Banyak orang yang hanya bisa meninggalkan tanpa tau bagaimana rasanya ditinggalkan.
❤
Vano Alby FernandoAlea berjalan di lorong sekolah berdampingan dengan Vano. Suasana hati Alea selalu dalam keadaan baik jika berada di dekatnya.
Vano menoleh. "Ngapain senyum-senyum kesambet ya?"
Alea memutar bola matanya. "Amit-amit Van."Ketika hampir sampai di kelas mereka seorang laki-laki dengan paper bag berdiri di dekat jendela kelas XI-IPA 1—kelas Alea dan Vano.
Vano menatap laki-laki itu dengan sorot mata yang tidak menyenangkan. Ia mengingat kejadian kemarin ketika laki-laki di depannya ini berbicara pada Alea.
"Kak Leo ada apa?" tanya Alea pelan, takut Vano akan marah lagi.
"Gue cuma mau balikin novel lo yang ketinggalan."Leo menyerahkan paper bag itu yang langsung diambil oleh Vano. Leo menaikkan alisnya melihat sikap Vano yang posesif terhadap Alea.
"Makasih. Ayo Al," Vano menarik tangan Alea masuk kelas.
Vano duduk di kursinya dengan tenang tanpa tahu bahwa Alea sedang uring-uringan dalam hatinya karena Vano bersikap dingin lagi.
Saat di kantin sikap Vano masih sama seperti tadi pagi sejak mereka bertemu dengan Leo.
"Sstt kenapa sih tuh anak?" Tama bertanya pada teman-temannya.
Kevin yang tidak tahu pun mengedikan bahu.Alea dan teman-temannya yang satu meja dengan Vano pun tidak bersuara. Seakan semuanya terbawa suasana.
"Gue permisi mau ke toilet dulu," ucap Alea dan beranjak pergi.
Alea berjalan ke toilet pelan. Karena alasannya ke toilet untuk menghindari suasana di meja kantin yang begitu hening.
Tiba-tiba seseorang menarik tangan Alea. Ia tidak tahu siapa perempuan dengan rok di atas lutut ini."Lo siapa?" Tanya Alea.
"Oh lo mau kenalan sama gue? Gue orang yang udah neror lo karena lo ngambil Vano dan gue juga orang yang ngasih tau Vano saat lu jalan sama cowok lain."
Alea tersentak mendengar pengakuan cewek itu. Mengambil Vano? Setahu Alea ia tidak mengambil Vano dari siapa pun."Gue nggak suka lo deket-deket sama Vano atau lo bakal terima resikonya!" Ancam cewek bernama Caroline itu.
"Gue pacarnya masalahnya sama lo apa?" Balas Alea dengan berani.
"Oo lo berani ya? Tunggu aja tanggal mainnya!" Caroline tersenyum sinis dan berlalu dari hadapan Alea."Caroline Rosiana Anthony" Alea menggumamkan nama itu. Nama belakangnya tidak asing. Papa Alea pernah meyebutnya dia adalah salah satu orang terkaya di Indonesia.
***
Sore ini kedua teman Alea bertandang ke rumahnya untuk pertama kali. Farah dan Dilla membawa snack untuk dimakan di rumah Alea.
"Guys" seru Alea.
"Hmm," sahut Farah yang sedang membaca novel di tempat tidur Alea.
Sedangkan Dilla sibuk menscroll timeline instagramnya sambil memakan camilan."Vano kayaknya marah deh sama gue."
Dilla mengangkat alisnya. "Kenapa?"
"Tadi kakak kelas yang nganterin gue nemuin gue mau balikin novel yang gue beli kemarin."
"Emang siapa sih kakak kelas itu?"
"Namanya Leo orang aneh yang gue temuin pertama kali di perpus."Farah mulai tertarik ketika mendengar nama itu. "Siapa namanya?"
“Leo. L E O” kata Alea mengeja nama itu.
"Nama Leo banyak Far," ucap Farah dalam hatinya. Meyakinkan dirinya bahwa itu Leo yang berbeda.
"Dan tadi waktu gue ke toilet gue ketemu sama orang yang teror gue."
"Hah? Siapa orangnya?" Dilla tersentak.
"Namanya Caroline Rosiana..."
Belum sempat Alea melanjutkan Dilla memotong. "Jadi dia pelakunya? Gila gue nggak habis pikir mukanya kayak polos gitu."
"Kalo gue sih dari pertama kali ngeliat tuh anak emang udah gak suka. Dia kayak kecentilan gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEA (COMPLETE)
Teen FictionKetika aku menemukanmu dunia ku berubah begitu saja entah magnet apa yang ada dalam dirimu yang jelas aku mencintaimu