Bab 7

35.8K 1.5K 8
                                    

Vano melesat menuju dapur dan memulai aksinya meracik kopi.
Setelah Vano pergi Davin bergumam sangat pelan "Lo sebenernya anak yang baik Van"

-----
Hari senin telah tiba yang artinya harus masuk sekolah dan upacara.Hal yang sangat menyebalkan bagi sebagian besar siswa.Bagaimana tidak menyebalkan kalian harus bangun pagi-pagi sekali sedangkan kemarin---minggu kalian tidak akan bangun sepagi itu.

"Hoam." Alea membuka matanya.
Dia melihat jam dan memekik kaget saat tau jam sudah menunjukkan pukul 06:00.

Dia bergegas menuju kamar mandi dan memakai seragam sekolahnya.Ia turun dan menemukan mamanya sedang menyiapkan sarapan.

"Ma Alea berangkat ya." Alea berucap sambil menyambar roti tawar dengan selai kacang kesukaannya.
"Kalo makan itu hati-hati." Tegur Papa Alea yang baru turun dari kamar.
"Duh Alea takut telat Pa,yaudah Lea berangkat ya Ma,Pa." Alea berlari menuju sopirnya--Pak Udin yang sedang mengelap mobil.

"Pak berangkat pak."
"Baik Non."

Alea terus memainkan jarinya--gelisah karena ia juga piket kelas hari ini dan jika telat maka ia akan kena hukum.

Tiba-tiba mobil Alea mati.

"Kenapa ini pak?" Alea bertanya dengan nada gelisah.
"Ngga tau juga Non,Saya periksa dulu."

Alea keluar dari mobil.
Pak Udin angkat bicara "Mobilnya mogok Non."
Tensi Alea langsung turun.Apa lagi yang lebih apes dari hari senin piket kelas lalu mobil mogok.

"Ck yaudah deh Pak Alea berangkat jalan kaki aja ya." Alea melesat pergi dan berlari sekuat yang ia bisa.

Merasa lelah dia berhenti sejenak mengatur napasnya yang sudah tidak beraturan. Motor sport berwarna merah melewatinya dengan sangat kencang membuat genangan air di sekitar sana membasahi seragam sekolah Alea.

Alea terlonjak kaget dia melihat plat nomor motor itu.Dia tak yakin sebelum dia memastikan.

"Woy lo ngga liat apa ada orang." Alea berteriak kesal.
"Apes banget hari ini." Gerutu Alea.
Setelah napasnya sudah lebih tenang dia lanjut berlari dan akhirnya dia sampai di sekolahnya.

"Pak tunggu." Kata Alea ngos-ngosan ketika satpam sekolah itu hendak menutup gerbang.
"Kamu tidak boleh masuk karena kamu sudah terlambat dan itu baju kamu kenapa kotor begitu lebih baik kamu pulang." Seru  satpam tersebut

Satpam itu membiarkan Alea masuk--setelah dijelaskan Alea mungkin hanya itu keberuntungannya hari ini.

Alea melewati parkiran dan tak sengaja dia melihat motor sport yang tadi mebuat bajunya basah.Ia tau siapa pemilik motor itu.Dari awal Alea memang tidak menghapal plat motor Vano tapi ia yakin bahwa tadi adalah Vano.

Alea berjalan dengan penuh emosi melewati koridor dan sampai di kelasnya, 5 menit lagi upacara akan dimulai.

'Plak' suara tangan Alea mendarat di pipi seseorang dan orang itu adalah Vano.

Suasana kelas yang tadi ribut menjadi hening.

Vano membuka earphone warna putih yang sedari tadi ada di telinganya. Ia menatap gadis di depannya dengan penuh amarah,tatapan elang yang ingin memangsa.

"Lo sengaja kan bikin baju gue kotor?" Teriak Alea di depan wajah Vano.

Rahang Vano mengeras menahan amarahnya yang sudah membuncah.Vano menarik tangan Alea keluar kelas, seisi kelas tidak berani melakukan apapun termasuk Farah dan Dilla teman Alea. Karena mereka tau bagaimana jika Vano sudah marah.

Alea meringis kesakitan saat Vano menyeretnya entah kemana. Siswa/siswi di koridor sudah sepi mungkin karena sudah berada di lapangan.

Alea memberontak "Lepasin."

Setelah sampai di taman belakang Vano melepaskan cengkeraman tangannya dengan sangat kasar.

Kemudian

Hening

Vano tak melepaskan tatapan tajamnya dari Alea yang ditatap malah menunduk---Alea mulai takut.

"Apa maksud lo permaluin gue?" Vano bertanya dengan tenang namun sukses membuat Alea bergidik ngeri.

Alea mengangkat kepalanya dan balas menatap Vano "Dan apa maksud lo buat baju gue kotor?"

Rahang laki-laki dingin itu mengeras pertanda bahwa ia menahan amarahnya "Gue ngga suka pertanyaan gue dijawab pertanyaan."

"Dan gue ngga suka cara lo yang  seenak jidatnya aja kalo ngelakuin sesuatu, lo ngga mikir dampaknya buat orang lain." Alea berteriak di depan wajah Vano.

Vano mengangkat tangannya namun terhenti karena ucapan Alea.
"Kenapa mau nampar?tampar gue biar lo puas." Suara Alea bergetar menahan tangisnya.

Vano menurunkan tangannya dan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia berlalu meninggalkan Alea disana, sedangkan Alea sudah menangis dan terduduk sendiri di taman belakang itu.

Vano berjalan gontai menuju kelas yang sudah sepi. Dia menghempaskan dirinya di kursi lalu mendengar musik agar ia lebih tenang tanpa mengikuti upacara.

----
Farah dan Dilla sibuk mencari Alea, mereka tidak mungkin menanyakan Alea pada Vano. Mereka terlebih dahulu meminta izin pada guru yang sedang mengajar dengan alasan menemani Alea yang sedang sakit di UKS dan untungnya semua teman kelas mereka kompak tidak memberitau kejadian yang sebenarnya.

"Alea dimana sih?" Dilla mulai khawatir.
"Udahlah lo tenang aja dulu Dill."

Kemudian mereka menemukan Alea tergeletak di taman belakang.Mereka panik kemudian meminta bantuan dan kebetulan sekali Davin lewat di sana karena mau menuju gudang yang ada di dekat taman itu.

Davin kaget dan segera meraih tubuh Alea ke dalam gendongannya.Dia membawa Alea ke ruang UKS.

"Alea kenapa bisa sampai begini?" Davin memang selalu to the point.

Farah menceritakan semuanya pada Davin. Ia menghela napasnya mendengar cerita tentang Vano,adik kandungnya itu.

"Sekarang gini,mending kalian masuk ke kelas biar gue disini yang jagain Alea."

Farah dan Dilla menyetujui perkataan Davin.

"Alea maafin adek gue ya." Davin mengelus puncak kepala Alea dengan lembut.

------
Sampai sini dulu ya Bab 7 nya capek ngetik :v

Davin udah punya pacar tapi kok perhatian banget si sama Alea.Bang Davin neng gabisa diginiin:v
.
.
.
Tunggu part selanjutnya ya:)

ALEA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang