Karena jatuh cinta itu sedikit menyesakkan. Jadi aku memilih jatuh hanya sekali saja agar tidak terlalu menyesakkan.
-ALEA-
Ujian semester pertama telah usai.
Ujian yang hanya dilaksanakan lima hari saja. Dan hari sabtu ini Pak Jaya masuk ke kelas XI-IPA 1 untuk persiapan class meeting.“Selamat pagi semua.”
“Pagi Pak,” jawab siswa XI-IPA 1 serentak.
“Setelah melewati ujian kemarin sekarang saatnya kita bersantai ria. Nah untuk class meeting kali ini akan banyak sekali acara dan lomba-lomba. Berhubung saya guru seni, dan dipercaya untuk memilih pengisi acara maka saya akan memilih dari kelas yang saya pegang.”
Pak Jaya menarik napas sejenak dan melanjutkan. “Untuk pengisi acara pembuka maka saya akan memilih dua orang yang saya yakin sangat berbakat. Saya mau Vano dan Alea kolaborasi lagi seperti dulu. Kalian sangat memukau!”
Alea menegang setelah mendengar ucapan gurunya itu. Ia menoleh ke arah Vano yang hanya menatap lurus ke depan.
“Maaf pak saya nggak bisa,” ucap Alea yang membuat Vano menoleh ke arahnya begitu pun dengan teman kelasnya yang lain.
“Lho memangnya kenapa Alea?”
“Ada alasan yang nggak bisa saya jelaskan Pak,” Alea mengucapkan kalimatnya dengan nada bergetar.
“Ayolah Alea pikirkan lagi.”
“Maaf Pak, saya benar-benar nggak bisa.”
Di ujung sana Vano hanya menatap ke arah Alea dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Saya bisa sendiri Pak," ucapnya pada akhirnya.Pak Jaya menyerah membujuk Alea bagaimana pun juga ia harus menghargai hak orang lain. Terpaksa hanya Vano yang akan tampil pada opening classmeeting hari senin.
--
Vano memasuki rumahnya, di ruang tengah sudah ada Mamanya sedang menonton televisi.
“Kamu sudah pulang sayang?” Shinta bertanya ramah pada anak bungsunya itu.
Vano hanya mengangguk lemah mengiyakan pertanyaan Mamanya. Terbesit rasa senang di hati Shinta melihat Vano yang sudah menerima keberadaannya lagi.
Vano kemudian melanjutkan naik ke lantai atas. Dia tidak ke kamarnya melainkan ke ruang musik.
Vano melempar tasnya ke sembarang arah dan berjalan menuju grand piano di ruangan itu. Tidak biasanya ia memainkan piano. Biasanya ia lebih suka memetik senar gitar daripada menekan tuts piano. Kali ini sedikit berbeda ia tertarik dengan benda yang bisa mengeluarkan nada-nada indah dan romantis itu.
Vano menekan tuts-tuts piano itu dan mulai bersenandung lagu perfect milik Ed Sheran dengan irama yang lebih pelan dan lembut.
I found a love for me
Darling just dive right in and follow my lead
Well I found a girl beautiful and sweet
Oh I never knew you were the someone waiting for meCause we were just kids when we fell in love
Not knowing what it was
I will not give you up this time
But darling just kiss me slow
Your heart is all I own
And in your eyes you’re holding mine"Argghhhh fuck," Vano mengacak-acak rambutnya secara keras. Entah kenapa lagu itu membuat moodnya semakin hancur saja.
Ditariknya napas perlahan, ada sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan sekarang. Suasana hatinya memburuk tanpa sebab.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEA (COMPLETE)
Teen FictionKetika aku menemukanmu dunia ku berubah begitu saja entah magnet apa yang ada dalam dirimu yang jelas aku mencintaimu