"Kay kok lu ninggal gua sih" ujar Octa.
"Maapin aku Kay, lupaa"
"Ce ilah, sama temen sendiri lupa, yaudah pulang yuk" ajak Octa.
"Kamu nggak marah Ta?" Tanyaku keheranan
"Nggak lah kenapa gua harus marah gegara masalah sepele?"
"Ah Octaa, emang sahabat terbaikku" kata ku sembari memeluk Octa.
Elios menoleh ke arahku dengan mengangkat alisnya dan tersenyum kecil.
"Tuh kan Octa nggak marah.." bisik Elios.
Aku mengangguk-angguk sambil tersenyum lebar.
♡♡♡
Keesokan harinya, aku bangun pukul 6.00. Yaa, aku kesiangan lagi. Aku langsung mandi dan berjalan menuju halte dengan tergesa-gesa."Yaah, bis langganan ku udah lewatt" keluhku melihat bis yang biasa aku dan Octa naiki lewat dengan cepat.
Dengan terpaksa, aku menaikki bis lain. Aku duduk disamping seorang nenek yang kira-kira berumur 70 tahun. Meskipun wajahnya keriput, tapi terlihat bahwa waktu muda nenek itu berparas cantik. Kemudian nenek itu menyapaku dengan tersenyum.
"Sekolahnya dimana nak?"
"Di SMP Pemuda Berkarya nek"
"Oh, dulu waktu belum digusur, sekolah nenek juga ada disitu"
"Ohh, berarti dulu ada sekolah lain ditempat sekolah aku ya nek?"
"Iyaa, emm cita-cita kamu jadi guru ya?"
"Kok tau sih nek?"
"Yaaa.. Nenek berpesan, meskipun banyak masalah dalam hidup kamu, kamu harus tegar. Ada yang bully kamu disekolah kan? Kamu orang yang kuat nak. Nenek harap kamu terus begitu sampai mimpimu itu terwujud."
"Ma-maksudnya nek?"
"Kamu suka sama teman kamu ya?, kalau memang suka, jaga teman kamu itu baik-baik ya.. apalagi sahabat kamu yang selalu bantu kamu nak."
"Ko-kok ne-nenek bisa tau?" Tanyaku terkejut.
Ciit Bruaak. Bis yang aku tumpangi menabrak sebuah truk. Aku tidak sadar sesaat, karena kepalaku terbentur jendela bis. Saat aku membuka mata, aku melihat darah mengalir di kepala nenek itu. Aku terkejut dan merangkul nenek itu untuk keluar dari bis dengan langkah tergopoh-gopoh.
Penduduk yang melihatku mencoba membantuku dan membawa kami ke sebuah angkutan kecil untuk pergi ke rumah sakit.
"Nek, nenek bangun nek." Ujarku sembari memegang tangan nenek itu dan membersihkan darah dikepalanya menggunakan dasi.
Mata nenek itu hanya membuka sedikit.
"Kamu nggak papa?" Tanya penduduk yang menghantarku ke rumah sakit.
"Nggak apa-apa kok pak" jawabku sambil tersenyum.
Sesampainya di rumah sakit, nenek itu dibawa ke ruang ICU.
Aku menunggu nenek itu di depan ruang ICU dengan berbagai pertanyaan di batinku.
"Kok nenek itu bisa tau ya?" Pertanyaan itu yang selalu menghantui pikiranku.
Kemudian Aku melihat kearah jam tanganku. Aku lupa bahwa aku harus berangkat kesekolah.
"Pak, tolong jaga nenek ya, aku mau sekolah. Setelah pulang sekolah aku pasti kesini lagi" ujarku kepada bapak yang mengantar ku ke Rumah Sakit.
"Iyaa, hati-hati"
Aku berlari menuju sekolah. Kebetulan jarak rumah sakit dan sekolahku tidak terlalu jauh, sehingga aku tidak perlu naik angkutan atau bis.
"Aduuh pusing" batinku sembari memegang kepalaku.
---
Pintu gerbang sekolahku sudah ditutup, kemudian aku memanggil satpam untuk membukakan gerbang itu.
Aku memasuki kelas dengan terengah-engah.
"Kayra, kenapa kamu terlambat?" Tanya guru yang sedang mengajar di kelasku.
"Maafin saya bu, saya kesiangan" ujarku dengan wajah memelas.
Sekolahku terkenal dengan tata tertibnya. Karena aku terlambat aku dihukum untuk berdiri di samping papan tulis sembari mengangkat satu kakiku.
"Auhh, pusing" keluhku, sambil mengelus-elus kepalaku.
Tubuhku rasanya lemas, kepalaku terasa berat dan pusing. Kemudian teman yang duduk di dekatku berkata kepadaku.
"Kay? Kamu ngga papa?" Ujar temanku sambil berbisik-bisik.
"Ngga papa kok"
"Tapi itu Kay... kepalamu.. berdarah"
Sontak aku memegang kepalaku. Aku melihat cairan merah menempel pada telapak tanganku. Aku tak sanggup berdiri lagi.
Bruuk, aku pingsan dihadapan teman-temanku.
Aku sempat melihat teman-temanku menghampiriku.Aku diangkat ke UKS menggunakan tandu.
"Eh itu kan, Kayra ??!!" Ucap Octa terkejut melihatku melewati kelasnya.
Tanpa basa-basi Octa keluar kelas dan berlari mengampiriku.
"Octaa, mau kemana??" Tanya seorang guru yang sedang mengajar ke kelas Octa.
Octa mengabaikan guru itu, dan tetap berlari kearahku.
"Kayra, bangun Kay.. Pak Kayra kenapa pak??!!" Tanya Octa terkejut.
"Tadi Kayra pingsan, kepalanya berdarah" jawab pak Guru.
"Ayo pak !! cepat dibawa ke rumah sakit" kata Octa.
"Kamu nggak boleh, kamu harus mengikuti pelajaran"
"Pak, dia temen baik saya pak. Ijinkan saya ikut pak"
"Baiklah"