Bab 15

34.4K 1.4K 16
                                    

Alea menuruti perintah Vano untuk mengajaknya jalan. Sebenarnya Alea menolak untuk pergi tapi, setelah bujukan Vano ia pun mau menuruti kata cowok itu.Ketika berjalan berdampingan semua mata tertuju pada mereka berdua tentu saja Vano tidak peduli tapi, Alea ia sangat risih akan hal itu.

Alea berjalan lebih pelan membuat posisinya kini berada di belakang Vano.

Vano menoleh menyadari Alea tidak lagi disampingnya, "Kenapa?"

"Malu diliatin orang." Balasnya pelan.

Cowok yang sedari tidak peduli dengan tatapan itu kini melihat pemandangan sekitarnya memerhatikan pasang mata yang berlalu lalang melihat ke arah mereka---ke arah Alea tepatnya.

"Gimana nanti kalo kita pacaran." Celetuk Vano asal dan segera berlalu mendahului Alea.

Mereka berada di dalam mobil sekarang.Vano memakai mobil kali ini.Kecanggungan menyelimuti mereka berdua tidak ada yang berani membuka suara.

Bosan dengan keheningan di dalam mobilnya, tangan Vano bergerak memutar lagu fix you Coldplay. Alea bersenandung kecil mengikuti lagu milik band favoritnya itu. Vano melihat Alea dari ekor matanya tanpa disadari oleh Alea.

Alea melihat ke arah cowok yang sedang fokus menyetir itu bertanya, "Kita mau kemana?"
"Bandung."
"Hah lo serius?" Alea kaget bukan main.
Vano mendengus geli, "Ya nggaklah Alea gue nggak seberani itu ngajak anak orang kabur." Ia terkekeh, "Kita cari spot foto aja gimana?gue hari ini bawa kamera." Lalu disetujui anggukan dari Alea.

Alunan lagu masih setia menemani perjalanan mereka hingga akhirnya Vano mengentikan mobilnya di seberang jalan gedung-gedung tinggi. Alea diam tidak protes apapun, ia memerhatikan Vano lekat-lekat saat memasang lensa kameranya dengan cekatan. Vano mengajak Alea keluar dari dalam mobil.

Vano mengarahkan kameranya pada gedung pencakar langit di depan mereka, "Sebenernya kota Jakarta itu indah kalo dilihat dari sisi lain."

Alea yang memegang tali tasnya kemudian membuka suara, "Maksudnya?"

Sambil mengambil gambar ia menjawab pertanyaan Alea, "Banyak orang yang udah lama tinggal di Jakarta bilang kalau kota ini begitu kejam,hanya ada gedung pencakar langit di setiap jalan yang dilewati,pengamen jalanan,dan preman-preman yang nggak pernah tau aturan." Ia menarik napas pelan.

"Seandainya mereka lebih menikmati kota ini, not bad tapi, sayang mereka nggak ngerti gimana caranya." Sambung Vano.

"Memangnya gimana caranya?" Alea memasang tampang penasarannya.

"Ya salah satunya kayak yang kita lakukan sekarang ini,menurut gue kalau dilihat dari lensa kamera Jakarta itu menawan." Vano berkata seperti seorang yang berbeda dari biasanya.
Alea tersenyum geli melihat Vano seperti itu.

Alea terkagum-kagum melihat hasil foto Vano.Kemampuannya di bidang fotografi tidak bisa diragukan.

"Gue mau dong." Alea berjinjit melihat hasil kamera Vano.

Vano tersenyum sekilas.Senyum yang membuat siapa saja akan membeku melihatnya.Senyum manis yang jarang sekali di keluarkan oleh laki-laki dingin bernama Vano, "Nih." Menyerahkan kamera.

Setelah memberi Alea kameranya Vano mengajari Alea cara membidik gambar dengan benar.

Mata Alea memperhatikan cowok itu lekat-lekat setiap inchi wajah Vano tidak dilewatkan Alea terkadang ia menemukan bekas goresan luka mungkin itu karena ia sering berkelahi pikir Alea.

Vano melihat ke arah Alea, "Nggak capek ngeliatin mulu."

Boom

Alea ketahuan memperhatikan Vano,pipinya bersemu merah ia gelagapan mencari alasan, "Hah?nggak kok dari tadi gue perhatiin penjelasan lo,"

ALEA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang