chapter 52

5.5K 318 40
                                    

Sentakan kecil, diikuti tarikan napas dalam, dan menghembuskannya lewat mulut. Seakan baru saja lepas dari pengapan yang menyesakkan Deruan napasnya sedikit lebih cepat, mencoba terbiasa, hingga sesaat kemudian mulai bisa bernapas tenang. Kesadarannya pun terkumpul penuh, mengkode otak memerintahkan anggota tubuh untuk bergerak. Salah satunya kelopak mata yang entah kenapa terasa sangat berat untuk membuka.

Sentakan baru yang mengejutkan, merasakan sebelah tangannya digenggam dan diremas lembut. Terasa hangat dan nyaman. Seperti menyalurkan kekuatan untuknya melawan kekakuan anggota tubuhnya.

Come on, honey. I can feel you. Wake up, Jinan.”

Penggalan kalimat dari nada yang ia rindukan. Lebih dari cukup untuknya tak lagi berdiam kaku dalam kegelapan ini. Kemali menarik napas dan melepasnya pelan, Jinan memaksa membuka kelopak matanya. Perhalan namun pasti, cahaya yang seketika masuk membuatnya refleks mengerjab beberapa kali sebelum akhirnya benar-benar mendapatkan pandangan jelas pada langit-langit putih di atasnya.

“Jinan!”

Seruan tertahan segera mengalihkan pandangan netra hitam itu pada sosok cantik seorang perempuan terkasihnya. Memperhatikan raut wajah yang memunculkan beragam ekspresinya. Tapi satu yang jelas ia bisa tangkap adalah raut kebahagiaan.

“Cind-uugh..uhuk-uhuk!” tenggorokannya tiba-tiba terasa kering saat ingin bersuara.

Cindy segera bangkit meraih botol minum. Membukanya dan dengan telaten membantu suaminya minum melalui sedotan. Setelah dirasa cukup, kembali ditaruhnya lagi botol minum itu di atas nakas.

“Jinan, hai sayang...” Cindy seakan tak bisa berkata saking senang dan bersyukurnya ia sang suami sudah siuman dan tampak baik-baik saja.

 Cindy mendekatkan diri, duduk di sebelah Jinan di tepi ranjang. Tangannya kembali menggenggam sebelah tangan Jinan yang tidak berinfuse, sementara satunya lagi terulur menangkup sisi wajah Jinan, mengelusnya lembut.

“Aku seneng banget kamu udah sadar. Kamu bikin aku takut, Ji. Jangan kayak gini lagi, aku mohon..”

Cindy tak bisa menahannya lagi, membiarkan air matanya mengalir keluar dan menetes jatuh ke badan Jinan.

 Lelaki itu sendiri mengernyit, menahan sesak yang padahal tadi sudah bisa bernapas normal. Otaknya memaksa sebelah tangannya yang bebas untuk bergerak. Pelan dan terasa sangat berat, namun sekuat mungkin menangkupkan telapak tangannya pada sisi wajah sang istri. Mengusap dengan ibu jari aliran air mata yang membasahi pipi kekasihnya.

“Maaf Gak bakal kayak gini lagi. Aku janji. Terima kasih sudah bersedia ikut, menungguiku, dan percaya padaku. I love you, my darl.”

Cindy tersenyum di sela tangis harunya. Menutup mata merasakan kenyamanan yang dirindukan dari usapan lembut Jinan. Menarik napas dan menghembuskannya perlahan, Cindy kembali menguasai diri, seiring tangis yang reda. Membuka mata, menatap rindu manik yang balik memandangnya dalam.

Miss you. Love you too, honey,” Cindy perlahan merundukkan tubuhnya, mendekatkan wajah, menyapa kembali bibir yang sedikit pucat.

Jinan menikmati ciuman istrinya. Hanya saling menempel, mencurahkan kelegaan dan kerinduan di antara mereka. Kebahagiaan bisa bertemu dan bersatu kembali.

Untaian lembut itu terlepas. Menjarakkan wajahnya, Cindy memandang dalam netra Jinan yang selalu sukses membuatnya tenang.

Momen pasangan itu harus terusik saat terdengar ketukan dan suara pintu yang membuka dari luar. Menarik perhatian keduanya, menoleh pada Aya yang masuk sambil menenteng beberapa kantong plastik.

with you (greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang