37➡ Ditembak?

2.3K 117 4
                                        

*hoam*

Killa menguap lebar, tapi tetap dengan wajah yang cantik. Orang cantik mah bebas.

Pagi ini, Killa malas sekali sekolah. Selain karna ia masih didalam mood yang labil, Killa juga masih sangat ngantuk.

Semalam ia kesulitan tidur karna ia terus saja kepikiran dengan ucapan Panji yang kemarin. Sampai hari inipun Killa masih kepikiran.

Killa berjalan santai menuju kelasnya, karna ia selalu berangkat pagi, jadi kelasnya selalu masih sepi.

"Pagi mbak." Sapa seorang petugas kebersihan disekolah Killa ini.

Killa hanya membalasnya dengan tersenyum lebar. Karna ia sedang malas berbicara akibat dari rasa kantuknya.

Kemudian Killa kembali melanjutkan berjalan menuju kelasnya.

"Panji?" Killa membelalakkan matanya saat Killa mendapati Panji yang berdiri didepan pintu kelas Killa.

Panji hanya tersenyum lebar. Sambil memasang wajah sok cool nya.

"Selamat pagi Killa." Sapa Panji.

Killa masih tak percaya. Mengapa Panji ada disini? Disini kan bukan sekolahannya, dan musuh Panji ada banyak disini.

"Ngapain lo kesini? Nyasar?" Tanya Killa tak percaya.

Panji malah menyengir lebar. "Enggak."

"Terus ngapain? Mau nyari masalah sama anak-anak basket? Oh iya, kok lo bisa tau kelas gue?." Tanya Killa bertubi-tubi.

Panji memasang wajah cengonya. "Njir, nanyanya satu-satu dong. Bingung mau jawab yang mana dulu nih."

Killa mendegus kesal. Otak Panji memang sulit untuk diajak berfikir cepat.

"Oke-oke gue jawab." Ucap Panji sambil tersenyum. "Satu, gue kesini mau nyari lo karna nanti gue ada latihan basket, jadi nggak bisa nemuin lo. Kalo malam-malam kerumah lo, entar ganggu belajar lo. Kadi gue samperin pagi-pagi buta begini, meskipun harus bangun pagi-pagi, tapi tak apa yang penting bisa ketemu lo." Jelad Panji panjang lebar.

Killa diam, ia masih ingin  menyimak penjelasan Panji lagi.

"Dua, gue nggak mau nyari masalah sama anak-anak basket sini, karna gue ada urusan penting sama lo." Tambah Panji. "Dan yang terakhir, gue tanya ama mbak-mbak petugas kebersihan tadi, jadinya gue tau kelas lo deh."

"Jelas, kan?" Tanya Panji sekali lagi.

Killa berdecak sebal, penjelasan panjang kali lebar yang tak bermutu. Kenapa tidak langsung to the point, daripada bertele-tele kek gitu.

"Udah lah. To the point aja, lo ngapain nyari gue?" Tanya Killa, karna ia baru teringat ucapan Panji kemarin, dan Killa kembali menjadi agak canggung.

Panji berdeham seperti tengah mengatur suaranya.

"Jadi gini. Gue mau minta maaf atas kejadian kemarin." Ucap Panji.

"Cuma itu? Gue udah lupa." Ucap Killa datar.

"Enggak cuma itu. Gue juga mau bilang, kalau kalimat terakhir yang gue ucapin kemarin itu benar, atau fakta. Karna gue, Panji Bramasta cinta sama Killa Aurella Audia itu fact not hoax. Gue cinta lo La." Ucapan Panji yang mampu membuat lutut Killa melemas.

Rasanya Killa hendak pingsan ditempat. Karna dulu saat ia ditembak Vino, ataupun cowok-cowok yang dulu pernah Killa tolak, rasanya tidak seperti ini. Mengapa saat Panji yang menembaknya rasanya berbeda.

"Apakah lo mau jadi pacar gue?" Tanya Panji sambil menatap mata Killa dalam-dalam.

Killa meneguk salivanya dengan susah payah. Jantungnya sudah berdetak hebat, kupu-kupu diperutnya sudah bergemuruh seakan menggelitikinya.

PakillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang