chapter 31

4.3K 387 125
                                    

 "Mom, kami pergi ke sekolah dulu yaa," pamit Stefi dan Jaa yang duduk di setiap sisi Gracia.

 "Jangan pada nakal ya. Mom sayang kalian, sini kecup dulu. Muach! Muach!" senyum Gracia mengembang pagi ini melepas kedua putrinya pergi ke sekolah.

 Setelah mengecup pipi ibu mereka, kedua gadis itu segera turun dari ranjang dan berlarian keluar ruangan rawat.

 "Yaudah, gue juga pergi dulu ya. Nanti bakal mampir kok. Eh, btw, ini lo gak papa ditinggal sendiri? Si Shani kemana dah?" heran Michelle.

 "Gak papa kok. Shani tadi udah izin ada urusan gitu. Paling bentar lagi juga balik."

 "Oh oke. Gue pergi sekarang, ya. Bye Gre."

 Gracia hanya berdehem singkat membalas pamitan temannya itu. Setelah Michelle dan anak-anaknya pergi, Gracia menyandarkan punggungnya pada bantalan di kepala ranjang. Sejenak memejamkan mata, mengatur napas. Merasakan apakah masih ada yang aneh di tubuhnya atau tidak.

 Tangan kanan Gracia terangkat naik, meletakkannya tepat di jantungnya. Entah kenapa, sedari ia bangun dua hari yang lalu, Gracia merasakan detak jantungnya sedikit tak nyaman. Deg-degan yang sangat berbeda dari yang biasa ia rasakan sebelumnya. Bahkan saat bersama Shani pun, detak jantungnya masih normal saja.
Hanya pada saat ia sendiri dan merasa tenang, detak jantungnya mulai berulah.

 Sebenarnya ada beberapa hal yang ingin Gracia tanyakan pada Desy. Tapi, mengingat Shani yang tak sedetik pun beranjak darinya, membuatnya menahan pertanyaan-pertanyaan itu. Gracia tak berniat menyembunyikan apa pun dari Shani, bukan, tapi dia hanya tak ingin membuat istrinya itu kembali panik.

 Sayangnya, di saat Shani sedang pergi dengan urusannya, malah Desy yang belum juga mampir untuk memeriksa keadaannya.

 Gracia kembali membuka matanya saat mendengar suara pintu yang diketuk dari luar. Pandangannya langsung terarah pada daun pintu yang terbuka. Tak memungkiri sedikit harapan bahwa yang masuk itu Desy. Tapi ternyata, seseorang yang muncul di sana malah membuat jantungnya semakin berdetak tak karuan.

 "Hi, little princess. Finally, you're wake up girl," sapa Naoki tersenyum hangat sambil berjalan pelan menuju ranjang Gracia.

 "O-Om Nao-huh?" keterkejutan tak ditahan Gracia menyadari pria dengan kemeja biru muda dilampisi jas dokter itu berjalan mendekatinya. Meski sudah lewat berapa tahun lamanya, tak mungkin Gracia melupakan sosok yang sangat berarti baginya dan juga-

 "Gracia-"

 Pandangan Gracia seketika beralih pada dua sosok lainnya, yang sedikit pun tak pernah terlintas di pikirannya untuk bertemu dengan mereka di sini, saat ini.

 "Graciaaa," panggil Veranda dengan nada tak percaya, tangisnya pun seketika tumpah. Sebelah tangannya menutup mulut, sementara satunya lagi berpegangan pada pundak suaminya.

 Deva yang berjalan dengan menggunakan tongkat, merangkul erat pinggang sang istri. Seolah saling menguatkan akan hantaman emosi yang mereka rasakan, ketika akhirnya bisa bertemu kembali dengan putri bungsu yang sangat mereka rindukan.

 Gracia bergeming.

 Kedua matanya menatap tajam dua orang dewasa yang pernah ia panggil Papi-Mami itu. Tanpa bisa menahan, emosi yang sudah reda, kini memulai badainya lagi. Mengabaikan infuse yang masih terpasang, kedua tangan Gracia mencengkram erat selimut yang menutupi separuh tubuhnya.

 Naoki berhenti di sisi kiri ranjang Gracia, menatap sendu gadis kecilnya yang sekarang sudah tumbuh menjadi seorang perempuan yang sangat kuat dan juga sangat cantik. Pandangan Naoki memperhatikan raut Gracia. Dapat ia pastikan dan memahami emosi macam apa yang tengah mengaduk batin perempuan ini. Tapi untuk saat ini, dia tak bisa berbuat banyak.

with you (greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang