Bab 20

29.5K 1.1K 10
                                    

Rata-rata sifat cowok itu nggak peka.

❤❤❤

Vano berdiri di ambang pintu kelas. Ia datang pagi-pagi karena khawatir dengan Alea sejak semalam ia tidak bisa dihubungi.

Yang ditunggu datang menunduk sementara Vano masih setia dengan posisinya menyender di tembok.

Alea melewati pintu. "Alea," Vano menahan pergelangan tangannya.

Alea hanya menatap Vano dengan ekspresi datar. Mereka saling menatap cukup lama.

"Maafin gue soal kejadian di rumah gue."
"Lepasin tangan gue!" Alea mencoba melepaskan tangan Vano, namun nihil tenaga Vano jauh di atas dirinya.
"Maafin gue dulu."

"Lepasin tangan gue," Alea sedikit berteriak pada Vano perlahan Vano menuruti perkataan Alea.

“Gue nggak marah sama lo, tapi gue kecewa sama kelakuan lo yang nggak bisa berubah. Hari ini lo marah besok baik gue nggak suka. Kalo lo mau marah puasin dulu diri lo buat marah kalau kayak gini kesannya lo labil Van."

Vano menunduk Alea berlalu.

Sejak jam pertama dimulai tidak sedikit pun Alea berbicara pada Vano atau sekadar menanyakan apakah Vano mengerti atau tidak.

Alea sesak mengingat kejadian kemarin saat di rumah Vano. Alea paling tidak bisa dibentak dan kemarin Vano memarahinya kemudian membanting pintu tanpa tau apa yang dirasakan Alea di balik pintu itu.

Ketika jam istirahat Alea memilih sendiri. Dia berjalan di koridor dekat lapangan outdoor sendiri. Alea merasa bersalah karena tidak memaafkan Vano. Sepasang mata sedang mengamati gadis itu berjalan. Tidak biasanya Alea berjalan sendiri biasanya ia bersama teman-temannya pikir orang yang sedang mengamati Alea.

Entah darimana bola basket melambung ke arah Alea beberapa detik kemudian menghantam kepala belakang Alea yang membuat gadis itu limbung. Dengan sigap orang yang tadi mengamati Alea menangkap gadis itu sebelum tersungkur ke tanah. Sebelum Alea hilang kesadaran ia melihat seseorang menangkapnya sekilas yang terlihat matanya yang terpasang kacamata.

"Sorry-sorry gue nggak sengaja," ucap seorang cowok yang memakai badge kelas XI.
"Ngapain lo main basket di jam istirahat? Setau gue nggak ada turnamen dekat-dekat ini. Kalaupun ada biasanya latihan di lapangan indoor."
"Maaf Bang Leo gue nggak sengaja."
Leo tidak mempedulikan ucapan maaf dari adik kelasnya tadi. Yang ia pikirkan ia harus segera membawa Alea ke UKS. Leo meraih Alea ke dalam gendongannya.

Semua pasang mata melihat ke arah Leo bahkan ada yang memotret mereka untuk dijadikan bahan gosip murahan.

Davin datang dari arah yang berlawanan. Sebelumnya ia tidak tahu apa yang terjadi pada Alea. "Alea kenapa?"
"Dia kena bola basket dan pingsan," jawab Leo singkat padat dan jelas kepada Davin teman sekelasnya.
"Biar gue yang bawa dia ke UKS," tawar Davin.
"Gue tau dia pacar adik lo seenggaknya hargai gue yang udah nyelamatin dia tadi dan biarin gue nyelesain tugas gue sampai dia sadar."
Davin menghela napas pasrah.

Sejujurnya Davin hanya ingin tidak terjadi kesalahpahaman diantara Vano, Alea dan Leo. Ia membiarkan Leo berlalu dari hadapannya dan bergegas mencari Vano.

Dengan sabar Leo menunggu Alea sampai ia sadar.

Paleo Agler Pranaja adalah nama lengkap Leo. Dia berasal dari kalangan atas. Keluarganya memiliki perusahaan yang terkenal. Bergerak dibidang pertambangan. Nama perusahaan keluarga Leo adalah Pranaja Group. Leo begitu sapaannya memiliki darah Tionghoa parasnya yang rupawan dengan mata sipit sudah tentu dapat ditebak. Leo memang kaya tapi ia hidup layaknya orang sederhana bahkan mobilnya yang beberapa waktu lalu mogok dijalan adalah mobil sang Kakek.

