Anin tampak sibuk mengetik entah-apa-itu di laptopnya. Fokusnya terbagi antara layar dan beberapa kertas yang bertebaran di atas meja. Sesekali tangannya menjangkau segelas cappucino yang sudah tak hangat lagi. Kali ini, menghabiskannya dalam sekali teguk. Menghela napas panjang, kembali jari-jari lentik itu menari di atas keyboard.
Gadis itu saat ini sedang tidak berada di ruangan kantor seperti biasanya, melainkan di salah satu meja di café milik Okta. Bukannya karena tidak ada Bos a.k.a Shani di kantor jadinya ia dengan bebas melakukan pekerjaannya di sini. Anin mendapat tugas dari Shani untuk tetap melakukan perkerjaannya, sekaligus menjaga dan mengawasi toko kue serta café ini di saat kedua pemiliknya liburan.
Betapa baiknya Bos-nya itu.
Tidak, Anin tidak mengeluh. Gadis itu malah santai-santai saja menerima tugas dari Shani. Baginya, ah tidak, mungkin bagi siapa saja yang sudah mengenal perempuan dingin dan jutek itu, bisa mengetahui berapa kali dia mengambil hari untuk berlibur. Tidak ada.
Shani Indira Natio bukanlah seorang pengusaha yang sukses jika ia membiarkan diri menghabiskan waktu untuk hal-hal tak berguna seperti berlibur atau jalan-jalan. Shani merupakan tipe seorang pekerja keras yang tak membiarkan apa pun mengganggu konsentrasinya dalam berkerja. Singkatnya, Shani itu tipe workaholic. Banget.
Dirinya, bahkan Desy sekalipun tak ia hiraukan yang terus memintanya untuk istirahat barang sejenak. Jadilah kali ini merupakan acara liburan pertama bagi Shani. Dan melihat bagaimana akhirnya perempuan itu bisa memberi sedikit kebebasan untuk dirinya sendiri, memberinya kesenangan dan kelegaan berarti. Walau ditinggal sekalipun, tak masalah.
Anin merentangkan kedua tangan ke atas, menghela napas panjang, menghilangkan pegal-pegal setelah hampir satu jam lebih berkutat dengan tugasnya. Perhatiannya kemudian mengedar ke penjuru café. Tak banyak pengunjung hari itu. Mungkin belum pada datang karena ini juga masih jam 11 kurang.
Manik kecoklatan itu tanpa sadar sudah terpaku pada dua sosok perempuan yang baru saja menduduki salah satu meja tak jauh darinya. Ingatannya tiba-tiba menggelitik, seperti pernah melihat salah satu dari mereka.
Satu tampak cantik dan menggemaskan dengan rambut sebahu, sementara yang satu lagi juga cantik, elegan, anggun bak bidadari. Terasa menenangkan saat melihat wajah elok itu. Tanpa sadar, Anin ikut tersenyum kecil melihat dua perempuan itu tertawa geli bersama. Entah apa yang mereka bicarakan.
Setelah memesan pada salah satu waitress, perempuan bak bidadari itu bangkit berdiri. Mungkin pergi ke toilet. Anin masih memperhatikan perempuan yang ditinggal. Terlihat ia sedang mengedarkan pandangan, seperti sedang mencari seseorang. Lalu kembali memanggil waitress yang melayaninya tadi.
Raut wajah perempuan itu tampak penasaran, sedikit mendesak, tapi kemudian berubah lesu. Sepertinya ia memang mencari seseorang dan tidak menemukannya. Anin melihat waitress itu beranjak pergi, tanpa bisa menahan rasa penasarannya, Anin memanggilnya mendekat.
"Perempuan itu nanya apa sama kamu?" tanya Anin langsung.
"Dia nanya siapa pemilik toko kue dan café ini, Bu," jawab gadis berseragam itu.
"Terus, kamu jawab apa?"
"Saya bilang, pemiliknya ada dua orang. Tapi keduanya sedang pergi liburan."
"Apa kamu sebut nama Gracia juga Okta?"
"Gak, Bu."
"Oh, gitu ya...hm," Anin melirik ke arah meja perempuan itu, temannya yang bak bidadari itu sudah kembali. "Yaudah, kamu balik kerja lagi, sana. Eh, makasih ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
with you (greshan)
Fanfictionbersamamu memberiku arti sebuah keluarga yang tak pernah kurasakan sebelumnya. ini memang tak akan mudah, tapi jika bersamamu, aku yakin semua akan baik-baik saja.