Bab 14

33.4K 1.5K 16
                                    

Pagi yang berawan ini Alea duduk di kursinya dengan gusar. Sudah mau jam tujuh lebih tetapi Vano belum juga datang. Alea khawatir bahwa Vano akan membolos lagi. Oke ini terdengar sangat lebay tapi Alea benar-benar khawatir. Kepala Alea terus melongok keluar jendela.

"Alea lo lagi ngeliat apaan sih?" Suara itu sontak membuat Alea terkejut.
"Eh Dilla sejak kapan lo disini?"
"Tadi, Gue tanya lo liat apa?"

Alea mencari alasan namun tidak ditemukan dan akhirnya Alea hanya menjawab asal ia menjawab bahwa ia sedang menunggu guru. Jawaban yang tidak nyambung sama sekali.

Setelah Dilla kembali ke tempat duduknya, Alea melirik jam sekilas lalu Davin datang menghampiri Alea. Sedikit ada perasaan lega yang menyelimuti hati Alea.

"Hai Alea." Sapa Davin dengan senyum manisnya.
"Eh kak Davin, Vano mana ya?"
"Vano lagi nggak enak badan titip suratnya ya." Davin memberikan amplop putih kepada Alea yang berisi surat keterangan Vano.

Rasanya hari Alea berbeda hari ini tidak ada yang mengganggunya, tidak ada yang membuatnya jengkel. Seharusnya itu menyenangkan tapi dia merasa ada yang kurang hari ini.

"Lo kenapa Lea?" Farah melihat Alea bingung saat ini ia hanya makan dalam diam di kantin,  biasanya ia akan ikut bergabung dengan percakapan konyol antara Farah dan Dilla.

Alea tersenyum simpul, "Nggak apa-apa."

"Oh gue tau nih...lo ngga semangat gini karena nggak ada Vano 'kan?" Tebak Dilla yang ternyata tebakannya memang benar.

Alea berusaha mengelak, "Ha apaan sih?"

"Pipi lo merah tuh." Timpal Farah.
Refleks Alea memegang pipinya dan itu membuat kedua temannya tertawa geli melihat tingkah Alea yang menggemaskan.Polos.

*

Alea berlari kecil ke arah parkiran ketika pulang sekolah, "Kak Davin."
Seseorang yang dipanggil Davin itu berbalik, "Ada apa Alea?" Ia bertanya sambil memasang helm fullface-nya.

Alea menggenggam jemarinya sendiri, "Boleh jenguk Vano?" gumam Alea sangat pelan namun masih bisa didengar.

Davin mengangkat sebelah alisnya.
Alea bingung namun beberapa detik selanjutnya ia paham, "Eh nggak kok kak Davin, Alea cuma mau tau keadaan Vano doang."

Davin tersenyum penuh arti dan menyetujui Alea untuk bertandang ke rumahnya.

Setelah sampai di bangunan putih yang megah itu Alea mengikuti langkah Vano yang masuk ke dalam rumahnya dan menaiki tangga menuju lantai dua.

Tok,tok,tok

"VANO ADA CEWEK LO NIH." Davin berteriak dengan santainya tak lupa seringaian jahilnya menghiasi wajah tampannya.

Alea melotot tak percaya, "Kak Davin!"
Davin menyengir lebar, terdengar pintu terbuka memperlihatkan sosok Vano yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos oblong.
"Kok lo ada disini?"
Alea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali dan tersenyum kikuk.

Davin yang peka akan keadaan awkward di hadapannya langsung memecah keheningan dengan mengajak Alea ke arah ruang keluarga untuk berbicara disusul Vano dibelakang mereka.

"Mau minum apa?"
"Nggak usah repot Kak."
"Nggak ditawarin juga dia nanti minta." Celetuk Vano malas membuat Davin geram karena tingkah adiknya yang tidak tahu terimakasih.
"Lo tunggu disini ya Lea, gue mau ganti sebentar." Pamit Davin dan melesat ke kamarnya.

ALEA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang