Bab 17

33.4K 1.5K 28
                                    

Vano datang pagi-pagi sekali ke rumah Alea hari ini.Dia berkenalan dengan kedua orang tua Alea tepatnya Papa Alea karena ia sudah kenal dengan Mama Alea saat ia pingsan beberapa waktu yang lalu dan berbincang-bincang dengan mama Alea di ruang tamu sebenarnya dia diajak sarapan oleh papa Alea tapi dia bilang sudah sarapan di rumahnya.

"Sebentar ya nak Vano tante panggil Alea dulu dia kok belum turun juga ya,"
"Oh iya tante." Vano mengangguk sopan.

Papa Alea datang dari ruang makan menghampiri Vano yang tengah terduduk tegang di ruang tamu.
"Pagi om." Sapa Vano canggung.
Papa Alea tersenyum menanggapi, "Oh iya kalo boleh om tau sejak kapan kalian pacaran?"
"Emm baru kemarin Om,"
"Saya sih ngga ngelarang Alea pacaran Alea juga udah besar jadi saya ngerti, tapi satu pinta om ke kamu tolong jaga dia,jangan kecewakan anak om dia satu-satunya anak om semoga kamu bisa memegang amanat om ini.” Pesan Papa Alea membuat Vano meneguk salivanya.

Di depan kamar Alea
"Neng udah bangun kan?" tanya Mama Alea sedikit berteriak.
"Iya Ma udah,"
"Buruan turun atuh Vano udah nunggu dari tadi tuh di bawah,"

Alea menepuk jidatnya ia lupa bahwa semalam Vano mengatakan kalo Vano akan menjemputnya.
Alea sedikit takut apakah orang tuanya tau bahwa ia dan Vano pacaran karena ini pertama kalinya untuk Alea.Setelah semua dirasa sudah siap Alea turun dan menemui Vano yang ada di ruang tamu sedang berbincang dengan orang tuanya.

Hati Alea berdetak melebihi ritme, kemudian menghampiri mereka.
"Pagi Pa,Ma,Vano." sapa Alea pelan.
"Pagi juga Neng." jawab papa Alea tersenyum.
"Pagi juga Al,"

Alea terduduk dekat mamanya yang sedari tadi senyum menggoda Alea.
"Anak mama udah besar ya sekarang udah bisa pacaran ceritanya,"
"Apaansih Ma." Sanggah Alea menahan malu.
"Udahlah Ma jangan godain Alea kasian tuh dia malu di depan pacarnya." Tawa Darma pecah membuat Alea semakin malu.
"Papaaa." Alea merengek layaknya anak kecil.

"Ayo ah Van berangkat nanti telat." ujar Alea sambil berdiri.
"Lho ngga sarapan dulu?" Mama Alea bertanya.
"Mmm ngga deh Ma nanti telat udah setengah tujuh,"
"Pamit tante,om." Kata Vano sopan dan mencium tangan kedua orang tua Alea.

Di atas motor

"Orang tua lo baik banget Al."
"Hahaha gue ngga nyangka mereka nerima lo Van gue pikir gue bakal diceramahin habis-habisan gara-gara ketauan pacaran," Alea sedikit berteriak agar Vano dapat mendengar suaranya.
Vano mengendarai motornya tidak terlalu cepat mereka menikmati angin pagi yang menyejukkan.

Mereka berjalan menuju kelas mereka berdampingan yang mengundang banyak mata iri yang melihat mereka.Vano tidak peduli.Ia tidak akan pernah peduli apa kata orang jika dibilang dia anti kritik ya mungkin bisa seperti itu.

Vano menggenggam tangan Alea, tangannya dingin seperti orang ketakutan membuat Vano menggenggam tangan gadis itu lebih erat.

Tanpa sepengetahuan Vano dan Alea sepasang mata mengamati mereka dari kejauhan.Tangannya terkepal pertanda bahwa ia marah. Wajah putihnya memerah, rahang tegasnya semakin tegas.

---

"Aleaaa." Teriak Dilla yang baru tiba dikelas bersama Farah.
Alea kaget bukan main karena sejak tadi dia sedang asik dengan novelnya.Vano pamit tadi dia mau ke toilet.Keadaan kelas juga tidak terlalu ramai.

"Lea lo hutang penjelasan sama gue!" Farah mengangguk setuju dengan perkataan Dilla.

"Kapan lo jadian sama Vano?Kok lo nggak cerita sama kita malah kita tau dari gosip pagi." Seru Farah berapi-api.

"Kasih tau ngga ya." jawab Alea sambil mengetukkan jarinya di dagu.

Alea bingung seingatnya ia tidak pernah mengumumkan hubungannya dengan Vano.Baru kemarin ia jadian, tapi gosip tentang mereka telah menyebar di hari pertama.

ALEA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang