Bab 21

30.3K 1.2K 24
                                    

Lo itu sama kayak cuaca. Gak bisa gue tebak sekarang panas nantinya hujan. Sekarang marah nantinya baikan.

Alea Syakira Darma
❤❤❤

Di kamarnya Alea merasa gusar ia merindukan Vano-nya. Biasanya jam segini mereka akan melakukan video call, chat, atau telepon biasa.

Alea memilih cuek ke Vano agar ia bisa mengintropeksi dirinya. Tujuan awal Alea menerima Vano adalah untuk merubahnya. Membuatnya menjadi Vano yang lebih baik seperti dulu.

"Vano kangen nggak ya sama gue?"

Malam ini Vano tidak menghubunginya sama sekali ia berpikir mungkin Vano lelah karena kemarin malam Alea tidak menjawab teleponnya.

Alea berjalan menuju balkon kamarnya. Memang saat seperti ini balkon dan angin malam sangat pas jadi teman. Ketika ia membuka pintu balkon angin malam langsung menerpa wajah cantiknya.

Alea berjalan semakin ke depan menengok ke bawah yang tepat mengarah ke halaman samping rumahnya. "Gue berharap lo ada dibawah minta maaf ke gue sama boneka beruang."

"Gini ya rasanya kalo udah terlanjur sayang. Rasanya ada yang hilang kalo dia nggak ada kabar."

Alea terduduk dilantai balkonnya. Seharusnya ia tidak semarah itu pada Vano. Seharusnya ia memaafkan Vano saat ia meminta maaf tadi pagi. Seharusnya ia tidak berharap Vano akan meminta maaf dengan cara romantis. Seharusnya seharusnya dan seharusnya.

Alea mengambil post it dan pulpen yang ada di meja belajarnya kemudian menulis.

Alea menempel post it tersebut di sebuah papan yang setengahnya sudah terisi dengan berbagai macam warna post it yang berisi curhatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alea menempel post it tersebut di sebuah papan yang setengahnya sudah terisi dengan berbagai macam warna post it yang berisi curhatannya.

----

Pagi ini Alea tidak bersemangat ke sekolah. Ia berjalan lesu ke arah ruang makan.
"Kenapa?" tanya Mama Alea.
"Nggak."

Di koridor yang lengang Alea berjalan memegangi tali ranselnya. Berkali-kali hembusan napas lelah Alea terdengar. Begitu ia sampai di kelas matanya langsung tertuju pada seseorang yang tertunduk di meja dekat Alea duduk. Seseorang itu adalah Vano. Alea diam mematung di depan pintu ia memerhatikan gerak-gerik Vano, tapi tidak ada pergerakan sama sekali.

Alea duduk pelan di bangkunya Vano mendongak. Tanpa senyum. Alea yang tadinya berniat          menyapa Vano kini niatnya lenyap karena ekspresi Vano yang teramat datar. Kecanggungan terjadi diantara mereka sampai bel istirahat berbunyi.

Vano berlalu meninggalkan Alea terlebih dahulu. Sesak itu yang dirasakan Alea saat ini. Tiba-tiba saja tanpa Alea sadari bulir bening jatuh dari pelupuk matanya. Alea menangis.

"Lea," Farah menepuk pundak Alea, "lo kenapa?"
Alea mengusap air matanya ia menggeleng kemudian tersenyum kepada Farah dan Dilla yang baru menghampiri mereka.

ALEA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang