Bab 13

33K 1.4K 58
                                    

Buat kopi itu harus pake hati sama kayak hadapin lo yang cantik ini.

-Vano Alby Fernando

❤❤❤

Sekarang sudah jam tiga yang artinya satu jam sudah dia menunggu cowok dingin nan labil itu.

Suara derap langkah kaki mendekatinya perlahan semakin dekat dan dekat namun Alea tidak menyadarinya karena ia sedang mendengar musik dengan suara yang lumayan besar.

Alea memalingkan wajahnya dari ponsel matanya beralih pada bayangan orang yang tadi mengganggunya dan kini sudah ada di depannya.

"Ngapain lo disini?ini kan udah jam pulang." kata cowok itu menaikkan alisnya.

"Gue nungguin lo dan ini tas lo." Sambut Alea ramah pada cowok dingin yang bernama Vano tersebut.Walaupun tadi Vano ketus kepadanya Alea bertekad untuk menunggu cowok itu.

Vano meraih tasnya yang berada ditangan Alea ia berjalan diikuti Alea dibelakangnya.

"Van gue boleh nebeng ya?"
Vano menoleh "Emang lo pikir lo bakal pulang sama siapa kalo bukan sama gue."
Alea hanya cengengesan.

"Gue mau ke cafe dulu gue butuh kopi."
Alea mengangguk antusias mendengar kata kopi.Lalu mereka pergi dari sekolah yang sudah sepi itu.

____

Vano tampak mengacungkan lengannya kepada pelayan yang ada di cafe kemudian memesan secangkir espresso dan Alea memesan secangkir Vanilla latte kepada pelayan tadi.

"Tumben bro ngga buat sendiri?." tanya pelayan laki-laki itu kepada Vano.
"Gak pa-pa." Vano menjawab singkat.

Setelah pelayan tadi berlalu Alea bertanya pada Vano, "Kenapa bukan lo yang buat kopinya?"
"Gue lagi males nanti kopinya gak enak."
"Emang ngaruh?"
"Buat kopi itu harus pake hati sama kayak hadapin lo yang cantik ini."

Alea diam seketika mendengar ucapan Vano ia merasa pipinya sekarang seperti tomat.

Vano tersenyum miring, "Halah gitu aja blushing lo."
"Apaan sih." Alea kemudian memalingkan wajahnya.

"Btw,makasih ya."
"Buat apa?"
"Buat yang tadi."
"Santai aja kali."

Pesanan mereka datang.Alea bangun dan mengikuti pelayan tadi ke arah meja barista.Sekembalinya dari sana ia membawa bungkusan berisi es batu.

Alea menarik kursi mendekat ke arah Vano.Dengan ragu ia menghadapkan wajah Vano ke arahnya.Butuh keberanian yang cukup besar bagi Alea untuk melakukan hal itu.Vano hanya diam.

Tidak sengaja pandangan mata mereka bertemu membuat jantung Alea berpacu lebih cepat.Mata tajam Vano membuat lututnya lemas yang Alea lihat dimata itu ada kesedihan yang tidak mampu di ungkapkan sang pemilik mata.Setelah kembali dari dunia khayalnya Alea memandang sudut bibir Vano yang terluka akibat berkelahi tadi  di sekolah.

"Lain kali jangan berantem ya Van,kasian lo jadi luka gini pasti keluarga lo khawatir."
Vano memegang tangan Alea dan menurunkannya, "Gue ngga pa-pa."
"Maaf." lirih Alea.Setiap kali berbicara tentang keluarga raut wajah Vano akan berbeda namun Alea tidak peka.

Waktu selalu tidak terasa jika sudah ada di dalam cafe itu.Sedari tadi Alea hanya memainkan ponselnya dia tidak berani berbicara lagi dengan Vano karena kejadian beberapa menit yang lalu menciptakan kecanggungan antara mereka.

"Udah sore pulang yuk." Ajak Vano.Alea mengangguk tanda setuju.

Senja kala itu membuat suasa semakin canggung bagi Alea.Mungkin itu biasa saja bagi Vano namun Alea merasa berbeda.

ALEA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang