Guiltiness | 37

3.3K 342 25
                                    

"Time's runs out!"

▪Anonymous▪

Ada satu orang lain lagi yang cukup berarti bagi Yuan. Seseorang yang mau menerima dan menyalurkan bantuan padanya di kala dia tidak tahu harus ke mana.

Namanya, Rian. Lelaki yang umurnya jauh empat tahun di atasnya. Mereka dipertemukan pada kelab malam setahun yang lalu. Saat Yuan begitu mabuk dan tidak bisa menguasai diri, Rian pun datang menolongnya, bahkan mengantarnya pulang ke apartemen. Sosok yang secara tidak langsung sangat dia hormati layaknya seorang kakak.

Dhez juga mengenal baik Rian. Entah bagaimana alur pertemuan mereka, Yuan tidak peduli. Belakangan, dia hanya merasa bersyukur saat menyadari bahwa sebenarnya dia tidak sendiri. Ada begitu banyak orang berdiri di belakangnya. Hanya saja, dia terlalu sibuk memikirkan mereka semua sampai-sampai lupa akan sebuah hubungan alami antar individu.

Kini Yuan kembali berhutang budi pada lelaki itu. Tempat kerjanya, tempat yang menjadi satu-satunya cara bagi dia untuk mendapatkan upah demi melanjutkan hidup adalah tempatnya Rian. Sebuah bengkel yang juga menawarkan jasa cuci mobil. Memang ini bukan pekerjaan apa-apa, Yuan pun tidak mengharapkan pekerjaan yang luar biasa. Mengingat dia hanyalah anak SMA yang bahkan belum mendapatkan ijazah kelulusan. Bodoh, jika dia berharap lebih daripada ini.

Rian tidak pernah lelah mengawasi Yuan. Bukannya dia tidak percaya, tetapi dia mendapat mandat dari Dhez untuk mengawasi lelaki itu. Sampai sekarang, dia belum juga tahu apa alasannya. Dhez hanya menyampaikan bahwa Yuan tidak bisa terlalu lelah dan jika lelaki itu terlihat memaksakan diri, Dhez berharap Rian bisa menghentikan Yuan sebelum sesuatu terjadi.

Mungkin, ini adalah hari di mana tanda tanya yang dia miliki terjawabkan. Sejak Yuan datang untuk bekerja seperti biasa, Rian tidak pernah memalingkan pandangan dari sana. Dari sosok yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri. Sebab hari ini lelaki yang lebih muda darinya itu terlihat seperti tidak sehat. Sangat jelas raut kelelahan yang teramat sangat di wajahnya.

"Dek, dek!" Salah seorang pelanggannya tiba-tiba berseru ke arahnya. Dengan senyuman ramah, Rian segera bergerak mendekati Ibu tua yang kira-kira usianya sudah berkepala lima.

"Ya. Ada apa, Bu?"

Tangan keriput Ibu itu menunjuk ke arah Yuan yang sedang mengeringkan mobilnya. Yuan terlihat seperti memaksakan diri padahal raut wajah yang dinampakkan terlihat memprihatinkan.

"Karyawan kamu sakit ya, Dek? Dari tadi saya lihat sepertinya dia terlalu memaksakan diri."

"Ah, iya, Bu. Karenanya, mobil Ibu belum selesai-selesai ya? Saya akan gantikan dia dengan yang lain, agar cepat selesai."

"Bukan. Bukan gitu maksud saya," ibu-ibu tadi mengibaskan tangan di udara. "justru saya merasa kasian. Kenapa lagi sakit Adek pekerjakan seperti itu. Wajahnya saja sudah pucat pasi."

Rian tersenyum kikuk. Dia pikir, ibu-ibu ini merasa terganggu dengan Yuan yang pergerakannya jauh lebih lambat daripada yang biasanya. Meskipun tetap memaksakan diri untuk terlihat bersemangat. Gerak-geriknya tidak bisa membohongi mata, dia terlihat sangat kelelahan.

"Sebenarnya saya sudah minta dia untuk istirahat. Tapi, dia menolak, Bu." Rian menjelaskannya.

Ibu itu lantas mengangguk-angguk dengan mulut "O"nya. Kemudian, terbesit rasa simpati yang lebih besar. Selembar uang bernilai lima puluh ribu, dia berikan kepada Rian.

"Nanti aja kalau mobil Ibu sudah selesai," terang Rian menolak.

Ibu itu tersenyum lebar. "Ini bukan upah mencuci mobil saya. Ini tip untuk anak itu."

GUILTINESS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang