Setelah selesai baca, jangan lupa baca note author ya!
Happy reading!Menunggu, bergantung, dan berharap pada suatu hal yang tak pasti itu menyesakan. Setiap malam begitu berhasil memejamkan mata, tidak ada doa lain yang ingin dikabulkan selain, minta dibangunkan dari mimpi buruk yang sedang dialami.
Untuk seorang Hendra yang sangat merasa bersalah, tidak satu momen pun dia biarkan perhatiannya teralihkan ke arah yang lain. Dia terus menunggu di ruang tunggu ICU dengan pakaian yang bisa tidak ia ganti-ganti. Bahkan sampai melewatkan jam makannnya.
Hendra pun tidak bisa tertidur. Tubuhnya akan bergegas bangkit saat seorang suster masuk, menghampiri ruangan Yuan. Dan, ketika merasa sangat rindu, dia akan masuk ke dalam, berdiri di samping ranjang Yuan. Berusaha mengajak anaknya berbicara.
Dia hanya ingin anaknya itu tahu kalau, semua orang menunggu. Semua orang ingin lelaki itu bangun kembali. Hadir di antara mereka lagi. Terlebih Hendra, dia akan melayani Yuan sebagaimana mestinya seorang ayah memerlakukan anaknya. Dan tidak benar kalau, kondisi Yuan yang sekarang ini adalah yang dia harapkan.
Baru berlalu empat hari, tetapi terasa seperti sudah berbulan-bulan. Memang, masa-masa sulit, membuat waktu berputar begitu lambat. Seolah mesin pemutar roda waktu nyaris tidak berfungsi. Mereka takut dan kehilangan harapan. Biarpun begitu, percayalah terhadap setitik kemungkinan lahirnya keajaiban.
Zara terguncang. Dia sempat drop dengan kondisinya. Sebuah perkiraan yang selalu Yuan bayangkan mengenai Zara benar-benar terjadi.
Wanita itu selalu menangis, nyaris tidak memiliki semangat hidup lagi. Bibirnya terus merancau, mengucapkan kata-kata yang tidak-tidak, seperti berharap Tuhan mencabut nyawanya saja untuk ditukarkan dengan Yuan.
Walaupun Yuan tertidur, dunia masih berputar. Semua masih berjalan seperti biasanya. Membuat semua orang semakin merasa kesulitan. Karena saat mereka terpuruk, dunia tidak ikut terpuruk.
Dhez, Tian dan Pram, masih pula menjalani kehidupan mereka. Setiap pulang sekolah menyempatkan waktu bertemu Yuan. Dari ketiganya, yang paling merasa nelangsa adalah Dhez. Beban di bahunya dua kali lipat. Otaknya terus mengingat pesan-pesan yang disampaikan Yuan. Menjaga Bunga. Menemani Bunga ketika dia tidak ada.
Rasanya ingin Dhez mengikarinya, agar Yuan sendiri yang berusaha bangun untuk menjaga Bunga. Tetapi apalah daya, melihat keadaan Bunga, hati nurani terketuk.
Bunga tidak pernah lagi memulai pembicaraan pada ketiga lelaki itu. Dia juga tidak pernah ke rooftop ketika tahu mereka ada di sana. Bunga akan pergi dan duduk di persembunyiannya juga Yuan. Pojok atap yang mampu memberikan pemandangan matahari terbit juga tenggelam di waktunya.
Menghabiskan waktu untuk membaca. Pergi ke perpustakaan. Pergi ke rumah sakit, hanya untuk duduk di tamannya. Melihat para pasien dan sesekali bertanya pada pasien itu atau suster yang menemani mereka. Segala informasi yang memungkinkan dia menguak sendiri rahasia yang disimpan Yuan.
Meskipun begitu, dia sendiri belum tahu keadaan Yuan yang sebenarnya. Bunga hanya bisa menyimpan rasa herannya sendiri selama empat hari ini. Cindy mencoba mencari informasi ke Pram. Berharap lelaki itu bilang di mana Yuan sekarang, mengapa dia menghilang tanpa kabar? dan bagaimama kabarnya?
Selain rasa simpati terhadap Bunga, Cindy tidak sampai hati melihat sahabatnya yang seperti sekarang. Betapa murkanya dia ketika tahu perlakuan ketiga lelaki itu. Menutupi sesuatu yang harusnya diketahui Bunga. Menjadikan Yuan sebagai alasan, Cindy pikir itu pengecut.
Entah sampai kapan keadaan ini berlangsung. Kapan Yuan terbangun untuk menghapus duka lara di hati orang-orang yang mencintainya. Yang jelas, dia sendiri pasti lihat, kalau dia itu sangat dirindukan kehadirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUILTINESS ✔
Teen Fiction[END] Memangnya apa salah seorang anak yang lahir dari hubungan di luar pernikahan? jawabannya, tidak ada. Lebih tepatnya, tidak ada yang salah dengan anak itu. Tuhan memberinya nyawa untuk menjadi satu bagian yang berarti di dalam hidup kedua orang...