36

1.3K 53 4
                                    

Matahari kembali menampakkan sinarnya. Kali ini matahari terlihat lebih cerah dari sebelumnya. Langit juga nampak biru bersih tanpa ada satu awanpun. Aku menghirup nafas panjang-panjang, pasalnya udara masih segar, belum ada asap-asap yang membuat polusi. Aku berjalan memasuki gerbang sekolah. Aku rindu. Suasana sekolah seperti biasa. Siswa berlarian di aula, guru memarahi siswa yang tidak tertib, dan seorang siswa yang mencoba menyembunyikan ponsel di sakunya. Aku tersenyum gembira melihat pemandangan sehari-hari disekolah. Karena sudah hampir seminggu ini aku hanya terbaring dirumah sakit.

Jam pelajaran pertama dimulai, the first lesson is started. Aku benar-benar rindu suara mbak-mbak itu. Ingin rasa memeluknya, apadaya hanya sebuah suara dari bel sekolah. Aku menghela nafas panjang dan bergegas menuju kelas. Langkahku terhenti di depan pintu kelas. Sebagian teman terlihat tergesa-gesa menyontek pr, ada yang bercanda di samping jendela, duduk sambil membaca buku, nge-rumpi dengan teman lainnya, dan biasanya topik yang dibahas tentang keburukan teman yang tidak ikut nge-rumpi di grup mereka, bahkan ada juga yang tidur sampai bel sekolah pun tidak membuat mereka bangun.

"Aku rindu" aku bergumam dengan bibir yang membuat senyuman kecil.
"Jangan rindu, berat, kamu nggak akan kuat, biar aku saja" aku menoleh ke sumber suara di balik pintu. Terkejut. Bukan hanya terkejut, bahkan badanku ikut meloncat karena saking terkejutnya. Aku melihat Dilan dengan wajah dan rayuan manisnya.
"Dilan?, kok kamu ada disini?"
"Abisnya nggak ada kerjaan sih di Dilan 1990, kali-kali jalan-jalan trus mampir ke cerita orang lain"
"Ooh, yaudah kamu jadi pasangan aku aja di cerita ini"
"Nggak ah, mendingan pulang ketemu Milea"
"Yeee, si Dilan mah gitu"

Dilan berlalu, aku berjalan menuju bangku kesayanganku, bangku didekat jendela. Agar aku bisa menengok dunia luar saat sedang bosan memperhatikan pelajaran.

"Eh Kayraa, udah sembuh? Maaf aku nggak bisa nengok"
"Kayraa, maafin aku jugaa"
"Kayra, kamu nggak papa kan?"

Sapaan teman-teman, hal sangat berharga bagi orang *ansos. Aku tersenyum gembira dan mengangguk menanggapi sapaan mereka. Selama ini mereka hanya berbicara kepadaku saat ada perlunya. Dan jangan heran, jika ada seseorang yang terlihat bahagia saat teman menyapanya, karena yang orang ansos butuhkan adalah teman, teman yang peduli dengannya.

*ansos : anti sosial

WHY ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang