chapter 45

3.2K 312 53
                                    

Brak!

"Ugh..."

Grep

"Kenapa kau tidak membunuhnya?" geraman, tatapan tajam, serta cengkraman di kerah baju seorang bocah laki-laki yang tersungkur di lantai setelah menabrak pintu kayu hingga terbuka.

"JAWAB! Kenapa kau tidak membunuhnya, hah?!!" bentakan di depan wajah oleh seorang laki-laki berambut hitam cepak, memakai kacamata, serta terdapat bekas luka gores di pelipisnya.

Laki-laki itu mengangkat tubuh si bocah dan melemparnya ke arah bangku di seberang ruangan, saat tak juga mendapat balasan.

"Aaarrghh hah hah uhuk! Haah..." tubuh bocah itu terkapar di lantai, meringis menahan sakit di sekujur tubuhnya.

Laki-laki berkacamata itu berdecak kesal, ingin memberi bocah itu pukulan lagi. Tapi langkahnya tertahan saat sebuah tangan bertengger di pundaknya.

"Sudah cukup Kei. Orn tidak akan senang dengan apa yang kau lakukan pada bocah itu," seorang laki-laki yang sedikit lebih muda berbicara tenang.

"Minggir. Aku harus memberinya pelajaran. Sejak dia mulai ikut misi kita, tidak sekalipun dia membereskan pekerjaannya. Membuatku muak," geram Kei penuh kemarahan.

"Kei," sebuah panggilan lain benar-benar menghentikan langkahnya kali ini. Menoleh ke belakang, seorang perempuan dengan rambut panjang bergelombangnya, berjalan melewatinya dan laki-laki di sebelahnya.

"Bangun. Orn tidak akan senang melihatmu seperti ini saat dia pulang nanti," perempuan itu membantu si bocah berdiri lalu memapahnya keluar ruangan.

"Ichna."

Langkah perempuan yang dipanggil Ichna itu pun berhenti sejenak, mendengarkan, namun tak membalik tubuhnya.

"Bocah itu tak'kan bertahan lama. Kau tau itu 'kan?"

"Kau salah. Dia akan tumbuh kuat, lebih kuat darimu. Ayo, Zi."

Kei mengepalkan tangannya. Memandang tak suka pada dua sosok yang berlalu dan menghilang di balik pintu.

"Kei?" panggil laki-laki di sebelahnya ragu.

"Diamlah."

------

Shani menatapi liontin berisi foto keluarga kecilnya. Potret dirinya dan Gracia yang mengapit Stefi saat merayakan ulang tahun gadis kecilnya untuk pertama kali. Salah satu momen berharga awal kehidupan barunya bersama mereka.

Jari lentik Shani mengelus lembut, penuh kasih sayang dan kerinduan yang mendalam wajah Gracia yang tersenyum begitu manisnya.

"Hei, Shani," sapa Frans sambil menepuk pelan pundak Shani dan mengambil tempat duduk di depannya.

Shani bergeming menyadari kehadiran laki-laki itu. Tak bermaksud mengabaikan, tapi sepertinya ia masih ingin menatapi potret kecil di tangannya itu. Frans pun tak masalah, menunggu dengan tenang perempuan di depannya itu meluangkan waktu dari dunianya sendiri.

Saat ini mereka tengah dalam perjalanan menuju Zurich dengan salah satu pesawat jet pribadi milik keluarga Indira. Lalu, kenapa ada Frans? Karena berkat dia dan timnya, Shani bisa mengetahui dimana istrinya itu kini berada.

Sejak pertemuan tak sengaja mereka di mall waktu itu, malamnya Frans langsung mengajak Shani bicara empat mata. Tentunya tanpa sepengetahuan Gracia. Laki-laki itu mengaku pada Shani bahwa dia sebenarnya salah seorang agen mata-mata intel. Shani pun mempercayainya dengan mudah karena dia pernah beberapa kali dibantu oleh Bramana Sarendes yang ternyata adalah ayahnya Frans.

Frans memang mengikuti jejak ayahnya menjadi agen intel, tapi hanya di balik layar dan pada misi tertentu saja. Frans tetaplah seorang pebisnis yang mengelola perusahaan keluarganya, meski tak setenar keluarga Indira. Misinya kali ini termasuk top secret, karena penjahat yang akan mereka urus bersekongkol dengan beberapa oknum pemerintah.

with you (greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang