Bab 36

23.9K 1.1K 28
                                    

I'd climb every mountain and swim every ocean just to be with you and fix what I've broken

You Are The Reason
Calum Scott

”Maksud lo apa kirim foto ngga jelas ke gue?”  Vano bertanya ketika Davin lewat di ruang tengah. Kemudian ia memperlihatkan foto Alea dan Leo yang backgroundnya bianglala. Terlihat mereka sedang berbahagia di foto tersebut.

“Gue cuma  mau bantu lo biar lo sadar sama perasaan lo sendiri!” Davin mendapatkan foto tersebut dari instagram story Leo. Ia sengaja mengirim foto itu ke Vano untuk melihat reaksi Vano apakah ia marah atau tidak.

Mendengar pernyataan Davin dengan nada datar membuat darah Vano berdesir.

“Kalau lo nggak ada perasaan lebih ya udah, kenapa lo ribet banget nunggu gue pulang dan marah-marah nggak jelas kayak gini?”

Skak. Vano diam tidak berkutik. Apa ia terlihat berlebihan jika seperti ini? Ia hanya tidak suka melihat foto itu. Hanya itu. Sampai saat ini ia yakin ia tidak punya rasa apapun pada Alea.

“Terserah lo deh!” Vano lalu menyambar kunci motornya dan pergi.

“Ada apa sih Vin?” tanya Shinta—Mamanya.

“Nggak, Ma. Davin kasian sama Vano yang kayak gitu.” Davin bercerita pada Mamanya tentang Alea dan Vano.  Shinta menyakahkan dirinya atas perlakuan Vano terhadap Alea.

Andaikan waktu itu ia tidak meninggalkan Vano mungkin saat ini Alea masih bersama Vano.

–––

Pagi ini Vano sudah siap dengan gitarnya. Hari ini akan ada acara classmeeting di sekolahnya. Sebagai pembukaan Vano ditunjuk untuk menyanyi.

Vano berjalan gagah di koridor dengan gitar di punggungnya. Seperti biasa, Vano akan menjadi sorotan dimanapun ia berada. Tidak peduli dinginnya sifat cowok itu.

Vano tidak berjalan ke kelasnya, ia malah berjalan di koridor kelas sepuluh. Tentu saja ia akan menuju kelas Calista.

Setelah menemukan orang yang dicarinya Vano dan pacarmya langsung menuju lapangan utama.

Vano menggenggam erat tangan Calista yang mengundang banyak tatapan iri sekaligus kagum. Calista memang terkenal sejak ia baru menginjakkan kakinya di SMA ini. Karena selain parasnya yang cantik ia juga pintar bermain biola.

Dan disini, di tengah-tengah siswa-siswi SMA Kartini Alea berdiri di antara Farah dan Dilla yang masih tersenyum sumringah menunggu pembukaan classmeeting. Sedangkan Alea ia hanya diam dengan tatapan lurus ke arah panggung. Alea tahu bahwa hari ini Vano akan tampil sebagai pembuka.

Dari belakang panggung terlihat seseorang muncul dengan gitar akustik di belakang punggungnya. Siapa lagi kalau bukan Vano. Ia mengenakan pakaian sekolah, bajunya di keluarkan setengahnya dan dasi yang di longgarkan menciptakan suasana riuh. Dia selalu begitu, apapun yang dilakukanya selalu saja jadi pusat perhatian.

“Selamat pagi semua,” ucapnya tanpa senyum sedikitpun ketika ia sudah duduk di kursi.

Pagi my lovely Vano

Pagi juga masa depan

Oh my god kak Vano cool banget

Gila ganteng banget sih lo Van

Kira-kira itu rentetan kalimat yang tertangkap oleh indra pendengaran Alea yang membuatnya agak ilfeel.

Vano menatap lurus ke arah depan. “Gue bawain lagu ini spesial buat seseorang,” ia mengedarkan pandangannya sampai tidak sengaja matanya bertumbukan dengan Alea.

ALEA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang