"Cepetan, Bego! Keburu Yuan sampai!" tukas Tian sambil melayangkan kotak minuman teh botol yang sudah kosong tepat pada kepala Pram. Seperti dugaan, lemparan itu pun tepat sasaran.
Kali ini, Pram tidak bisa diam lagi. Dia menutup kulkas yang awalnya diisi dengan jejeran minuman alkohol rendah dengan kasar.
"Gua sabar ya, Yan, dari tadi! Sementara gua nguras ini kulkas lo ngapain, Nyet?!"
Teriakan Pram yang benar-benar serius itu membuat Tian kaget. Tidak menyangka Pram bisa berteriak padanya. Dan, dia merasa Pram terlalu sensitif. Niatnya hanya main-main, tidak bermaksud memperbudak Pram.
"Kok lo marah sih?"
"Siapa yang nggak kesel bego lo gituin?!"
Tian merengut. Mendekati Pram memijat-mijat bahu sahabatnya itu.
"Ya udah sini gua pijetin," katanya.
"Nggak usah, pergi lo sono! Jauh-jauh!" sikut Pram menghempaskan Tian.
Tian terkekeh namun pada akhirnya bergerak membantu membuka trash bag lalu, memberikan kaleng bir yang akan mereka singkirkan.
Belakangan, Tian begitu mati gaya ketika ada Yuan. Seperti seorang perempuan yang jatuh cinta pada seorang laki-laki. Rasa debarannya sama, rasa malunya sama, sampai Tian khawatir sendiri dengan kesehatan jiwanya.
Melihat wajah Yuan saja, Tian benar-benar tidak mampu. Sungguh, kalau boleh dia menyesal, dia menyesal susah berbuat semanis itu kemarin.
Sekarang untuk membalas kesalahannya kemarin, Tian mencoba bertingkah dengan hati-hati. Tidak pernah mau terjebak pada satu situasi berdua dengan Yuan. Tidak mau membuka topik apa pun yang mengharuskan dia bertatapan dengan sahabatnya itu.
Upaya menyingkirkan alkohol dari kulkas tongkrongan mereka saja adalah ide darinya. Itu sebabnya, Tian menyuruh Pram tanpa campur tangan. Takut kalau perhatiannya pada Yuan akan menimbulkan kecanggungan lagi.
Mereka yang dekat dengan Yuan, diberi pesan oleh Reza untuk ikut membantu lelaki itu menata hidup kembali. Mulai membuka lembaran hidup yang baru. Mengubah semua keburukan di masa lalu. Termasuk menjadi orang yang lebih baik dengan meninggalkan hal-hal yang haram
Alkohol dan dunia malam harus ditinggalkan. Bukan untuk kebaikannya saja, tapi karena sebuah kesadaran diri yang mengharuskan dia menjauhi hal-hal itu.
Tidak akan terlaksana jika lingkungan di sekitar Yuan tidak mendukungnya. Karena Yuan, Tian dan Pram juga perlahan-lahan memperbaiki diri.
Pintu atap terbuka, seketika kepala Tian dan Pram menoleh ke belakang dengan pandangan horor namun rupanya bukan Yuan, itu Cindy.
"Udah beres belum? Bunga lagi bawa Yuan ke sini!" Ikut heboh juga, Cindy berseru.
Tian dan Pram langsung kembali mengeluarkan sisa-sisa kaleng minuman, menggantikannya dengan minuman kaleng. Selain itu, mereka juga membeli sekotak susu. Entah bagaimana dengan reputasi mereka sebagai laki-laki nakal di sekolah.
Selesai. Tian langsung merebut trash bag dari tangan Pram.
"Yan! Mau lo bawa ke mana?"
"Biar gua yang buang."
"Kok jadi lo yang buang? Udah gua aja," ujar Pram langsung mengambil alih lagi trash bag itu.
"Ng-nggak usah, biar gua aja. Lo udah capek ngeluarin semua dari kulkas," dalih Tian.
Jelas, Tian ingin melarikan diri lagi dari Yuan. Dia sengaja menjadikan trash bag sebagai alasan.
"Kenapa lo maksa banget sih?" tanya Pram kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUILTINESS ✔
Teen Fiction[END] Memangnya apa salah seorang anak yang lahir dari hubungan di luar pernikahan? jawabannya, tidak ada. Lebih tepatnya, tidak ada yang salah dengan anak itu. Tuhan memberinya nyawa untuk menjadi satu bagian yang berarti di dalam hidup kedua orang...