"Kay gua pulang dulu yaa" ujar Octa sambil menenteng tas sekolahnya.
"Iyaa hati-hati" jawabku.
"Tan pulang dulu, oiya Kay, besok gua kerumah lu" Octa menyalami mamaku dan menoleh kearah ku.
Aku tersenyum dan mengangguk. Aku menghantar Octa keluar rumah sakit."Dah Kay.." Octa melambaikan tangan kearahku. Aku berpaling dari Octa dan..
"Hai Kay" sapa Arka yang ternyata sudah dari tadi berada dibelakangku.
"A-arka??" Jawabku terkejut melihat arka melambaikan tangannya dan membawa se-keranjang buah-buahan
"Hehehe, aku denger kamu lagi sakit Kay, jadi aku kesini buat ngasih ini" Arka memberikan se-keranjang buah-buahan sambil tersenyum lebar.
"A-ah, makasih Ka, mau masuk dulu?" Ujarku mengajak Arka masuk ke rumah sakit.
"Oh enggak usah Kay, habis ini aku ada les, Oiya Kay, anu-, sebenarnya aku.." ucap Arka terbata-bata dan tidak berani menatapku.
"KAY.... udah waktunya kontrol ke dokter" teriak mamaku dari kejauhan memotong pembicaraan Arka.
"Iya maa, eh maaf tadi mau bilang apa Ka?"
"Oh nggak jadi Kay, udah ya aku mau berangkat les"
"Ah-eh iya, byee"
Arka berjalan keluar dengan wajah yang terlihat bingung dan gugup. Aku segera berlari kearah mama sambil membawa se-keranjang buah-buahan dari Arka. Melihatku keberatan membawa keranjang itu, mama mengambilnya dari tanganku.
"Ini dari siapa Kay?" Tanya mama.
"Dari temen aku ma" jawabku.
"Oh yang tadi itu ya, maaf mama ngganggu kalian"
"Ngga papa kok ma, lagian dia juga mau pergi les"
"Yaudah gih ke ruang dokter, mama mau naruh ini di kamarmu dulu" suruh mama sambil berjalan ke kamar pasien. Aku memasuki lift untuk menuju ke ruang dokter di lantai tiga.
Tok-tok-tok aku mengetuk pintu di ruang dokter.
"Masuk.." Dokter menyuruhku untuk masuk keruangannya."Oh hai Kayra..." sapa dokter itu dengan ramah sambil menyuruhku untuk duduk di kursi.
Aku hanya terdiam dan memperhatikan wajah dokter itu sambil tersenyum kecil.
"Buseet, ini dokter apa model? Ganteng banget" batinku melihat dokter yang berwajah tampan itu tersenyum kearahku. Dokter itu bernama dokter Ezra. Dokter Ezra kemudian berdiri mengambil sebuah kertas di meja kerjanya.
"Wuaah, masih muda plus fotogenik pulaa, cocok banget jadi model"Batinku melihat dokter Ezra yang unyu-unyu dan bentuk tubuhnya yang fotogenik.Tak lama kemudian mamaku datang dan duduk disampingku. Dokter Ezra dengan wajah yang ramah kembali duduk di depanku dan mama dengan menyilangkan kakinya. Aku masih terpesona akan wajah dokter Ezra.
"Kayra sudah sehat ya.." ujar dokter Ezra sambil tersenyum lebar. Aku membalas senyuman dokter Ezra dengan mengangguk-anggukkan kepalaku.
"Hehehe, iya berkat dokter Ezra, anak saya sudah sehat" ucap mamaku.
"Hehe, Masih ada keluhan kah? Seperti pusing atau pandangan kabur?"
"Tidak dok, tapi akhir-akhir ini ada kejadian yang saya membuat saya bingung" aku mencoba menjelaskan mimpi yang telah aku alami. Mama ku melihatku dengan heran karena aku belum pernah bercerita dengan mama.
"Coba ceritakan" kata dokter Ezra.
"Jadi setelah kecelakaan, saya bermimpi dan mimpi itu terus berulang. Dan di mimpi saya ada nenek yang kemarin saya selamatkan waktu kecelakaan kemarin." jelasku.
"Kamu kok nggak pernah cerita sama mama Kay?" Tanya mama.
"A-aku takut kalo mama jadi kawatir"
"Emm, selain nenek itu ada yang lain di mimpi kamu?" Tanya dokter Ezra.
"Ada dok, tapi nenek itu seperti pemeran utamanya di mimpi saya dok" jawabku.
"Ohh, ini namanya *first relation dream , biasanya terjadi setelah kepala seseorang terbentur benda yang keras. Dan nenek itu mungkin ada hubungan dengan kamu Kay."
"O-oh"
"Kamu tau nenek itu siapa Kay?" Tanya mama ku penasaran.
"Nggak tau mah"
"Jangan kawatir Kay, seiring berjalannya waktu mimpi itu bakal ilang kok" ujar dokter Ezra dengan tersenyum sambil mengelus rambutku. Aku mengangguk dan tersenyum. Dan wajah mama terlihat lega setelah mendengar perkataan dokter Ezra.
"Karena keadaan mu sudah membaik, kamu boleh pulang besok" kata dokter Ezra.
"Baiklah dok, makasih" ucapku dan mama. Kami lalu keluar dari ruang dokter.
"Kay, tadi mama udah telpon papa buat jemput kita, tapi papa lagi sibuk sama pekerjaannya. Jadi tante Mila yang mama suruh buat jemput kita" jelas mama sambil berjalan kembali ke kamar pasien.
"Tante Mila??" Tanyaku terkejut.
Mama mengangguk dan menyuruhku untuk mengemasi barang-barang di kamar.