Guiltiness | 07

5.6K 395 32
                                    

"Pain changes people."

▪Anonymous▪

Pintu kamar Yuan tidak tertutup rapat. Perasaan Bunga tidak enak saat sambungan teleponnya terus tersambung. Tidak dimatikan atau bahkan tidak dijawab.

Ke mana perginya Yuan?

"Yuan.." panggil Bunga.

Hingga Bunga memberanikan dirinya mendekati kamar itu. Dia masih belum memutuskan sambungan teleponnya.

Kakinya melangkah semakin dekat. Pintu kamar itu Bunga buka perlahan-lahan dan suara dering telepon itu semakin jelas terdengar. Ternyata,

"YUAN!"

Telepon Bunga yang ada di telinga terlepas begitu saja dari tangannya. Dia mengatup mulutnya dengan kedua tangan. Yuan tergeletak di atas lantai yang dingin. Sudah pasti tidak mungkin ia tidur di sana karena posisinya tidak menunjukan demikian.

Bunga segera melepaskan tas ransel sekolahnya dan berlari menghampiri tubuh itu. Lebam membekas di setiap sudut wajah Yuan. Luka sobek yang menganga terlihat sudah mengering dan tubuh laki-laki itu berada pada suhu yang sangat tinggi. Hatinya sakit melihat pucatnya wajah itu dan lebam yang sudah pasti menyakitkan.

"Yu.." panggil Bunga sambil membawa kepala Yuan pada pangkuannya. Menyingkirkan peluh di atas dahi laki-laki itu dan dia pun menyentuh lembut setiap luka itu.

Siapa yang melakukan ini kepada Yuan? Apa ayahnya lagi?

Tidak ada jawaban. Yuan memejamkan kedua matanya erat, wajahnya yang begitu pucat semakin membuat Bunga tidak mampu menguasai diri. Dia dengan kelabakan mencari-cari handphonenya. Yang ada dipikirannya saat ini, ia harus secepatnya menghubungi Dhez. Tetapi, Bunga seakan kehilangan akal. Dia lupa di mana ia meninggalkan handphone itu terakhir kali. Bunga mengerang tertahan.

"Yu, please, please, bangun. Buka mata lo.."

Jika orang awam tahu dan melihat langsung kondisi Bunga sekarang, mereka pasti mengerti. Bunga mengalami serangan panik.

Bunga, terjangkit oleh sebuah kondisi penyakit gangguan kepanikan yang dinamakan panic disorder. Ketika ia di hadapkan pada satu situasi yang memicu adrenalin atau kepanikan, dia akan kehilangan kontrol. Salah satu cirinya, tangannya yang bergetar cukup hebat dan napasnya yang terdengar tidak beraturan. Tidak ada pengobatan rutin yang Bunga jalani untuk mengurangi gejalanya. Hanya saja ketika ia mendapat serangan, setidaknya dia harus meminum satu buah pil yang diberikan oleh dokter guna menenangkannya. Penyakit itu bukan menunjukan kondisi kejiwaannya yang mungkin orang katakan "gila". Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda terhadap sebuah kepanikan dan Bunga adalah orang yang susah mengontrol reaksi kepanikannya.

Tidak ada yang bisa membantunya kecuali dirinya sendiri. Bunga mencoba untuk tenang. Dia menggigit bibirnya erat sembari memejamkan mata. Tangannya memukul pelan pahanya dengan tempo yang teratur. Dalam hati bersugesti memerintahkan dirinya sendiri untuk tenang. Dia mengembuskan napas perlahan-lahan dari mulutnya, kemudian membuka mata.

Bunga bangkit mengambil bantal tidur Yuan lalu mengganjal kepala empunya dengan bantal itu. Dengan penuh kelembutan dia, mengecek kecepatan nadi Yuan. Dia menyamakan denyut itu setiap menit berganti. Lemah dan meskipun begitu Bunga sempat bersyukur dia masih bisa merasakannya.

Perempuan itu kembali beranjak. Mengambil tas dan handphonenya yang tergeletak di tanah. Sebelumnya, Bunga mencari dulu tabung obatnya lalu meminumnya tanpa air. Kemudian, dia mencari kontak seseorang yang mungkin saja bisa menuntunnya untuk merawat Yuan.

Nada sambung terdengar. Selama menunggu panggilan itu terangkat, Bunga mengisi kekosongannya dengan menatap Yuan dan menggenggam erat tangan yang panas itu. Hingga akhirnya, suara nada tunggu hilang dan panggilannya diangkat.

GUILTINESS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang