Guiltiness | 39

3.1K 328 25
                                    

"Selalu kelilingi diri Anda dengan teman-teman yang memiliki banyak cahaya di dalamnya. Dengan begitu, Anda akan selalu memiliki lilin di sekitar saat hari gelap."

▪Rise Up and Salute The Sun - Suzy Kassem▪

Priit!

Tian, kapten dari grup kelas 11 IPA 1 melesat cepat, mengambil alih bola kaki yang tadinya duduk di antara dirinya dan tim lawan.

Hari ini matahari bersinar terik, namun tidak menurunkan semangat para murid laki-laki untuk berliga singkat di tengah hijaunya rumput lapangan bola.

Di sisi kiri lapangan ada para murid perempuan yang bersorak-sorai menyemangati bintang kelas mereka. Yuan, Dhez ,Tian, dan Pram, kalau untuk urusan seperti ini mereka lupa akan sosok keempat lelaki yang selalu cari muka itu. Seolah-olah demi reputasi kelas mereka, maka bertekuk lutut sedikit kepada keempat laki-laki ini tidaklah apa-apa.

Sebenarnya, ini bukan pertandingan yang seimbang, lihat saja postur anak-anak kelas 11 IPA 1 yang kelewat sempurna. Postur tubuh yang menawan dengan kaki panjang menjulang. Jelas, lari mereka jauh lebih lebar daripada murid laki-laki kelas 11 IPS 1. Di sandung sedikit saja, mereka tumbang. Dari kelebihan ini, sudah bisa diprediksi siapa yang akan memenangkan pertandingan.

Guru olahraga memberikan sebuah tantangan. Kelas mana yang bisa memenangkan pertandingan, akan bebas dari kelas olahraga minggu depan, alias kelas ditiadakan. Sedangkan kelas yang kalah, harus melakukan squad jump dan push up. Masing-masing sebanyak dua puluh kali. Karena merasa percaya diri, kelas 11 IPA 1 setuju dengan ekspresi enteng. Mengingat empat bintang di kelas mereka.

Bunga ada sisi kiri lapangan dia ikut menyemangati Yuan juga anak laki-laki yang lain. Cindy yang ada di sisi kiri Bunga merasa bahagia karena bisa melihat senyum sahabatnya itu. Kehadiran Yuan memang bagikan vitamin bagi Bunga.

"IPA 1!

Prok, prok, prok, prok!

"IPA 1!"

Prok, prok, prok, prok!

Suasana di lapangan belum memanas, masih hangat dan terkesan cukup pelan. Namun, kelas IPS 1 tidak mengambil kesempatan emas itu untuk memasukan bola ke dalam gawang. Lari mereka begitu lambat, hanya ada beberapa orang yang optimis mengejar bola.

"Ayo, semangat!" sentak salah satu dari mereka.

Kelas IPA 1 bermain dengan sangat santai, operan-operan yang dialirkan pada satu sama lain terlihat sangat halus.

"Yu!" teriak Dhez dari sayap kiri penyerang. Bersiap-siap mengoper bola kepada Yuan sebagai penyerang utama.

Dengan cekatan, Dhez melakukan manuvernya ke kiri dan ke kanan, menghindari kaki-kaki ganas yang akan mengambil benda bulat hitam putih itu.

Bug!

Bola berpindah kekuasaan, Yuan lantas berlari sedikit menggiring bola ke arah gawang dan melakukan tembakan cerdas dengan kaki kirinya.

"GOOOOOL!"

Seluruh pendukung kelas IPA 1 langsung berteriak gembira dan berdiri pada tempat duduk masing-masing. Berseru menyoraki Yuan yang tidak pernah miss dalam menembak bola itu ke dalam gawang. Saling berpelukan dan berloncat-loncat kegirangan. Ini gol pertama dan akan ada gol kedua juga gol ketiga. Mereka optimis akan jam kosong minggu depan yang totalnya selama dua jam. Dua jam yang singkat, namun begitu berharga bagi mereka.

GUILTINESS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang