Guiltiness | 10

4.9K 381 47
                                    

Riuh suara dari luar kamar mengintrupsi. Membangunkan Bunga dari tidur lelap dan nyenyak. Dia terlihat melenguh dari balik selimut dengan nyamannya. Setelah merasa mulai bosan untuk terus terpejam, Bunga membuka matanya. Kelopak matanya yang kecil itu mengerjap-ngerjap lucu memandang langit-langit kamar itu.

Awalnya wajahnya begitu polos dan menikmati saja kenyamanan yang ada, namun tiba-tiba dia merasakan keanehan. Halus dan empuknya kasur, suasana kamar yang asing dan gelapnya kamar membuatnya seketika bangkit. Bunga sontak terduduk dengan kedua mata yang terbelalak lebar. Mulutnya menganga, sadar dengan keberadaannya saat itu. Bunga menunduk memeriksa tubuhnya. Syukurlah, masih terbalutkan oleh baju yang sama.

Ingatannya terputar pada kejadian kemarin. Apa yang terjadi dengannya kemarin. Apa yang membawanya ke tempat ini. Seketika Bunga ingat, ia mendapat perlakuan buruk kemarin dari Bella. Membuat moodnya buruk hingga tanpa ia sadari ia menangis. Kakinya berjalan begitu saja menaiki bus kota lalu turun di halte yang tepat berada di depan apartemen Yuan. Setelahnya ia menghabiskan waktunya begitu saja di depan apartemen Yuan. Sadar dia pasti akan diusir lagi jika menyelonong masuk.

Tetapi betapa tidak habis pikirnya dia, ketika tahu di mana posisinya sekarang. Di atas sebuah tempat tidur yang sudah pasti miliknya Yuan. Bunga berdesis, memukul kepalanya dengan kepalan tangan karena sudah berpikir macam-macam.

"Nggak ada apa-apa yang terjadi! Nggak ada apa-apa yang terjadi!" kalimat ini terus ia rekam dan ulangi di dalam otaknya.

Suara bising dari luar kamar hilang. Bunga mengendap-endap turun dari tempat tidur besar itu. Menapak pelan pada lantai, berlakon layaknya seorang pencuri. Bahkan napasnya ia tahan agar tidak berhembus terlalu kencang. Bunga menggigit bibir bawahnya lalu mencepol rambutnya asal. Dia harus keluar dari apartemen ini tanpa diketahui penghuninya.

Ya, dia harus segera keluar sebelum ditemukan oleh Yuan.

Matanya menelusuri setiap sudut kamar, mencari keberadaan tasnya. Hingga akhirnya, ia menemukan tas ransel putih polosnya di pinggir gitar listrik yang berdiri kokoh. Sejenak langkahnya terhenti, mengagumi gitar hitam itu. Rupanya Yuan memiliki selera di bidang musik juga. Bibir Bunga manyun dan kepalanya mengangguk-angguk.

Kemudian, satu lagi barang miliknya yang harus ia cari. Sepatunya. Dia tidak menemukan barang itu. Pikirnya, mungkin sepatunya ada di luar. Setelahnya Bunga mencari-cari handphonenya, mengeceknya di dalam tas dan menghela napas syukur setelah menemukannya. Sekarang ia bisa segera pergi. Sebelumnya, Bunga mematikan lilin-lilin yang menyala di belakang tempat tidur.

 Sebelumnya, Bunga mematikan lilin-lilin yang menyala di belakang tempat tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kamar itu tidak memiliki lampu. Benar-benar tidak dipasangkan lampu pada langit-langit ruangan maupun pada dinding. Satu-satunya penerangan hanya lilin-lilin kecil yang memiliki aroma menenangkan. Bunga tidak mengerti apa yang membuat Yuan sebegitu kreatifnya menata kamar tidurnya. Terkesan sedikit aneh dan antik memang. Dan seluruh barang-barang yang ada di kamar itu pun vintage. Ada radio lama yang entah keluaran tahun berapa. Lantai yang dipasangkan karpet motif layaknya kayu. Piano bermotif kayu, mesin ketik jaman dulu hingga kamera jaman dulu. Unik sekali.

GUILTINESS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang