"I've been burning, yes, I've been burning. Such a burden, this flame on my chest.
No insurance to pay for the damage.
Yeah, I've been burning up since you left."▪ Sam Smith - Burning ▪
"Gua minta maaf ya, Bung." kata Tian setelah dia, Bunga dan Cindy sampai di lantai empat.
Mengerti dengan maksud permintaan maafnya Tian, Bunga mengangguk kemudian memukul lembut lengan laki-laki itu.
"Nggak apa."
Tian tersenyum canggung, menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Jadi, lo berdua mau makan apa? Biar gua yang traktir deh?"
Cindy terbelalak, "Serius?! Makasih loh, Yan.." katanya.
Tian lantas tertawa dan mengangguk, "Selow.."
Mereka pun kembali melanjutkan langkah dengan tawa-tawa ringan. Tiba-tiba langkah kaki yang terdengar di belakang mereka mengejutkan ketiganya. Yuan menarik tangan Bunga secara tiba-tiba. Entah dari mana datangnya dia.
"Eh, Yu!"
"Gua mau ngomong sama dia." tumpas Yuan menangapi keterkejutannya Tian.
Dengan sedikit kasar, Yuan menarik Bunga menjauh dari Tian juga Cindy. Membawanya ke sudut koridor lantai empat yang sepi senyap. Sepanjang perjalanan, Bunga hanya bisa diam dan menatap nanar genggaman tangan Yuan pada pergelangan tangannya. Hingga akhirnya langkah mereka berhenti. Yuan pun baru tersadar bahwa dia menggenggam tangan Bunga Dengan cepat, ia lepaskan cengkramannya dan menatap kedua mata Bunga.
Masing-masing jantung mereka berdegup di tempatnya masing-masing. Apalagi ketika mereka bisa mendengar suara napas masing-masing di tempat sehening itu. Ada kelegaan di hati Bunga, melihat wajah Yuan sedekat ini. Melihat laki-laki itu baik-baik saja.
"Gue senang lo udah sehat."
Yuan masih diam. Dia ingat dengan jelas kejadian semalam. Betapa bodohnya dia menggenggam tangan Bunga dan mengucapkan maaf. Itu semua pasti membuat Bunga berharap. Sehingga, Yuan bisa melihat dengan jelas bagaimana bahagianya ekspresi Bunga saat ingin menemuinya.
Sesungguhnya, ketika Bunga sampai pertama kali di rooftop, dia sudah melihatnya. Yuan melihat bagaimana lenyapnya senyuman Bunga saat Bella bermanja-manja padanya. Wajah murung dan terluka Bunga membuat Yuan ikut terluka tak secara kasatmata.
"Jangan temui gua lagi." kata Yuan datar.
Bunga mengerjap tidak percaya.
"Kenapa?" bodohnya dia menanyakannya.
"Bella, alasannya."
Masih tidak mengerti, Bunga menarik napas lalu mengembuskannya pelan.
"Gua suka sama dia."
Dengan mata memerah Bunga menatap Yuan. Menyelami manik hitam kecokelatan itu. Sekuat tenaga Bunga menahan rasa sakitnya. Mencengkram roknya kuat-kuat. Tapi, dia berusaha menghibur dirinya sendiri. Tidak sekedar menghibur, tapi Bunga percaya dengan apa yang ia anggap benar.
"Lalu, permintaan maaf lo semalam?" tanya Bunga dengan air mata yang menetes.
Dia baru tahu, menyukai seseorang dan mencintai seseorang untuk kali pertama semenyakitkan ini. Meskipun Bunga percaya, semua yang dikatakan Yuan hanya kebohongan. Namun, rasa sakit tidak bisa Bunga elakan. Buat apa, buat apa Yuan membuatnya jatuh seperti ini. Terlempar ke jurang yang sangat dalam dan terus mencoba bangkit, namun terjatuh lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUILTINESS ✔
Teen Fiction[END] Memangnya apa salah seorang anak yang lahir dari hubungan di luar pernikahan? jawabannya, tidak ada. Lebih tepatnya, tidak ada yang salah dengan anak itu. Tuhan memberinya nyawa untuk menjadi satu bagian yang berarti di dalam hidup kedua orang...