Terkadang rasa bahagia itu muncul, saat melihat seseorang yang dicintai lebih bahagia bersama orang yang lebih dicintainya.
~Alea~
Setiap hari mereka menjalani hari benar-benar seperti orang asing. Tidak saling mengenal. Bahkan saat mereka berpapasan pun tidak ada sapaan yang keluar dari mulut mereka berdua.
Seperti pada saat Vano pertama masuk setelah keluar dari rumah sakit. Setelah empat hari dirawat. Jelas-jelas mereka berhadapan saat Alea akan keluar menuju toilet. Alea menghindarinya. Tentu saja karena permintaannya.
Alea benar-benar memegang janjinya. Dia tidak ingin lagi masuk ke lingkaran hidup Vano. Bahkan ke kedai pun Alea tidak pernah.
Jangan datang ke tempat yang sudah menjadi kenangan. Itu hanya akan menambah luka semakin dalam.
Ketika matanya tak sengaja bertemu dengan mata tajam milik Vano, sebenarnya debaran itu belum hilang, hanya sedikit disamarkan. Sesak itu pun selalu hadir saat ia melihat Vano tersenyum bahagia tapi tidak karenanya.
Alea bahagia melihat orang yang dicintainya bahagia. Meskipun tidak sebahagia saat Vano masih bersamanya.
“Hoi bengong aja!” seru Dikta pada Alea.
Alea tersenyum menanggapi, kemudian Tama dan Kevin menghampiri mereka ke tempat duduk Alea.“Kok pada kesini?”
“Ngapain juga disana kita bukan nyamuk ya Lea, tolong!” Tama melirik ke arah Vano dan Calista, yang sedang bermain ke kelas mereka. Sedangkan Kevin hanya mendengus.“Eh nggak pada ke kantin nih?” tanya Dilla mengampiri mereka.
“Yok kantin, Dilla yang traktir!” Dikta bersorak ria yang membuat Dilla jengkel dan menjambak rambutnya.Mereka berenam kemudian berjalan ke kantin dengan riang.
“Dill kita kan baru jadian harusnya lo traktir temen-temen dong di kantin!” Dikta tersenyum jahil.
“Eh kaleng Khong Guan, jangan asal ngomong lo! mana mau gue sama kolak rendem kayak lo!” sarkas Dilla yang memancing tawa teman-temannya termasuk Alea.
Tama tertawa keras. “Kolak rendem emang ada? Gue nggak pernah liat.”
“Liat aja mukanya si Dikta!”Mereka makan dipenuhi candaan-candaan Dikta yang garingnya setengah mati kalau kata Dilla.
“Eh serius deh Lea, gue masih penasaran Vano waktu itu bilang apa ke lo?”
“Eh, Tama alias TANPA NAMA udah lah ngga usah bikin suasana yang adem ayem gini rusak!”
Tama yang selalu diledek seperti itu oleh sahabatnya—Dikta, mendelik sebal.“Btw, kok kalian nggak main sama Vano?” tanya Farah yang diberi anggukan penasaran oleh Dilla.
“Dianya aja yang sok sibuk sama pacar barunya,” kata Kevin santai.“Udah, nggak baik ngomongin orang,” ucap Alea yang membuat mereka semua bungkam.
Terkadang rasa bahagia itu muncul, saat melihat seseorang yang dicintai lebih bahagia bersama orang yang lebih dicintainya.
___
Alea menyiapkan buku dan pulpennya di atas meja.
Pak Jaya--wali kelas mereka masuk dan menyapa, "Selamat siang, anak-anak apa kabar kalian semua?"
Dikta tersenyum lebar. "Baik kok Pak, oh iya kita kangen banget sama bapak serius deh."
"Ah, Dikta saya jadi baper kan." Semua siswa di kelas XI-IPA 1 tertawa keras karena gurauan guru seni itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEA (COMPLETE)
Teen FictionKetika aku menemukanmu dunia ku berubah begitu saja entah magnet apa yang ada dalam dirimu yang jelas aku mencintaimu