Leo berkacamata sejak masuk SMA meskipun dia tidak minus. Dia lebih suka seperti itu karena dia tidak mau didekati hanya karena ia dari kalangan yang berada. Walau begitu tetap saja ia terkenal karena nama belakangnya. Cowok itu bisa dibilang misterius karena jarang bicara dan jarang bergaul. Tapi  bukan berarti ia tidak punya teman ia masih punya sahabat yang juga sekelas dengannya.

Leo tahu Alea sudah mempunyai pacar tapi entah ada apa dengan dirinya ia merasakan perasaan berbeda sejak pertama kali bertemu.

Waktu itu jam pelajaran kosong di kelasnya. Ia berniat tidur namun kelasnya sangat ribut kemudian ia pergi ke perpustakaan dan menemukan Alea yang sedang membaca novel dengan berbagai macam ekspresi. Leo memerhatikan ekspresi Alea dari dekat pintu masuk perpustakaan. Hingga akhirnya ia duduk di depan gadis itu memasang headphone miliknya. Sebelum itu ia melihat raut wajah Alea yang sepertinya meneliti setiap inchi wajahnya dengan ekspresi lucu menurut Leo.

Pertemuan kedua, ia bertemu di toilet depan ketika bel pulang. Waktu itu ia hanya memastikan apakah Alea adalah orang yang ditemui di perpustakaan atau bukan. Ia lalu berjalan meninggalkan Alea tanpa tahu siapa nama gadis perpustakaan itu.

Pertemuan ketiga, ketika mobilnya mogok di tengah jalan saat ia pergi ke sekolah. Alea menghampirinya dan dengan baik hati menawarkan untuk berangkat bersama. Semenjak itu ia tahu nama gadis perpustakaan itu. Mereka berkenalan singkat.
Sejenak Leo berpikir 'kata orang kalo ketemu tiga kali tanpa sengaja itu artinya jodoh.'

Leo  tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala mengusir pikiran anehnya.

Sampai akhirnya suara pintu UKS terbuka menampakkan sosok Vano berdiri dengan tatapan dinginnya.
"Lo ngapain disini?" tanya Vano.
"Menurut lo?"
"Lo boleh pergi gue bisa jaga dia."

Leo bangun dari posisi duduknya menghadap Vano dengan senyum miring. "Oh ya lo bisa jaga dia? Terus tadi kemana waktu dia dihantam bola. Kenapa gue nggak liat lo jagain dia ataupun ngelindungin dia."
"Bukan urusan lo!"
"I knew it. Dan seharusnya lo yang ada disana bukan gue. Lo pacarnya dia milih lo karena dia percaya lo bisa jaga dia."

"Kak Leo, Vano ada apa?" Mereka menghentikan perdebatan itu.
Leo menoleh ke arah Alea yang baru sadar dari pingsannya. "Lo nggak papa? kepala lo gimana?"

Alea mengangguk meyakinkan. “
"Gue nggak papa makasih ya kak."
"Bagus deh kalo gitu gue permisi ada yang ngga suka gue disini," Leo pergi meninggalkan ruangan bercat putih itu.

Hening

Tidak ada yang memulai pembicaraan.

Suara hp dari saku celana Vano berdenting menandakan ada pesan masuk.

Abang sialan
Gimana keadaan Alea?

Vano mengangkat kepalanya melihat Alea. "Bang Davin nanyain gimana kabar lo?"
Alea melirik Vano. "Jadi kak Davin yang nanyain gue terus lo sendiri gimana?"

Tenggorokan Vano kering ia harus menjawab apa ia tidak tahu.

"Bilang ke Kak Davin gue baik-baik aja dia nggak perlu khawatir." Vano mengangguk patuh.

Rasa-rasanya Alea ingin sekali meneriaki cowok disampingnya ini mengatakan bahwa ia tidak peka. Alea meralat pujiannya pada Vano yang mengatakan bahwa Vano sangat peka dengan keadaan Alea. Yang Alea ingin Vano yang menanyakan kabarnya terlebih dulu bukan orang lain. Baik itu Leo ataupun Davin kakaknya Vano sekalipun.

Kedua teman Alea datang melihat kondisi gadis itu. Dari tadi mereka gelisah karena mendengar kabar Alea kena bola basket hingga ia pingsan. Dilla dan Farah membawakan satu roti dan satu teh kotak untuk Alea makan. Sementara Vano ia hanya diam tidak melakukan apa-apa.

___

Alea memilih masuk ke kelas bersama kedua temannya membuat Vano semakin resah. Seperti sebelum istirahat tadi sekarangpun Alea masih mendiamkan dirinya.

gue harus minta maaf gimana pun caranya batin Vano.

ALEA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang