43

1.1K 40 4
                                    

Pagi-pagi sekali, aku terbangun dari tidur yang membuat mataku membengkak sebesar bola pingpong, namun rasanya tubuhku masih melekat sehingga aku tak kuasa menepis hasrat tubuhku untuk tertidur lagi. Waktu demi waktu dan mimpi demi mimpi sudah kualami. Jam weker yang terletak tepat disamping telingaku berbunyi dan membuat badanku sedikit meloncat. Aku berjalan keluar kamar dan berhenti sejenak menatap kalender dengan lingkaran-lingkaran merah yang menunjukkan tanggal dimana aku akan melaksanakan UKK. Tinggal menghitung hari aku akan meninggalkan Indonesia untuk pindah ke Korea Selatan. Dan mungkin, aku juga harus meninggalkan perasaanku terhadap  Elios. Tapi, sebelum meninggalkan Elios aku akan mengatakan dengan sejujur-jujurnya apa yang aku rasakan selama ini.

Aku tiba disekolah, hari ini aku tidak naik bus tetapi diantar papa yang kebetulan juga akan berangkat bekerja. Burung-burung kecil berkicau menyemarakkan hatiku yang sangsi untuk meninggalkan Indonesia. Perlahan kuinjakkan kakiku ke lantai di koridor sekolah, sudah banyak kenangan yang aku ukir disini.

Bruak, aku mendengar suara kekacauan di sebuah ruang yang letaknya tidak jauh dari koridor sekolah. Memang sepi. Karena ruangan itu jauh dari kantin dan kelas-kelas. Hati nuraniku menyuruhku untuk berjalan dan memasuki ruangan itu. Jantungku berdegup agak kencang. Tanganku merambat di sekitar jendela dan mataku mengintip apa yang terjadi di dalam ruang dari jendela. Aku mendapati seorang siswi perempuan dengan dahi yang berdarah dan mata yang lebam. Perlahan ku gerakkan bola mataku. Kina. Manusia itu lagi. Kini dia tidak hanya mem-bully ku. Aku tidak tahan melihat perlakuannya itu.

"Kina!" Teriakku sambil membuka pintu dengan keras.

Kina dan anak perempuan yang tidak kuketahui namanya  itu langsung berpaling menghadapku. Kina heran dan langsung mendekatiku, keringatnya bercucuran. Mungkin karena lelah menghajar anak itu. Tak ingin kalah, aku juga memasang ekspresi marah dengan mata yang membulat dan alis yang kunaikkan.

"Elu lagi, elu lagi, nggak bosen-bosen ya ngganggu gua," kata Kina sambil menyibakkan rambutnya yang terurai.
"Lu mau jadi kayak anak ini juga ?!" Tambahnya sambil menunjuk anak perempuan yang tergeletak lemas di lantai.

Aku hanya terdiam dengan wajah garangku. Aku mendorong Kina dengan jari telunjuk yang kuletakkan di bahunya. Dan berkata dengan suara lirih.

"Gua ngga takut sama lo!" Baru kali ini, mungkin karena saking kesalnya aku menggunakan bahasa gaul agar lebih terlihat oleh Kina kalau aku benar-benar berani padanya.
"Dasar adik kelas kurang ajar!" Teriak Kina sambil berusaha untuk memukul kepalaku. Dan demi apa, aku berhasil mengelak dari pukulannya. Namun tidak dengan pukulan kedua. Kepalan tangan Kina mengenai pipi bagian kiriku, aku terjatuh di lantai. Anak perempuan yang sedari tadi hanya memandangku dan Kina penuh ketakutan, kini berusaha berdiri dan menolongku.

"Ka-kamu nggak papa?" Tanya anak itu dengan nafas terengah-engah.
"Nggak papa kok," ucapku sambil berdiri.

Rahangku terasa sedikit sakit karena pukulan Kina yang lumayan keras. Namun, aku tidak menyerah. Aku mencoba melawan Kina dengan jurus  wushu yang pernah aku coba di sebuah tempat latihan wushu pada saat kelas 3 SD, meskipun cuma bertahan satu minggu sih!. Dan ternyata, jurusku masih berfungsi. Kina terjatuh dan sekarang ia tergeletak di lantai. Aku mengusap keringat yang sudah mulai membenamkan wajahku. Kulihat tanganku dan ternyata ada darah dari mulutku. Kina berusaha bangun lagi, kini ia mendorongku dan aku terpental sampai menabrak tumpukan kursi. Tubuhku sakit dan kursinya berantakan !

Seketika pintu terbuka dengan seseorang dibelakangnya. Pak June, satpam di sekolahku. Wajah galaknya seperti akan meledak melihatku Kina dan anak perempuan itu penuh muka lebam. Pak June tak salah paham, karena ia melihat Kina berdiri tegap sedangkan aku dan anak perempuan itu tergeletak dilantai. "Rasain kamu Kina, eh bukan, rasain lo Kina!" Batinku dengan tersenyum simpul.

"Kina!, apa yang sudah kamu lakukan?" Bentak pak June.
"Nggak pak, bukan saya pak!" Elak Kina sambil berlutut dihadapan pak June.
"Kalau bukan kamu, kenapa kamu berlutut dihadapan saya!"

Mendengar perkataan pak June, Kina segera bangkit.

"Sekarang saya dapat buktinya kalau sebenarnya kamu memang seorang pem-bully," tukas pak June.
"Ta-tapi pak, bukan saya, tapi anak itu !" elak Kina lagi sambil menunjukku.
"Apa buktinya?!, ckckck, bagaimana kalau pak donatur tahu kelakuan anaknya seperti ini ya? Mengaku atau saya laporkan!?" Decak pak June penuh percaya diri.
"Iya pak saya mengaku saya pelakunya, tapi saya mohon, jangan beritahu ayah saya Pak, saya mohon," kata Kina yang kembali berlutut dihadapan Pak June sambil menunduk.

Aku segera berdiri dari keterpurukan ku diantara tumpukan kursi. Aku berjalan menghampiri anak perempuan yang masih tergeletak lemas dilantai. Kuraih tangannya dan ku papah dia untuk berdiri.
Pak June memanggil seorang siswa yang sedang berdiri di koridor untuk membantuku berjalan menuju UKS sementara pak June berjalan beriringan dengan Kina.

MessageFromAuthor :
Maafkan author yang terlambat update 🙏
Sebagai gantinya, author mengupdate chapter yang lebih panjang daripada chapter-chapter sebelumnya.
Tetep baca MLMK ya !, jangan bosen2.
Author akan berusaha membuat chapter yang lebih baik lagi. Bye-bye

@girlsya

WHY ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang