Bab 18

29.6K 1.2K 10
                                    

Status mereka yang terbilang masih baru sudah menyebar ke seluruh penjuru SMA ini bahkan di hari pertama mereka jadian, banyak fans Vano yang iri melihat Alea bahkan sampai meneror Alea.


Seperti kejadian hari jumat kemarin.Alea diteror ketika ia piket sendiri di kelas.

Saat itu ia datang pagi-pagi sekali karena piket dia minta agar Vano tidak menjemputnya, lalu ia menemukan fotonya ditempel di mejanya dengan tulisan "I’ll kill you Alea."

Alea tercekat membaca tulisan berwarna merah itu dia duduk di kursinya menahan tangis.Dia takut sekali napasnya tidak teratur.Alea menggenggam foto yang sudah diremasnya itu.Ia yakin ini karena ia dan Vano pacaran.

Tidak lama setelah itu Vano datang dan menemukan Alea menunduk di meja. Keadaan kelas masih sepi seperti pagi biasanya.

"Hei, kok tidur?" Vano memegang bahu Alea.

Alea mendongak dengan wajah yang sudah kacau, banjir air mata, ia menggeleng pelan.Isakan Alea tidak kunjung berhenti,mata Vano melihat ke arah sesuatu yang ada di genggaman Alea, ia mengambil dan membaca tulisannya.

Mendadak raut wajahnya berubah, "Siapa yang ngelakuin ini sama lo?"

Alea menggeleng membuat Vano semakin gusar ia bangun dari posisi duduknya hendak berlalu mencari tahu siapa pelaku di balik semua ini tapi, didetik berikutya Alea menahan pergelangan tangan Vano, "Jangan tinggalin gue, gue takut Van," ungkap Alea serak karena menangis.

Vano menggeleng meyakinkan, "Don’t be afraid I'll be there with you."

Siswa-siswi mulai berdatangan.Teman-teman sekelas Alea pun heran melihat kondisi Alea yang seperti itu.Kadang ada yang menaruh tatapan curiga pada Vano, mereka berpikir Vano berbuat macam-macam pada Alea.

Farah dan Dilla datang berbarengan. Ketika mereka di ambang pintu, Dilla kaget melihat Alea yang matanya sudah memerah.

"Lo apain Alea?" tanya Farah pada Vano.

Vano menyerahkan foto itu kepada mereka berdua yang sontak membuat keduanya kaget sekaligus takut.

"Siapa yang ngelakuin ini?" Dilla memegang tangan Alea.
"Gue juga nggak tau, nanti gue cari tau."
Vano meyakinkan semuanya.

Pada saat jam pelajaran berlangsung tangan Alea dan Vano tidak pernah lepas, tetap berpegangan.Vano memerhatikan raut wajah Alea yang sedari tadi tidak fokus pada pelajaran.

---

"Perhatian semuanya." Vano berteriak di tengah lapangan utama saat jam istirahat pertama.
Semua siswa-siswi bergerombol memerhatikan apa yang akan dilakukan Vano.

“Buat kalian semua yang nggak suka hubungan gue sama Alea jangan ikut campur ini hidup gue lo semua nggak perlu urus hidup gue.”

Vano mengangkat foto yang sudah diremas itu, “Kalau gue temuin pelaku ini yang udah neror pacar gue.Gue bakal ngelakuin apa yang dia tulis disini.”
Mata semua perempuan yang ada di pinggir lapangan menatap Vano penuh damba seolah mereka juga ingin memiliki Vano seperti Alea.Seorang Vano Alby Fernando melakukan itu semua demi Alea.

Seseorang menarik pergelangan tangannya menjauh dari kerumunan orang. "Lo ngapain?"
"Gue cuma mau lindungin lo."
"Van nggak perlu kayak gitu, dengan lo ada buat gue itu udah cukup buat gue merasa terlindungi."

Vano menatap Alea dengan teduh dan mengangguk patuh padanya.Alea tersenyum kemudian menarik Vano lagi ke taman belakang.

Di taman belakang Vano duduk di samping Alea.
"Maaf," ucap Vano dengan pelan membuat Alea mengernyitkan dahinya.
"Untuk?"
"Maaf kalo gue bikin hidup lo susah, maaf karena gue lo diteror, dan maaf—"

Alea memegang tangan Vano tersenyum meyakinkan, "Gue udah siap terima resiko kok jadi pacar most wanted nomor 1 sekolah ini."
Vano balas menggenggam tangan Alea.
"Nanti sore ke rumah yuk."
Alea tersenyum mendengar kalimat itu.Dengan senang hati ia menerima ajakan itu karena Alea rindu sekali menekan tuts-tuts piano.

Vano larut dalam pikirannya entah siapa yang meneror Alea tadi pagi.Yang jelas pelakunya adalah perempuan pikir Vano.Ia tidak bisa menyimpulkan siapa yang melakukannya karena banyak yang tidak suka dengan hubungan mereka.Vano bertekad menemukan pelakunya.

Belajar di waktu siang kadang tidak efektif karena fokus siswa-siswi sudah pecah tergantikan dengan bayangan kasur empuk di depan mata mereka.Vano meminta izin pergi ke toilet bukan karena ia ingin buang hajat atau apa, tapi ia bosan di kelas mendengar ocehan guru yang tidak ia mengerti.
"Mau izin lagi kamu Vano?" tembak guru berbadan bongsor itu.
Vano menyengir dengan lebar, "Iya Bu."
"Kenapa sih setiap mata pelajaran saya kamu minta izin terus, kamu nggak suka sama pelajaran yang saya ajarkan?"
"Iya," ingin sekali Vano menjawab seperti itu. "Ya gimana dong Bu, kebeletnya jam segini. Saya suka kok pelajaran fisika saya juga suka Ibu."

Sontak siswa-siswi yang ada dikelas itu termasuk Alea tertawa melihat ekspresi tersipu guru mereka yang kena jailan Vano. Setelah mendapatkan izin Vano melangkahkan kakinya ke toilet.Sebelum sampai di toilet laki-laki di toilet perempuan terdengar suara bisik-bisik yang membuat Vano langsung naik darah mendengarnya.

Kira-kira seperti ini, "Kalo sampai ketahuan gue yang neror Alea bisa gawat tau nggak."
"Lain kali lo harus hati-hati. Udah ah yuk kita masuk," ucap perempuan yang lain.

Kedua perempuan dengan pakaian sekolah yang kurang bahan itu keluar dengan santainya dari pintu toilet. Mereka tidak sadar bahwa ada orang di samping pintu toilet sedang menyender memerhatikan gerak-gerik mereka. Deheman Vano menginterupsi langkah mereka berdua.

Vano tersenyum miring, "Lo pelakunya?"

Perempuan berambut sepunggung itu kaget melihat Vano disana."Van--"

ALEA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang