Guiltiness | 24

3.4K 348 32
                                    

Saat Bunga bilang Yuan izin pergi sebentar karena ada urusan, kala itu sama sekali tidak ada rasa khawatir terbesit di dalam hati Dhez. Tetapi sesaat setelahnya, ketika guru biologi pada pelajaran pertama hari ini sudah masuk, dan matanya tidak kunjung mendapatkan Yuan di dalam kelas, rasa khawatir itu muncul.

"Oke, anak-anak. Hari ini kita praktek, jadi semuanya siapkan buku tulis kalian dan jas lab kalian. Kita pergi ke lab!"

Maka serentak keriuhan terjadi. Seluruh murid bersorak gembira sebab berada di dalam lab, sudah pasti tidak akan seserius berada di dalam kelas.

Ketika semua orang sibuk tertawa cekikikan, Dhez setia bersama rasa tidak enaknya. Entah mengapa suara Yuan yang memberitahu rahasia besar itu terus menghantui pikiran. Meskipun, sudah seminggu berlalu. Meskipun, Yuan memintanya untuk menghapus ingatan itu. Tetap, Dhez tidak akan bisa melupakannya.

"Yuan ke mana sih?" sewot Pram.

Bunga tiba-tiba datang, membuka tas Yuan untuk mengambil beberapa keperluan laki-laki itu.

"Gue udah sms Yuan kalau kita semua ke lab. Buku-bukunya biar gue yang bawa." katanya.

Tian dan Pram pun langsung merasa tenang, sebab memang mereka tidak tahu. Sesuatu hal yang buruk bisa saja terjadi pada Yuan dan itu menjadi pikiran bagi Dhez.

"Lo nggak ke lab?" Tian yang melihat Dhez masih terus duduk di bangku dengan pandangan kosong bertanya demikian.

Setelah sadar Dhez menjawabnya dengan sedikit terbata. "Ke lab, nanti gua nyusul kalian. Perut gua agak nggak enak, masuk angin kayaknya."

Itu adalah alasannya untuk bisa mencari dan menemukan Yuan. Sehingga selama apa pun dia pergi, tidak akan menimbulkan kecurigaan. Dhez pun tidak berharap ada sesuatu yang buruk terjadi, namun dia merasa firasat ini tidak bisa ia anggap sambil lalu.

"Oke."

Setelah kelas benar-benar kosong, barulah Dhez beraksi. Pertama dia menghubungi Yuan dulu. Satu kali panggilan tidak terjawab. Dua kali panggilan tidak terjawab hingga panggilan kelima juga tidak terjawab. Dia mulai sangat panik, ini adalah salah satu bukti bahwa memang Yuan sedang tidak baik-baik saja.

Kemudian, Dhez menggeledah isi tas Yuan. Entahlah, dia berpikir mungkin dia bisa mendapatkann sebuah obat. Mengingat apa yang ia baca mengatakan, orang berpenyakit kanker begitu ketergantungan dengan obat yang mereka miliki. Kesalnya dia tidak menemukan apa yang ia cari, karena obat itu memang ada pada Yuan.

Sebab empunya, tidak pernah meninggalkan obatnya di dalam tas. Betapa telitinya Yuan sampai hal sekecil itu ia perhatikan. Bukan lain dan bukan tidak, alasannya hanya satu. Dia tidak ingin membuat siapa pun tahu dan khawatir terhadapnya.

Akhirnya, Dhez keluar, berlari menyusuri koridor. Satu-satunya tempat yang mungkin Yuan kunjungi hanyalah satu dipikirannya, toilet. Maka dengan gerak cepat dia menelusuri setiap toilet yang ada di lantai itu.

Beruntung sekali aksi gilanya ini tidak diperhatikan oleh siapa pun. Semua orang tengah sibuk di dalam kelas mereka masing-masing. Dan para pekerja bersih-bersih tengah sibuk bekerja di lantai dasar.

Jangan tanya apakah dia sangat lelah. Napasnya nyaris habis karena tidak bisa menahan emosinya. Bukan emosi marah, melainkan emosi kekhawatiran. Otaknya itu sudah berpikir macam-macam.

Bagaimana jika Yuan dia temukan membiru di dalam toilet?

Bagaimana jika dia terlambat menolong Yuan?

Dhez tidak bisa menjawabnya sebelum dia menemukan Yuan. Hingga, tinggal satu toilet yang belum dia periksa di lantai ini. Dhez berharap dia akan menemukan Yuan di sana. Apa pun keadaan laki-laki-laki itu dia harus siap.

GUILTINESS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang