Bab 40

25.2K 1.1K 13
                                    

Kepada hati yang salah tempat
Beranjaklah
Mungkin disini bukan tempatmu

~Alea Syakira Darma~

Udara Bandung benar-benar membuat Alea tenang. Ia memutuskan untuk liburan di rumah tantenya di Bandung setelah berdebat panjang dengan Papanya. Alea yang malas kemana-mana malah dipaksa oleh Papanya untuk berlibur karena Papanya bilang Alea sangat butuh refreshing. Mungkin ia akan menghabiskan waktunya seminggu disini dan seminggu lagi akan ia habiskan di Jakarta.

Selama seminggu ini Alea akan tinggal di Bandung bersama Om dan Tantenya yang tinggal di villa keluarga. Villa yang sangat tenang dan kental suasana pedesaannya, disebelahnya terdapat kebun teh yang sangat luas. Dulu ia memang tinggal di Bandung, tapi tempat tinggalnya tidak sesejuk dan seindah ini.

Alea merebahkan tubuhnya dikasur kamar yang akan ia tempati selama seminggu ini. Perjalanan Jakarta-Bandung membuatnya pegal-pegal karena duduk. Sedangkan Papa dan Mamanya sedang mengobrol di ruang keluarga yang menjadi ruang favorit karena interiornya yang sangat cantik dan sejuk.

Bagaimana tidak ruangan itu terletak menghadap ke perkebunan teh dengan kaca sebagai dindingnya, terdapat rumput buatan di dalamnya dan beberapa tanaman segar nan hijau, tembok-tembok penyekatnya terbuat dari kayu. Ruangan itu juga dilengkapi pemanas ruangan, televisi, rak buku dan kursi-kursi unik peninggalan kakeknya.

“Kak Alea,” panggil seorang bocah laki-laki yang berusia sekitar sepuluh tahun, dia adalah sepupu Alea anak Om dan Tantenya. Alea mendesah frustasi, baru saja ia akan terlelap tapi dengan tidak tahu malu bocah ini masuk ke kamarnya dan membuat Alea tidak jadi tertidur.

“Apa sih Gava? Kak Alea mau tidur.” Alea berbicara dengan setengah terpejam.

“Kesini ngapain sih Kak, katanya mau liburan kok malah tidur! Ayo main,” ajak Gava mengguncang-guncang tubuh Alea agar terbangun.

“Gava mainnya nanti ya, kamu main aja sama adik kamu Yasmin!”

“Dia mah nggak bisa diajak main Kak, masih kecil.”

“Emang kamu udah gede gitu?” Alea sewot sendiri mendengar perkataan Gava yang laganya seperti orang yang sudah dewasa, dan lagipula Yasmin adiknya Gava hanya berbeda lima  tahun darinya. Gava terkekeh mendengar jawaban sekaligus pertanyaan Alea.

“Yaudah ayo makanya! Kalo nggak Gava bilangin Om Darma kak Alea nakal sama Gava!”
Dengan sangat berat hati Alea mengiyakan permintaan bocah nakal itu. Ia bangkit dan mengganti bajunya kemudian mengikuti Gava yang entah akan mengajaknya kemana.

“Gava kita mau kemana sih?” protes Alea karena kelelahan di ajak lari-larian di kebun teh oleh Gava. Hawa di kebun teh ini memang sangat bagus, tapi karena ia berlarian membuat hawa yang sejuk berubah menjadi agak panas.

“Gava berhenti nggak!” melihat Gava yang berlari jauh di depannya membuat Alea berteriak karena Gava tidak menanggapi ucapannya.

“Udah sih ikut aja,” Gava menoleh dengan marah karena kakak sepupunya ini terus mengeluh sejak tadi.

Sesampainya di tempat yang Gava tunjukkan Alea terperangah takjub, dia tidak jadi menyesal mengikuti adik sepupunya. Tempat itu adalah sebuah kali dengan batu-batu besar, kali itu membentuk undakan-undakan sehingga tampak seperti air terjun kecil. Airnya yang jernih dan kiri-kananya terdapat kebun-kebun dengan tanaman hijau.

“Gimana, bagus kan?”

“Kamu tahu tempat ini dari siapa?” tanya Alea dengan mata berbinar.

Gava tersenyum angkuh. “Kok kepo ya?”

Rahang Alea hampir terjatuh ke bawah karena jawaban Gava yang sangat menjengkelkan. Anak kecil memang menjengkelkan. Karena tidak mau adu mulut lagi maka Alea memilih untuk duduk di sebuah batu dan menikmati keindahan ciptaan Tuhan barang sejenak.

ALEA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang