chapter 9

5.9K 425 24
                                    

"Hnn..."

Shani menggeliatkan tubuhnya. Merentangkan tangan ke atas kepala, merasakan pegal-pegal itu perlahan menghilang. Menghela napas nyaman. Dengan mata yang masih terpejam, serta seiring kesadaran yang mulai terkumpul, sebelah tangannya mengayun ke samping. Ingin memeluk seseorang.

Puk

"Eh?"

Mata yang sedetik lalu masih terpejam, seketika terbuka lebar.

"Kosong..." gumamnya bingung.

Dirabanya lagi tempat tidur di sebelahnya. Dua sosok yang semalam ia rangkul sambil tidur itu sudah tak ada. Manik hitamnya mengedar ke penjuru kamar mewah yang ia booking khusus untuk liburan keluarganya kali ini. Tak ada seorang pun selain dirinya. Tak ia dengar juga suara air dari arah kamar mandi.

"Ditinggal pasti, nih. Ck, ah!"

Memberengut kesal, perempuan itu pun memaksa tubuhnya untuk bangkit dan berjalan gontai ke arah kamar mandi.

Tak lama baginya untuk bersiap. Dengan pakaian kasual, kaos lengan panjang, jaket, jelana jeans, sepatu kets serta kacamata yang sudah bertenger di puncak hidungnya, Shani menyandang tas kecilnya lalu keluar kamar.

Langkahnya ringan menuju lift. Menekan tombol untuk menuju restoran di hotel ini. Hanya hitungan menit, matanya segera menangkap empat orang yang tengah bersenda gurau menikmati sarapan mereka.

Kembali ia berdecak kesal. Tatapan tajam itu memaku satu diantara ke empat orang itu. Melangkah tegap namun elegan, mengabaikan setiap pasang mata yang melirik kagum padanya. Jarak mereka masih tersisa beberapa langkah, tapi dia bisa mendengar dengan jelas tawa yang menggemaskan itu. Membuat hatinya berdebar senang, apalagi senyum merekah di wajah cantik perempuannya.

Menggelitik sudut bibir untuk terangkat, namun dipaksa diam. Dia sedang kesal sekarang.

Tanpa berkata apa pun dan masih dengan wajah datarnya, Shani tanpa mempedulikan tatapan yang tiba-tiba terdiam melihatnya datang. Tangan itu terulur begitu saja menangkup lembut wajahnya. Mendekat, mencuri cium bibir ranum itu.

Cup!

"Shani!"

Gracia terpekik kaget kala bibir itu mengecap bibirnya. Walau dalam hitungan sekian detik pun, tak pelak membuat jantungnya berdegup cepat. Darahnya seketika berdesir, serta wajah yang menghangat. Matanya terbuka lebar, menatap tak percaya wajah cantik bak bidadari yang kini berjarak sejengkal dari wajahnya.

"Aa-grrhh.." Gracia geram. Ingin memaki, tapi sekuat mungkin ia tahan.

Tak ia sangka istrinya ini bisa bertindak gila seperti tadi. Ini di tempat umum dan dia dengan santainya mencium bibirnya!

"Hukuman karena udah ninggalin aku gitu aja," Shani tersenyum manis dengan polosnya. Kembali mendekatkan wajah. Kali ini mencuri cium di pipi gembul yang sudah sangat merah itu.

Gracia tertegun, namun seketika sadar kembali. Tangannya baru akan melayang, ingin mencubit pinggang Shani, telat. Perempuan itu dengan kekehannya sudah duduk manis sambil memangku Stefi yang segera ia hujani dengan ciuman.

Gracia kembali terdiam. Memandang Shani yang lebih ke mengerjai putrinya itu. Berasalan sama, hukuman karena sudah meninggalkannya sendirian di kamar mereka.

"Jantung lo sehat?"

Gracia kembali tersadar, mendengar pertanyaan Okta yang berbisik di telinganya. Menatap datar perempuan dengan wajah kekanakan itu.

with you (greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang