"i-ya mau minta bantuan a-apa?" Tanya Octa ketakutan.
"Bantuin aku nyari nenek itu" jawabku tegas.
"Sebenernya tu nenek siapa sih?" Ujar Octa penasaran.
"Dia nenek yang aku selamatkan waktu kecelakaan kemarin" jawab ku.
"Trus sekarang kita mau nyari dimana?"
"Kebetulan waktu itu nenek juga dibawa kerumah sakit ini. Coba kita ke resepsionis" kata ku sembari berlari menuju lift.
"Jangan lari, lu masih sakit Kay" teriak Octa melarangku untuk berlari.
Aku berjalan ke resepsionis sembari dibantu oleh Octa. Kami memasuki lift untuk turun ke lantai pertama. Sesampainya di lantai pertama, kami langsung menuju ke meja resepsionis.
"Mbak, emm.. kamar nenek yang kemarin saya bawa kesini sehabis kecelakaan dimana ya?" Kata ku.
"Yang mana ya dek?" Tanya mbak resepsionis.
"Jadi kemarin saya sama satu bapak-bapak datang kesini bawa nenek korban kecelakaan" jelas ku.
"Kalau boleh tau nama nenek itu siapa?"
"Ah itu saya nggak tau mbak"
"Kalau tanpa nama susah untuk tau kamarnya dek, lagipula rumah sakit ini luas banget kan dek" jelas mbak resepsionis.
"Ah yaudah makasih mbak" sahut Octa.
"E-em mbak" aku kembali bertanya kepada mbak resepsionis tetapi Octa menghadangiku.
"Udah-udah, lagipula lu nyari orang kaga tau namanya"
Aku hanya terdiam dan berjalan kembali ke kamar, Octa mengikuti ku dari belakang. Kami memasuki lift untuk menuju kamarku. Tak sengaja aku berada pada satu lift dengan penduduk yang membantuku dan nenek itu untuk pergi kerumah sakit. Sontak aku langsung memanggilnya.
"Pak, bapak yang waktu itu kan?" Tanya ku.
"O-oh adik yang waktu itu ya?, kamu sakit apa nak? Kok ada disini?"
"Hmm, ngga papa kok pak. Emm Pak, tau nenek yang waktu itu sekarang dimana nggak?"
"Aduh aku kurang tau nak, soalnya nenek itu udah dijemput sama keluarganya"
"Bapak tau rumahnya?" Sahut Octa.
"Kalo ngga salah sih di arah Lermai Raya, tapi kurang tau juga sih, emang ada apa ya?"
"Oh ngga papa kok pak, terus bapak kesini kenapa ?"
"Bapak ada urusan di lantai atas nak"
"Oh yaudah makasih pak"
Sesampainya di atas aku dan Octa berjalan ke arah kiri menuju kamarku sedangkan bapak itu kearah kanan.
"Kok lu kepo banget sih sama nenek itu Kay?" Tanya Octa keheranan.
"Ngga papa" jawab ku singkat.
Kriieet, aku membuka pintu dan masuk menuju kamarku. Suasana di kamar sangat ramai karena sebagian keluargaku sedang menjengukku. Mereka terlihat sangat kawatir dan juga lega melihat keadaanku yang sudah baik. Tiba-tiba Delon datang dan berkata kepadaku dengan nada datar dan serius.
"Kalau naik bis hati-hati dong" ujar Delon sambil memberiku selembar hansaplast.
"Hehehe, iya Lon.. btw ini buat apa?" Tanyaku tentang hansaplast yang diberikan Delon dengan tersenyum lebar.
"Simpen aja, percuma juga kalo dipake" ucap Delon singkat. Delon langsung keluar dari kamarku tanpa mengucapkan sepatah kata selain menyuruhku untuk menyimpan hansaplast itu.
"Delon mah CCP cuek-cuek perhatian, hehhe" batinku seraya memasukan hansaplast dari Delon kedalam saku ku.