Setelah kedua pasangan membuat kericuhan di cafe tersebut, aku keluar dari cafe sembari membawa sebotol kopi.
Saat berjalan di sebuah jalan yang agak sepi, ada sekumpulan bapak-bapak sedang berkumpul di suatu gubuk.
"Neng sendirian aja neng.." kata seorang bapak-bapak.
"Huhuhu, iya pak, neng jones, cendiyian mulu" jawab ku (baperan)
"Sini neng sama abang aja"
"Nggak pak, aku mau pulang"
"Udah neng sini ajaa" ujar bapak-bapak sembari meraba rambutku
"Ih apaan sih pak, inget istri dirumah pak yang udah nyayangin bapak yang udah ngrawat bapak sampai saat ini, jangan sia-sia in istri bapak, ntar bapak sendiri lho yang nyesel"
Seketika kata-kata yang aku lontarkan membuat bapak-bapak itu menangis sambil bergumam memanggil istrinya.
"Huhuhu, kok aku nangis yaa, huhuhu, sini neng sama abang aja" ucap bapak itu sambil menangis tersedu-sedu.
"Pak sadaar" balas ku.
"Abang maunya sama neng!!!" Teriak bapak itu sembari memukulku
"Aaaa" aku berteriak dan tak sengaja bisa menghindari pukulan bapak itu. Tetapi bapak itu kembali memukulku, dan seketika Delon datang menangkap pukulan bapak itu.
"Kay lari, aku bakal tanganin bapak-bapak pedo ini" ujar Delon.
"E-eh tapi Lon...." jawabku.
"Cepeet lari" geram Delon.
Aku berlari dan bersembunyi di belakang tembok sembari mengintip perkelahian Delon dan bapak-bapak pedo itu.
Bruuk braak breek, ouchh, aku tidak tega melihat mereka bertengkar.Beberapa menit kemudian Delon datang dengan muka yang lebam. Aku segera menghampiri dan memeluknya.
"Deloon , kamu nggak papa?" Ujar ku sembari memeluk Delon.
"Ih apaan sih peluk-peluk lepasin" jawab Delon marah.
"O-oh maafin, muka kamu lebam gini Lon?"
" nggak papa" balas Delon singkat
"Btw kamu kok bisa tau aku disini? Kamu ngikutin aku ya?"
"Jangan ge-er aku cuma kebetulan lewat"
"Masaa, sebenarnya tadi aku mau pukul bapak itu chiaat chaa chiaaat (gayanya mukul-mukul) eh kamu udah dateng duluan" kata ku.
"Hmm" jawab Delon singkat.
"Makasih banyak ya udah nolongin aku.. ahh kamu emang sepupu terbaik dehh" ujarku.
Delon hanya terdiam dengan muka cuek dan acuh tak acuhnya dan kami pun jalan berdua menuju rumah.
