39

1.1K 44 0
                                    

Mereka berhasil membuat hatiku kembali bahagia. Tak lama setelah aku berbincang-bincang dengan Octa, papa keluar dari kamarnya membawa sekotak kado yang ukurannya cukup besar dibungkus dengan kertas warna-warni. Aku membukanya dengan wajah penasaran. Aku menyobek kertas yang membaluti kotak kado yang besar itu, perlahan-lahan ku buka kotak itu. Papa mengambil ponselku lalu merekam momen ini. Kudapati sebuah gitar akustik berwarna coklat ke-emasan. Mataku membulat terkejut melihat gitar yang sungguh indah, papa pun terlihat sangat gembira sambil terus memegang ponselku.

Aku mengambilnya dengan kedua tanganku. Sebenarnya aku tidak mahir bermain gitar, tapi kalau hanya kunci G atau C pun aku bisa memainkannya, karena waktu kecil dulu papa sering memainkan gitar dan menyanyikan sebuah lagu. Aku merasa sangat nyaman saat papa bermain gitar.

"Kay, nyanyi sambil main gitar dong" bujuk Octa mendorongku untuk duduk di kursi. Aku mulai menaruh gitar di antara kedua tanganku. Jari-jari tangan kananku mulai memetik senar yang melekat pada tubuh gitar itu. Sangat merdu. Aku menikmati setiap alunan nada dari senar yang kupetik dan menyanyikan sebuah lagu kesukaan Octa.

Gidaereul wihae gidohabnida
Jikyeo dallago gidohabnida,
Naui baraemi daheul su issge
Dathyeojin muni seoseohi yeolyeo,
Sangcheoe ulgo ttaereon jichyeoseo
Jeolmange gathyo apeuji anhgil
Maeumeul dahae geudaui wiroga doegil
Oneuldo naneun gidohabnida
Younha-Pray

Lirik demi lirik keluar dari mulutku. Papa, mama, Tante Dona, dan Octa terlihat sangat menikmati keselarasan antara alunan gitar yang kumainkan dengan lagu yang kunyanyikan. Kami terhanyut dalam suasana.

"Yeayy, Kayra hebat" mama mengacungkan jempol diiringi tepuk tangan papa, tante, dan Octa.

Kemudian Octa menyodorkan sebuah kado kecil.
"Kay, ini dari gua sama mama gua buat lu"
"Makasih Kay, makasih tante"

Aku membukanya. Indah. Sebuah kalung berwarna emas dengan gantungan berbentuk hati diujungnya. Aku memakainya. Terlihat serasi, begitulah pikir Octa dan tante melihatku memakai kalung itu.

"Maaf Kay, mama nggak bisa ngasih kamu apa-apa, pelukan aja cukup kali ya?" Ujar mama seraya memelukku erat-erat. Wajahku terbenam dalam pelukan hangatnya.

"Nggak deh, mama bercanda. Nih buat kamu" mama mengeluarkan kotak kado dari balik badannya. Aku menggoyangkan kotak itu. Dan mencoba menebak apa isi kotak itu. Papa, tante, dan Octa terlihat lebih penasaran dari pada aku.
Perlahan aku membukanya, dan terdapat sepasang sepatu berwarna putih, serta sweater hoodie berwarna putih.

"Makasih maa" sontak aku memeluk mamaku dengan gembira. Papa tersenyum sambil sibuk merekam momen bahagia ini dengan ponselku.

Kami menikmati hari itu dengan bahagia. Kami berbincang bersama, bercanda bersama, bermain game bersama. Pokonya the best day ever deh dan tidak pernah terlupakan.

"Kami pulang dulu ya" pamit tante Dona sambil membawa tasnya.
"Gua pulang dulu ya Kay" sahut Octa
"Iya hati-hati dijalan" aku papa dan mama melambaikan tangan kepada tante dan Octa yang semakin menjauh.

Aku kembali duduk di sofa.
"Kay, sebentar lagi kamu UKK ya?" Tanya mama mengawali pembicaraan.
"Iya nih mah"
"Belajar yang bener, abis itu kamu nglanjutin sekolah di Korsel" ujar papa seraya menyeruput secangkir kopi.
"Hmm, iya pah" keningku agak mengerut mendengarkan perkataan papa.

Aku kembali memainkan gitar baruku. Tak ingin kalah, papa bernyanyi sambil mendengar alunan nada dari gitarku. Malam itu sungguh malam yang paling menyenangkan dalam hidupku.

WHY ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang