"Jadi... lo udah tau, Bang?"
Rian mengangguk.
"Pasti lo bakal langsung pecat gua." Yuan menyatakan rasa pesimisnya.
Rian hanya menghela napas.
Dari awal tahu penyakit Yuan, memang Rian sudah ingin melakukan hal itu. Tetapi, tiap malam dia kembali memikirkan hal itu. Apakah benar tindakannya memecat Yuan? Mengingat pekerjaan itu adalah satu-satunya harapan anak lelaki itu. Di mana lagi Yuan bisa mendapatkan uang kalau bukan dari sana.
"Memangnya lo bakal berhenti kerja kalau gua pecat?"
"Nggak." Yuan menjawab.
Rian mengangguk. Tidak perlu terkejut dengan jawaban itu. "Ya udah, apa gunanya gua mecat lo?"
Dhez meletakannya majalah automotif yang tengah dia baca. Menatap Yuan dari sofa dengn wajah mengeras. Mendengar kerasnya sikap Yuan dia ingin marah tanpa alasan. Kemudian, dia melipat kedua tangan di dada hingga pintu ruang rawat itu terbuka. Tian dan Pram masuk. Keriuhan terjadi kala Pram menyergap Yuan dengan pelukan erat layaknya perempuan. Dia menangis dan memarahi lelaki itu karena tidak memberikan dia kabar apa pun.
Yuan pura-pura meringis kesakitan agar Pram mau melepaskan pelukan itu. Nyatanya, lelaki itu tidak dapat dibohongi dan tetap memeluknya.
"Jahat lo, Yu! Berengsek, ah! Lo tau betapa paniknya gua pas tau lo nggak balik-balik ke rumah gua. Gua kira lo marah karena gua suruh tidur di sofa setiap malam," gerutu Pram sambil menangis.
"Iya-iya, tapi ini... dilepas dulu-" Yuan memukul lengan Pram. "gua nggak bisa napas bego!"
Sadar Yuan tidak main-main, Pram merenggang pelukannya. Dia membantu Yuan bernapas dan memberikan sahabatnya itu air.
Sementara Tian dan Dhez keluar dari dalam kamar. Mereka duduk di bangku yang berjejer rapi di sepanjang koridor. Mulut masing-masing bungkam, namun tangan mereka berkeringat dingin.
"Jadi kapan lo mau kasih tau gua?" Tian lebih dulu membuka pembicaraan.
Dhez menarik napas perlahan. "Pada akhirnya, gua ngerasa kalau gua nggak seharusnya nutupin hal ini terus-terusan. Yuan juga ... udah mengijinkan gua untuk menyampaikannya ke lo."
Kemarin, ketika Yuan sadar dari tidurnya sepanjang tiga hari. Lelaki itu mengatakan banyak hal-hal aneh. Entah karena terlalu lama tertidur atau memang keanehan itu muncul karena penyakitnya. Reza pun mengatakan bahwa kali ini, segala keinginan Yuan baik itu memperburuk keadaamnya atau sebaliknya, lebih baik dituruti saja. Karena intinya Yuan tidak boleh merasa stres. Dia tidak boleh merasa tertekan. Sebab penyakit itu berkembang lebih cepat daripada perkiraan mereka.
"Sebelumnya, gua minta maaf, Yan. Gua minta maaf karena nggak bisa jaga Yuan. Mungkin ini bukan cuman kesalahan gua, tapi kesalahan kita bertiga. Yuan cuman punya kita. Kita tempat dia berkeluh-kesah. Kita tempat bagi dia untuk menjadi diri dia yang sebenarnya saat di depan banyak orang dia harus bermain skenario."
Dhez menangis. Dia mengeluarkan air mata. Kemudian, berusaha untuk kembali terlihat gagah, dia menyeka air mata itu. Tangannya saling bercengkrama, sebab dia begitu gemetar. Sedangkan, Tian tidak tahu seberapa gentingnya situasi ini. Memangnya separah apa? Mengapa harus semenyesakan ini rasanya. Melihat Dhez yang putus asa dalam menyampaikan hal itu, seakan leher Tian ikut tercekat. Dia kesulitan meraup udara.
"Kanker, Yan. Kanker otak," gumamnya. Dhez memberanikan diri mengangkat kepala. Memandang lurus ke mata Tian yang sontak membulat sempurna. "ada tumor di dalam kepalanya yang semakin menyebar seiring berjalannya waktu."
Seketika timbul suara dengingan yang teramat sangat menyakitkan di telinga Tian. Hanya halusinasinya, tapi saat itu seisi kepalanya kosong. Dia seperti sebuah patung yang tidak bernyawa. Tangannya terjatuh lemas. Kakinya tidak mampu menumpu tubuhnya pada kursi. Dia berlutut di lantai dengan tangan lunglai. Mata besarnya menatap kosong lantai putih pucat rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUILTINESS ✔
Teen Fiction[END] Memangnya apa salah seorang anak yang lahir dari hubungan di luar pernikahan? jawabannya, tidak ada. Lebih tepatnya, tidak ada yang salah dengan anak itu. Tuhan memberinya nyawa untuk menjadi satu bagian yang berarti di dalam hidup kedua orang...