Ekstra Part (Alea & Vano POV) + Kabar Gembira (Maybe)

36.1K 1K 54
                                    

Alea's POV

Untuk semuanya terimakasih telah menemani hingga saat ini. Dari aku yang baru menjadi murid baru hingga banyak perjalanan lainnya. Tentu kalian yang sudah dari awal mengikuti paham bagaimana aku hancur dan dipaksa bangkit lagi. Tidak apa, ini pelajaran berarti. Ada banyak hal yang aku dapatkan. Sakitnya, patahnya, sesaknya semuanya aku alami.

Aku menatap seseorang yang sedang sibuk bercengkrama sembari memasang apron di balik meja barista. Seperti biasa, aku selalu jatuh dalam pesonanya, sesekali dia menoleh dengan sedikit senyum yang membuat aku lagi-lagi terpana. Tidak, jangan berpikir aku hanya jatuh pada parasnya saja, aku jatuh pada semua yang ada di dalam jiwanya. Seseorang mungkin pernah mengecewakanmu, tapi bisa jadi dia juga penyembuh sakitmu. Siapa yang tau?

Mataku tidak lepas memandang dia yang sedang berjalan membawa dua cangkir kopi cappucino dan espresso favoritnya dengan dua buah croisant.

“Kenapa apronnya nggak dilepas dulu?”

“Biar lo ngerasain gimana rasanya duduk ngopi sama barista ganteng.” Dia terkekeh dengan leluconnya sendiri dan sialnya itu menular. “Tadinya gue mau makan croisant satu berdua, tapi takut lo nggak kenyang, kita jangan bucin-bucin amat ya makan satu porsi berdua. Serius Lea makan cinta bukan bikin kenyang, tapi cuma bikin senang.”

“Lo aja kali yang bucin!”

“Yang penting gua sayang lo.”

“Nggak nyambung Vano.” aku memutar bola mata pura-pura kesal.

“Sambungin aja pake tali kasih kita. Anjay keren nggak gue?”
Aku tertawa lepas dengan tingkahnya, dia benar-benar bukan es batu seperti dulu lagi.

cekrek’ suara kamera dan blitsnya membuat aku berhenti tertawa dan memandang Vano yang sedang tersenyum sendiri melihat ke arah kameranya.

“Lo kenapa senyum-senyum gitu?”

“Ada orang di kamera lucu banget.”

“Liat dong.”

“Nggak mau, lo pasti bakal cemburu.”

“Orang itu foto gue.” Aku mulai menggigit pelan croissant ku.

“Dih PD amat.”
Aku memberengut sebal dan lagi-lagi dia membidik ke arah ku dengan kameranya. Menyebalkan.

Sedetik kemudian dia sudah duduk di sampingku sembari merangkul pundakku yang membuat aku jelas tidak bisa menahan senyum lagi.

“Nih liat, cakep banget pacar gue.” aku melihat potret diriku disana. Hm tidak apa-apa bagus juga hahaha.

“Yah...hujan.” mataku melihat ke arah kaca jendela yang mengembun.

“Berarti kita harus lebih lama duduk disini.”

Tangan ku terulur menyentuh kaca jendela dan membelakangi Vano, samar-samar aku mendengar bisikan ‘I love you’ entah itu nyata atau halu, tapi tetap menimbulkan semburat hangat di pipiku. Dengan cepat aku membalikkan badan dan yang kudapati Vano sedang menatapku dengan senyum hangatnya. Astaga gimana nggak meleleh kalo kayak gini! Aku yakin sekarang muka ku sudah seperti kepiting rebus dibuatnya.

“Cantik.” Triple kill! Aku menggembungkan pipi seperti biasa jika sedang salah tingkah membuat Vano tertawa dan mengacak pelan ujung kepalaku.

--
Vano's POV

Sore ini di kedai kopi dengan cuaca sedikit mendung yang membuat gue memutuskan untuk membuat kopi hangat, biasanya tuan putri lebih senang kalo kopinya dingin, walaupun tidak pernah protes juga sih dibuatkan yang hangat. Dia sedang duduk di tempat biasa dengan mata terarah ke meja barista dengan sesekali tersenyum manis jika gue menatap balik. Hal sesederhana itu membuat gue paham seberapa tulusnya rasa sayang dia ke gue.

ALEA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang