Hal yang paling menggelikan adalah lo jatuh cinta sama gue.
~Vano Alby Fernando~
Seandainya gue bisa mengulang waktu dan bisa memilih, gue bakal milih untuk nggak jatuh cinta sama lo.
~Alea Syakira Darma~
"Kalo lo udah merasa cukup lega jangan nangis lagi ya. Air mata lo terlalu berharga buat cowok kayak dia," Leo menepuk pelan puncak kepala Alea.
"Lo mau nggak jadi pasangan gue..."----
"Ha? Pasangan? Maksudnya gimana ya kak?"
"Iya, pasangan party!" Ucap Leo sambil tersenyum jahil melihat ekspresi Alea yang lugu.
“Party?”
“Iya, lo belum tau anak kelas dua belas ada yang ulang tahun. Satu sekolah diundang,” kata Leo.
“Gue liat nanti ya kak. Soalnya gue jarang ke party-party gitu.” Alea memalingkan wajahnya.Mereka berdua kemudian melangkah menuju kelas masing-masing. Alea duduk dimejanya, ternyata guru jam pelajaran tidak masuk.
Dilla berjalan ke arah Alea. “Alea nanti lo dateng ‘kan?”
“Ke mana?”
“Party Lea, party! sayang sih nggak ada Farah,” nada bicara Dilla melemah.Alea manggut-manggut “Gue diajak sama kak Leo buat datang.”
“Serius lo? cie udah dapet yang baru aja,” Dilla menyenggol bahu Alea.Alea menghela napas melihat temannya yang satu ini. “Dill, Kak Leo itu cuma temen gue. NGGAK LEBIH!”
“Lama-lama juga lebih,” melihat rauut wajah Alea yang berubah Dilla segera pergi ke mejanya. Beberapa detik kemudian Alea meneriaki Dilla.Alea merasa bosan di kelas, kemudian tidak sengaja ia berbalik dan melihat Vano sedang tidur nyenyak di mejanya. Terlintas bayangan ketika Alea sering mengganggu Vano saat ia tidur. Daripada ia terus-terus terjebak dengan bayangan itu Alea lebih memilih pergi ke perpustakaan.
__
Vano menggeliat bangun dari tidur nyenyaknya, ia berniat keluar tidak sengaja matanya terarah ke sebuah meja yang tidak ada pemiliknya disana. Ya, meja Alea ia melihat ke meja Alea. Vano membuang napas kasar, ia melihat Dikta sedang asik dengan Tama, Kevin sedang bermain game online. Lalu ia keluar kelas.
Vano berjalan ke arah belakang sekolah, tepatnya taman belakang. Taman itu sepi karena saat ini jam pelajaran sedang berlangsung. Vano duduk di bangku taman berwarna putih. Ia menengadahkan kepalanya ke atas dan memejamkan mata.
Suasananya sangat tenang disini, tapi Vano merasa ia tidak pernah tenang.
Suara langkah kaki mengintrupsi indra pendengarannya, lalu Vano menoleh ke belakang ia melihat seseorang berjalan ke arahnya dengan menunduk, tepatnya menunduk karena membaca novel. Sepertinya ia tidak sadar bahwa Vano ada disana. Orang itu adalah Alea yang baru saja dari perpustakaan.Setelah dekat Alea baru menyadari keberadaan Vano, ia tentu saja sangat terkejut. Tatapan Vano membuatnya takut, tatapan tajam yang menjadi ciri khas Vano saat melihat orang yang tidak disukainya.
Alea menggenggam erat novel yang dibawanya, mata mereka tetap saling memandang. Alea menahan dirinya agar tetap kuat, ia berjalan mundur perlahan, tapi tatapan benci Vano membuatnya tidak bisa menahan diri. Air mata Alea jatuh sebelum ia pergi, segera ia berbalik dan berlari sebelum air matanya mengalir deras.
Alea berlari ke arah atas gedung tempat Leo selalu menghiburnya.
Vano mematung ditempatnya, lagi-lagi ia melihat gadis itu menangis. “Cewek cengeng,” desisnya.Vano pergi dari tempat itu, ia berjalan di lorong dan menemukan Alva—musuhnya, sedang merokok. Sebenarnya saat ini Vano tidak ingin berurusan namun karena Alva mengusiknya ia terpancing.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEA (COMPLETE)
Teen FictionKetika aku menemukanmu dunia ku berubah begitu saja entah magnet apa yang ada dalam dirimu yang jelas aku mencintaimu