Guiltiness | 06

5.8K 431 36
                                    

"Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku, meski kau tak cinta kepadaku.
Beri sedikit waktu,
biar cinta datang karena t'lah terbiasa."

▪ Risalah Hati by Dewa 19 ▪


Ciiit.. Brak!

Dhez mempersilakan Bunga untuk jalan lebih dulu di depannya. Wajah kecil itu terus berbinar. Angin yang bertiup sangat kencang menyambutnya. Rasanya sejuk dan menyenangkan. Rooftop, Bunga baru tahu sekolah ini mempunyai sebuah spot senyaman ini. Sebuah spot di mana mata mampu dimanjakan dengan pemandangan sekitar. Gedung-gedung tinggi pencakar langit khasnya ibu kota, terlihat semakin indah dari atas sana.

Setelah selesai melihat pemandangan, Dhez menuntun Bunga untuk mendekati sudut pojok rooftop. Sebuah sudut yang menjadi tempat dirinya dan ketiga sahabatnya menghabiskan waktu bersama. Sebuah sudut rooftop yang nyaman.

Tian dan Pram yang sedang bermain catur langsung terperangah begitu mendapati Dhez kembali bersama seorang perempuan. Mereka tahu Bunga, dan sering mengamati perempuan itu juga, namun hanya sebatas tahu. Melihat Bunga yang ada di hadapan mereka dan terlihat begitu akrab dengan Dhez, sebenarnya mereka terkejut. Ada apa dan dalam rangka apa Dhez membawa Bunga, yang mereka kira tidak Dhez kenali. Terlebih, sudut rooftop itu adalah tempat rahasia mereka berempat.

Apa itu artinya Bunga adalah orang yang sangat Dhez percayai?

"Guys, kenalin ini Bunga." kata Dhez sambil menunjuk Bunga.

Masih merasa sedikit canggung. Bunga menegur keduanya dengan senyuman dan lambaian tangan singkat.

Pram menganga, mulutnya tidak bisa mengatup rapat. Bunga tampak sangat cantik jika dilihat dari dekat seperti ini.

Kesal dengan tingkah Pram yang bodoh, Tian memasukan salah satu catur ke dalam mulut Pram, yang sontak langsung mengumpat.

"Berengsek! Sialan banget lo, Yan!"

Bunga tertawa, begitupula Dhez. Kedua matanya memandang wajah Bunga dari samping. Dalam hati berkata, jika saja sahabatnya tidak tertarik dengan Bunga, mungkin dia akan memiliki perempuan bermata cokelat ini. Sayangnya, Dhez kalah cepat dari Yuan. Tidak ingin bermusuhan hanya karena seorang perempuan, Dhez mengalah. Dia mengubur dalam-dalam perasaannya kepada Bunga.

"Habisnya nganga lo gede banget! Malu kali di depan cewek cantik!" sentak Tian.

Seru juga, kata Bunga dalam hati. Dia menemukan lagi beberapa orang asing yang menjadi temannya. Rasanya bahagia bisa ikut masuk ke dalam tawa-tawa murahan para laki-laki ini. Sederhana, namun membahagiakan.

"Selamat datang di wonderland, Bung!!! Sarangnya para peterpan."

"Thanks," jawab Bunga terhadap ucapan selamat datang yang Tian berikan.

Dhez menghela napas, "Ya...begini keadaannya. Sederhana aja, yang penting kebersamaannya 'kan?" tanyanya.

Merasa tidak enak terhadap semuanya yang ada di sudut rooftop itu. Tampak usang. Barang-barang rusak mereka pergunakan untuk mengisi kekosongan tongkrongan itu. Bahkan sofa yang tengah diduduki Tian dan Pram saja beberapa bagiannya sudah tidak terkuliti. Membuat warna dalam busa sofa itu terlihat.

Bunga sendiri menjadi merasa tidak enak. Memangnya mengapa dengan kondisi tongkrongan ini, normal saja menurutnya. Selagi masih bisa dijadikan tempat bersendagurau dan menikmati pemandangan, kenapa tidak.

Sambil menepiskan tangan di udara Bunga berucap, "Santai aja lagi, Dhez. Ini udah lebih dari cukup. Tempatnya nyaman banget. Gue malah nggak nyangka sekolah kita punya tempat senyaman ini." jujurnya.

GUILTINESS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang