengapa, namun tiba-tiba Killa memeluk tubuh Panji.

Panji heran, baru kali ini selama mereka pacaran, Killa memeluk Panji duluan. Karna biasanya, Panji lah yang memeluk Killa duluan.

Sementara itu, Killa sangat berusaha menahan isakannya dalam pelukan hangat tubuh Panji.

"La? Kamu nggak apa-apa?" Tanya Panji heran.

Killa menggeleng, kemudian ia mendongakkan wajahnya dengan tangan yang masih memeluk tubuh Panji.

"Izinin aku meluk kamu, sebentar aja." Ucap Killa sambil tersenyum tipis.

Panji mengangguk pelan. Kemudian Killa kembali menenggelamkan tubunnya dalam tubuh Panji.

Sudah 3 menit mereka berpelukan di tengah hujan di pinggir danau Pakilla itu. Meskipun Panji masih memayungi tubuh keduanya, namun tubuh Killa merasakan air yang jatuh. Dan itu, adalah air matanya.

Killa melepaskan pelukannya, kemudian ia kembali mengulum senyum tipis dan menatap kearah Panji lagi.

"Ikut aku yuk." Ajak Killa sambil meraih pergelangan tangan kanan Panji.

Panjipun hanya dapat menurut dan mengikuti langkah Killa.

Tak lama kemudian, Killa berhenti di sisi lain danau itu. Dan Killa ternyata berhenti dimana Killa pertama kali mendapatkan kado aneh dari Panji. Yaitu pohon yang mereka namai sama dengan danau itu, Pakilla.

Killa mengulum senyum saat mengingat moment itu. Namun senyum itu langsung musnah, saat ia teringat tentang takdir yang pahit yang kini menghantui mereka.

"Kamu ingat pohon ini?" Tanya Killa sambil mengelus pohon yang tubuhnya terukir namanya, namun belum selesai. Karena masih terukir nama 'Pakil'.

Panji tersenyum dan meraih tubuh Killa kedekatnya, agar Killa tidak kehujanan.

PakillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang