Pagi yang dingin dengan guyuran gerimis yang masih turun di luar sana. Seakan menahan siapa pun untuk keluar, apalagi bangkit dari tempat tidur. Bergulung di bawah selimut tebal di cuaca yang dingin di akhir pekan ini memang nikmat. Ditambah lagi berbagi kehangatan dengan orang terkasih. Rasa malas untuk melakukan segala hal apa pun jadi sangat terasa sekali.
Sama halnya dengan dua orang perempuan yang baru saja mengikat janji beberapa hari yang lalu ini. Perempuan yang memiliki postur lebih kecil, masih dengan mata tertutup rapat, menggeser tubuh semakin dekat pada perempuan lain yang tengah memeluknya. Kedua perempuan itu sama-sama mempererat pelukan masing-masing, mencari kehangatan dari pasangannya.
"Uuh...sayang, kamu gak mau bangun?" bisikan dengan suara serak khas bangun tidur, memecah kesunyian kamar.
"Mmhh..gak ah, masih mau peluk kamu..." balas Shani semakin membenamkan wajahnya di leher Gracia. Mendusel-ndusel hidungnya di hangatnya leher istrinya itu. Membuat perempuan itu kegelian.
"Errrh...jangan ah, ayo bangun! Biasanya juga bangun pagi, Shaann..." Gracia menggeliatkan badannya dari Shani yang malah semakin mempererat pelukannya.
"Cici."
Shani otomatis melonggarkan kedua tangannya yang melingkari tubuh Gracia setelah mendengar nama panggilan itu. Gracia langsung mendorong mundur tubuhnya sedikit dan mendongak pada wajah bidadari-nya itu. Senyum geli ia lepas kala melihat wajah datar sang istri.
"Udah ah, jangan cemberut gitu. Sana gih bersih-bersih. Aku mau buat sarapan," ujar Gracia.
"password-nya dulu."
"Ha? Ih, apaan pake password segala. Kayak log-in sosmed aja. Gak tau, lupa. Ayo, sanaaa..."
"Ih, masa' gak tau juga, sih? Kan udah aku kasih tau password kalo kamu mau nyuruh aku bangkit dari tempat tidur. Ayo dong, aku nungguin nih!"
Kedua tangannya yang melonggar tadi kembali menarik tubuh hangat itu menempel padanya. Membuat Gracia terpekik kaget karena tiba-tiba ditarik begitu.
"Kamu apa-apaan, siihh? Ugh..."
Gracia tiba-tiba salah tingkah sendiri dan wajahnya menghangat dengan kedekatan ini. Wajah Shani hanya terpaut satu jari dari wajahnya. Napas hangat mereka saling beradu, menerpa wajah masing-masing.
Shani menaikkan sebelah bibirnya, sangat senang dengan reaksi Gracia. Tak ia pungkiri wajah manis dan cantik ini sangat menggemaskan baginya. Dapat ia rasakan dan dengar, bukan hanya detak jantungnya sendiri tapi juga detak jantung Gracia yang berdebar kencang.
Shani melihat kedua mata hitam itu menutup perlahan sebelum menyatukan bibir merah nan ranum itu dengan bibirnya. Shani menyambut senang hati dan segera menikmati kecupan paginya itu.
Tak lama, Gracia segera menjauhkan tubuhnya kembali dan memutar tubuh, membelakangi Shani.
"Hehehe...masih malu-malu aja, nih kamu. Yaudah, aku masuk kamar mandi dulu. Pintunya gak aku kunci, ya.." Shani tertawa geli melihat tingkah sang istri yang masih belum terbiasa dengan keintiman mereka.
Dengan cepat Shani mengecup puncak kepala Gracia, lalu bangkit dari tempat tidur. Yang ditinggalkan pun, kembali membenamkan wajahnya di bantal. Merasakan wajahnya semakin memanas dan detak jantung yang memompa cepat.
'astaga, tiap pagi kayak gini bisa gagal jantung dini, nih gue...ugh.'
Mengambil napas panjang dan melepasnya beberapa kali. Gracia pun bangkit dari tempat tidur dan keluar kamar. Tak mau memikirkan perkataan Shani tadi tentang pintu yang tak dikunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
with you (greshan)
Fanficbersamamu memberiku arti sebuah keluarga yang tak pernah kurasakan sebelumnya. ini memang tak akan mudah, tapi jika bersamamu, aku yakin semua akan baik-baik saja.