"Pergi atau gua nggak akan pernah ngelepasin tangan lo lagi. Dan gua pastikan, lo akan menyesal karena tetap tinggal."
Inilah permulaan yang sesungguhnya. Sebuah awal dari cerita mereka yang sebenarnya. Yuan menyerah pada dirinya sendiri, dia akhirnya mencoba untuk melunak, memberikan Bunga sebuah pilihan yang harus perempuan itu pikirkan matang-matang. Sebab tadi, ini adalah awal.
Esok hanyalah sebuah misteri yang tidak akan pernah bisa kita terka. Yuan pun tidak pernah tahu, misteri apa yang akan ia hadapi besok. Dan begitu besar rasa ketakutannya yang setiap hari membatasi kehidupannya untuk tetap bergerak normal. Apalagi jika Bunga memutuskan untuk tinggal. Apa yang harus ia jelaskan kepada perempuan itu jika misteri hari esok mempermainkannya?
"Gue nggak pergi, nggak akan pernah. Karena gue paham sama tatapan lo. Lo minta gue untuk tinggal, Yu."
Dengan mudah, Bunga memutus jalannya. Yuan tidak bisa melakukan apa pun, tugasnya untuk memberikan pilihan, telah selesai. Maka, tinggal hadapi saja konsekuensi yang bisa mereka jalani setelahnya.
Yuan putus asa. Rasa takut yang ada di dalam diri semakin besar. Perasaan takut karena ia yakin akan membuat perempuan itu jatuh suatu saat. Dia akan mengecewakan Bunga dengan keterbatasan dan segala kekurangannya.
Tetapi dia bisa apa? Yuan tidak bisa menghentikannya lagi. Perlahan tangan kurusnya yang mencengkram tangan Bunga terlepas, melemas dengan wajah keputusasaan. Satu sisi Bunga memancarkan senyum. Senang karena rupanya Yuan menyerah dan menerimanya. Mekipun dalam sekejap, raut murung dari seorang Yuan, menyamarkan senyumnya.
Yuan nampak tidak terlihat bahagia. Wajah pucatnya tidak melengkungkan senyuman sedikit pun, malah menunduk dalam di antara kedua bahu.
"Yu,"
Digoncangnya bahu laki-laki itu perlahan. Tak lama, terlihatlah wajah Yuan yang kaku berlinangan air mata. Wajah putus asanya yang membuat hati Bunga perih.
"Kenapa lo tetap di sini? Lo bakal menyesal karena nggak memilih pergi."
"Nggak, Yu. Gue nggak akan menyesal, karena gue ud-"
"Lo nggak ngerti!" Yuan menjerit tertahan, memotong pembicaraan Bunga.
Tidak semua hal bisa dia sampaikan secara langsung kepada Bunga. Sebab dia takut Bunga akan pergi setelah mengetahuinya. Lebih baik ia tidak pernah dekat daripada sudah pernah saling mengenal lalu ditinggalkan karena keterbatasannya.
Bunga bertanya dengan nada tinggi. "Apa yang nggak gue mengerti?!"
"Lo yakin, mau sama laki-laki cacat?" tanya Yuan tanpa niatan sebelumnya. Ditariknya napas dalam-dalam lalu kembali berucap, "Bukan cuman itu. Suatu saat, nggak akan pernah ada ingatan tentang lo, apalagi tentang kita di otak gua. Gua bisa dengan mudahnya melupakan lo, Bung. Bahkan dalam kurun waktu kedipan mata, lo akan tampak nggak berarti apa-apa buat gua."
Kerutan yang dalam di dahi Bunga menjelaskan kebingungan yang sangat rumit. Entah kemana arah pembicaraan Yuan.
"Lo siap untuk dilupain gitu aja?"
Bunga masih terdiam, hal itu sukses membuat rasa putus asa Yuan semakin menjadi. Persetan dengan Bunga yang mungkin akan langsung meninggalkannya saat ini. Dia hanya merasa perlu memberitahukan itu semua kepada Bunga, agar perempuan itu bisa berpikir jernih.
Tidak ada satu hal pun yang dapat dibanggakan dari dirinya. Tidak ada satu kelebihan pun yang bisa menjamin dirinya mampu membahagiakan orang lain.
"Yu," lirih suara lembut Bunga keluar bersama tetesan air mata Yuan.
"Gue memang nggak ngerti, tapi apa pun itu maksudnya, gue siap untuk terus membantu lo ingat lagi sama gue. Gue nggak bakal capek untuk berusaha mengingatkan lo sama semua kenangan sederhana kita. Dan cacat?" Bunga menjeda. Tangannya bergerak perlahan menghampiri telapak tangan Yuan yang sangat kurus, seakan tidak ada daging melapisinya. "Gue siap jadi kaki lo, tangan lo, mata lo semua yang hilang dan lenyap dari diri lo, gue siap mengganti itu semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
GUILTINESS ✔
Teen Fiction[END] Memangnya apa salah seorang anak yang lahir dari hubungan di luar pernikahan? jawabannya, tidak ada. Lebih tepatnya, tidak ada yang salah dengan anak itu. Tuhan memberinya nyawa untuk menjadi satu bagian yang berarti di dalam hidup kedua orang...