chapter 18

5.8K 384 45
                                    

A/N: dikarenkan author yg malas dan bagi yg kepo rencana greshan, silahkan baca ulang part ultahnya ntep. *wink

------

 Suara nyanyian dan canda tawa memenuhi ruang mobil yang dikendarai Shani. Sesuai rencana mereka tadi malam, keluarga kecil ini sedang menuju puncak untuk menghabiskan waktu bersama. Beruntung jalanan tidaklah ramai, karena memang hari ini bukanlah akhir minggu maupun hari libur.

 Stefi yang duduk sendiri di belakang tampak sangat bersemangat. Ocehan dan segala tingkahnya tak berhenti dari sejak mereka berangkat dari rumah. Entah itu bercerita tentang kegitannya di sekolah, teman-temannya, bahkan bocah kecil itu juga, tak sekali-dua kali pindah depan-belakang. Sebentar duduk sendiri, sebentar duduk di pangkuan sang ibu, bermain dengan bonekanya, ponsel Gracia, tiduran, dan tingkah lainnya.

 Membuat Gracia juga Shani capek sendiri melihat kelakuan anak mereka. Tapi, senyum dan tawa tak pernah surut melihat keaktifan malaikat kecil itu. Hingga Shani singgah di pom bensin, barulah Stefi mulai merasa kelelahan dan berakhir tertidur di pangkuan Gracia.

 "Adududu...saking capeknya, tidurnya jadi pules banget gitu. Stefi semakin besar jadi semakin aktif aja, ya."

 Shani memandang gemas sang putri yang masih tertidur dengan pulasnya di sofa panjang. Sementara ia dan Gracia duduk di sofa lainnya. Mereka tengah istirahat di salah satu café di dekat pom bensin. Shani sengaja memilih tempat khusus, agar sang putri bisa tidur dengan nyaman.

 "Iya juga, sih. Perasaan dulu dia gak seaktif ini, deh. Kamu percaya gak, kalau sebelum ketemu sama kamu, Stefi ini anak yang cukup pendiam dan tertutup gitu," ujar Gracia, mengelus lembut puncak kepala anaknya.

 "Eh, beneran?" Shani memandang tak percaya pada istrinya.

 "Beneran. Malahan, dia Cuma mau main sama Michelle dan Okta aja. Bahkan Michelle cukup kaget ketika dia balik ngajar di sekolah lagi, nemuin Stefi udah asyik aja bermain dengan ketiga teman barunya," cerita Gracia dengan senyum. Mengingat cerita Michelle tentang perkembangan Stefi di sekolah.

 "Heee aduh, kok aku jadi ngerasa melayang-layang gitu, sih hehehe," Shani seakan tak bisa menghentikan cengiran lebarnya mendengar penuturan sang istri.

 Ternyata, dia memiliki cukup pengaruh juga untuk anak itu. Jujur saja, Shani selalu insecure, apakah ia diterima oleh Stefi atau tidak. Apakah anak itu nyaman atau tidak dengan dirinya yang menjadi orang tuanya. Meskipun dengan jelas Stefi mengatakan bahwa orang tuanya hanya Gracia seorang.

 Bahkan Stefi tak memanggilnya dengan sebutan Mom, Mama, Ibu, atau panggilan ke orang tua perempuan lainnya. Sepintas pemikiran Stefi akan memanggilnya dengan sebutan Papa, Papi, atau Ayah pun, pernah terlintas dipikirannya. Membuatnya tergelak sendiri mengingatnya.

 Tapi, meskipun Stefi tak memanggilnya dengan sebutan itu dan lebih menganggapnya hanya sebatas sebagai orang yang dicintai ibunya, Shani tak pernah kecewa sedikit pun. Justru ia sungguh beruntung dan bersyukur, malaikat kecil itu mengizinkannya untuk menjadi bagian dari keluarga mereka.

 "Kehadiran kamu ngerubah banyak hal di hidup kami, Shani. Kami sangat manyayangi kamu..."

 Shani terpaku dalam tatapan lembut Gracia padanya.

 "Karena itu, kumohon...jangan pernah kamu terpengaruh oleh kata-katanya Ci Ilen. Biarpun nantinya Stefi tumbuh tanpa adanya sosok laki-laki, aku yakin dia akan baik-baik saja. Semua akan baik-baik saja," Gracia menangkup sisi wajah Shani dan mengusapnya dengan lembut.

 "Jangan pernah kamu merubah sifat, sikap, dan segalanya tentang kamu. Tetaplah menjadi Shaniku dan Shani nya Stefi, yang selalu hangat, menyayangi, dan melindungi kami. Kami mencintai dirimu dengan apa adanya kamu."

with you (greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang