Bab 16

32.2K 1.5K 88
                                    

Terkadang lo harus punya rasa ngga peduli ini hidup lo, orang mau bilang apa juga itu hak mereka untuk berkomentar dan lo ngga usah peduli apa kata mereka

Vano Alby Fernando
❤❤❤

"Muka lo lucu." Alea membuka suara ketika Vano sudah duduk kembali di tempat duduknya dengan napas yang tersengal dan baju yang basah karena keringat.

"Cape tau tawarin minum kek."
Alea menyodorkan botol minuman miliknya yang ia bawa dari rumah.Vano berjongkok dan meneguk air itu tanpa sepengetahuan guru.

Setelah selesai minum Vano duduk kembali memberikan Alea botol minuman tadi, "Makasih." Vano mencubit kedua pipi Alea yang membuat cewek polos itu salah tingkah.

"Muka lo lucu." Vano terkekeh pelan melihat raut wajah Alea yang cepat sekali berubah.

---

Kedekatan Alea dan Vano semakin terasa sekarang Vano sudah akrab dengan Alea, bahkan Vano sering mengajak Alea ke cafe favoritnya,pergi mencari objek fotografi atau hanya sekadar berbagi cerita satu sama lain.

Mereka banyak berbagi cerita, tepatnya Alea gadis itu bercerita tentang kehidupannya ketika dia di Bandung,bercerita tentang teman bahkan keluarganya.

"Eh btw Al mau minum apa?"
"Apa aja deh yang enak."
"Sini ikut." Perintah Vano menarik lembut tangan Alea menuju para barista yang sedang sibuk.Alea mengernyitkan dahinya dengan tatapan 'ngapain Vano ngajak kesini?'

"Pake!" Vano menyerahkan apron/celemek yang dipakai barista yang ada disini.

Vano berjalan ke belakang Alea dia menarik rambut Alea dengan lembut karena saat ini rambut Alea tidak dikucir,tergerai dengan sangat indahnya.Alea kaget dengan perlakuan Vano

"Van..."
"Ada karet ngga?" potong Vano.
Alea merona bisa-bisanya Vano melakukan ini ditempat umum apalagi banyak orang disekitar mereka baik itu pengunjung maupun pelayan dan barista,tapi percuma juga Alea menolak ia yakin Vano tidak peduli.

"Emm...eh iya ini." Kata Alea gelagapan sambil menyerahkan ikat rambut hitam yang selalu ia bawa di kantongnya.

Vano mengikat rambut Alea dengan lembut mengundang tatapan iri dari pengunjung perempuan yang seusia mereka.

"Van udah,ngga enak diliatin orang." Alea merasa risih.
"Emang udah selesai kok." Vano berjalan ke samping Alea. "Al terkadang lo harus punya rasa ngga peduli ini hidup lo, orang mau bilang apa juga itu hak mereka untuk berkomentar dan lo ngga usah peduli apa kata mereka." Sambung Vano seperti orang bijak yang membuat Alea tambah merona Alea yakin pipinya sudah seperti kepiting rebus sekarang.

"Mau coba kopi tubruk?" tanya Vano.
"Boleh." Jawab Alea.

Vano berjalan mengambil biji kopi yang ada di toples--biji yang sudah dipanggang kemudian dia memasukkan biji kopi itu kedalam mesin kecil yang Alea tau itu namanya grinder.Ya Alea lumayan tau banyak tentang kopi karena memang dari kecil ia terbiasa minum kopi dengan Papanya.

"Giling!" Ucap Vano.
"Gue ngga bisa Van nanti mesin orang rusak,"
"Coba aja dulu Al kan gue bantu lo,"

Bagi Alea ini adalah pengalaman pertamanya ada dibalik meja barista mata gadis itu berbinar menunjukkan bahwa ia sangat menyukai ini.

Alea menikmati suara yang dikeluarkan oleh mesin penggiling tersebut suara yang sangat unik pikir Alea.

Selesai dengan acara menggiling biji kopi Alea menyeduh bubuk kopi itu dengan bimbingan Vano.

Setelah itu mereka kembali ke meja favorit mereka dekat jendela membawa dua gelas kopi tubruk dan lava cake.Perpaduan yang pas dengan kopi tubruk.

ALEA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang